Dengan segera Hana menarik tubuh Jaehyun, lalu mengeluarkannya dari mobil. Dengan sisa tenaganya, Hana membawa tubuh lemah itu ke sebuah tempat yang dikiranya cukup jauh dari mobil---Hana takut mobilnya meledak seperti di film-film.

"Sajangnim, anda harus tetap sadar!"

Hana menepuk pipi mulus itu, dan membaringkannya di pinggir jalan.

"Dimana ponsel anda? Ponsel saya mati." Hana menghidupkan ponselnya tapi tetap saja tidak mau menyala.

Pria itu tidak menjawab, membuat Hana langsung memeriksa jas, kemeja dan kantong celananya.

"Anda tidak membawa ponsel?" Hana memekik.

Tangannya bergetar saat melihat darah Jaehyun menetes hingga ke tubuhnya.

"Bagaimana ini ya Tuhan..." Hana benar-benar tidak tega melihat Jaehyun

Sesekali bibir Jaehyun meringis, dan matanya terkantuk-kantuk seperti seseorang yang ingin pingsan. Hana berlari ke segala arah, ia berteriak meminta tolong tapi tetap saja tidak ada siapapun. Rumah-rumah yang di dekat sini terlihat seperti tak berpenghuni, padahal di hari biasa cukup ramai.

"SAJANGNIM, MOTOR SAYA KIRA-KIRA 400 METER DARI ARAH SINI." Hana berteriak, agar Jaehyun mendengarnya. "Tapi saya tidak berani membawanya, jadi mau tidak mau kita harus jalan ke motor."

"Letakkan bahu anda di bahu saya, kita jalan pelan-pelan." Hana menuntun Jaehyun, sedangkan pria itu hanya menatapnya.

"Percaya pada saya. Saya kuat..."

Dengan terseret-seret, Hana menuntun Jaehyun, melewati jalanan yang licin. Sesekali Hana terpeleset, karena genangan air cukup tinggi. Rasanya seperti berjalan di atas es.

Setelah sampai di motor, Hana mendudukkan tubuh Jaehyun dia atas motor. Setelah itu Hana merobek syalnya untuk mengikat tubuh Jaehyun  ke pinggangnya agar tidak jatuh.

"Jangan tidur, Sajangnim." Hana meraih tangan Jaehyun kemudian melingkarkan tangan itu di perutnya. "Bertahanlah... Pikirkan Jae Han, anda harus kuat."

Jaehyun hanya diam, tapi matanya menatap lurus ke arah Hana yang mengemudikan motor dengan pelan.

"SAJANGNIM! JANGAN TIDUR!"

Hana menoleh, sepanjang jalan ia meneriakkan kata-kata itu, hingga mereka sampai di rumah sakit.

Beberapa dokter terkejut saat melihat orang yang dibawa Hana adalah Jung Jaehyun, pria paling kaya di Korea dan termasuk salah satu tokoh berpengaruh di dunia.

"Cepat, dok! Sepertinya pasien kehilangan banyak darah."

"Apa dia Jung Jaehyun? Pemilik Louisa?" Dokter itu terpaku.

"Iya, dokter... Tolong jangan hanya diam saja! Kalau pasien mati, rumah sakit ini yang disalahkan!"

Dengan segera beberapa perawat memindahkan Jaehyun ke brangkar lalu membawanya ke IGD. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin."

Hana menatap Jaehyun, mata pria itu menutup pelan-pelan, tapi sebelum kesadarannya hilang, Jaehyun bergumam, "Jangan pergi."

***

          "ASTAGA, HAN! Kau menolong Jung Jaehyun? Pria brengsek yang menyeretmu dari kantornya? Gila, kalau aku jadi kau, aku tinggalkan dia agar mati di jalan."

Hana meringis, "Aku tidak punya pilihan."

"Kau ini terlalu baik! Pria sinting itu menyeretmu sampai tanganmu memar. Dia kasar, sombong, sudah sepantasnya dia mendapatkan karma. Aku tidak heran kenapa dia menjadi duda."

Ne, SAJANGNIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang