Part 3 - Berpisah

8.9K 719 15
                                    

Aku lagi seneng banget sama lagu ini. Di play ya...

Playlist ~ The Script - The Man Who Can't Be Moved
.
.
Jangan lupa pencet ✨ ya. Happy reading 🤗
----------------------------------------------------------------------

Bisa dibilang kecanggungan antara dosen dan mahasiswa antara aku dan Pak Abraham sudah nyaris hilang. Komunikasi via WhatsApp pun bahasannya sudah random. Nggak melulu bahas soal kampus dan kuliah. Kadang tiba-tiba bahas hobi fotografinya, gosip di kampus, sastra, blog-blog yang sering dia baca atau perkembangan info tentang kampus.

Sejak hari itu intensitas hubunganku dengan Pak Abraham semakin sering. Bukan suatu pertemuan yang direncanakan. Lebih sering ketemu tanpa sengaja, entah di jurusan, papasan di jalan, ketemu di tempat makan yang sama atau dia yang tiba-tiba muncul saat aku sedang di perpustakaan jurusan.

Seperti hari ini, aku yang sedang duduk di Student Center tiba-tiba kedatangan tamu tak diundang yang sekarang sedang duduk persis di depanku.

"Di jurnalnya Albert dia pakai koagulan yang sama dengan yang kami pakai, dengan perlakuan dan ukuran yang sama. Kayaknya bisa deh ini dipakai untuk rujukan di pembahasan nanti." mataku masih mengamati jurnal yang sejak tadi kubaca. Tak sadar kalau yang sedari tadi diajak bicara sedang asik sendiri.

"Pak... " panggilku dan beliau masih terpaku di layar laptopnya. Sambil senyum-senyum.

"Pak!" Suaraku menguar dengan intonasi lebih tinggi dari sebelumnya yang kemudian dihadiahi pelototan pengunjung Student Center yang lain.

"Kenapa? Sorry lagi baca blog, nggak denger."

"Bahan ajar?" Saking penasarannya, kepalaku melongok sedikit ke arah laptopnya. Mataku terbelalak begitu tahu blog siapa yang sedang ia baca.

"Mau baca?" Tanyanya masih dengan raut wajah senang.
Aku menggeleng berkali-kali. Memastikan bahwa aku tidak ingin ikut membaca tulisan cringe itu.

"Blog ini isinya asik, tulisannya sastra banget, padahal kuliahnya di Teknik. Sering ngepost puisi, kadang curhatan random anak kuliahan, kadang curhat urusan asmara. Tapi asik dibacanya." Jelasnya dengan mata berbinar.

"Emang itu blognya siapa, Pak?" Tanyaku penasaran.

"Nggak tahu, tapi kayaknya anak kampus kita deh, atau malah di jurusan kita juga soalnya dia pernah cerita tentang salah satu dosen yang kalo revisi bisa 2 jam untuk sekedar bahas EYD. Dan ciri-ciri dosennya mirip sama Bu Indah."

Deg!

Aku grogi bukan kepalang. Tolong kasih tau aku bahwa itu bukan blogku kan yang sedang dia baca? Bagaimana mungkin dosen ganteng plus cerdas kayak beliau ini bacaannya blog cringe punyaku. Ada faedahnya juga nggak. Isinya galau melulu. Ya Tuhan, kenyataan apalagi yang harus daku hadapi.

"Kayaknya isinya gak berfaedah gitu, Pak." mulutku mencebik, pura-pura mengejek isi blog yang kurang penting itu.

Meski hatiku sakit mengatakannya.

"Kadang, yang kayak gini justru penting. Kita sering mengabaikan hal kecil atau malah menganggapnya tidak ada. Padahal dari hal kecil itu kadang bisa menimbulkan sesuatu yang besar."

"Gitu ya?"

"Entah kenapa kadang ada rasa nyaman tersendiri kalo saya lagi baca blog ini. Galaunya dia ini indah, nggak bikin kita yang baca bergidik geli. Puisinya sih biasa aja, malah banyak yang lebih bagus tapi dia ini beda. Bikin pengin terus baca."

Astaga, ngomong apa dosen ini? Tadi pagi sarapan apa sih dia sampe bisa nemu blogku segala. Haduuhh kacau ini. Batinku terus saja meracau tak percaya.

DISTANCES BETWEEN USजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें