"Hana-ya... Sebelum pulang, antarkan ini ke Galleria Adams, kau bisa bawa motor kantor."

Hana yang sudah selesai bersih-bersih menoleh ke arah Tuan Na yang datang sambil membawa lima paper bag berisi olahan ayam panggang.

"Tapi, Tuan... Jalanan utama ke Galleria Adams ditutup. Dan juga ini sudah jam 11 malam, saya harus pulang."

Tuan Na berdecak, ia meletakkan bungkusan ayam itu begitu saja. "Terserah kau mau lewat jalan mana, yang penting makanan ini sampai di Galleria Adams sebelum jam setengah 12!"

Hana mengeram tertahan, bosnya itu memang suka seenaknya. Kalau saja Hana ada pekerjaan lain, ia sudah berhenti bekerja di sini.

Setelah menyambar bungkusan ayam, Hana langsung menyalakan motornya. Salju masih turun, meski tidak selebat sore tadi. Hana membawa motor dengan kaki yang diturunkan karena jalanan sangat licin.

Sebenarnya Hana cari mati jika membawa motor di cuaca se-ekstream ini. Tapi mau bagaimana lagi, para konsumen malah berdatangan di cuaca dingin karena malas keluar rumah membeli makanan.

Hana menyelinap di balik jalanan kecil, melewati perumahan dan kedai-kedai arak di pinggir jalan agar cepat sampai di pusat elit sekelas Galleria Adams. Namun ketika sampai di ujung jalan, Hana tidak bisa membawa motornya karena ada pipa air yang bocor. Air di pipa itu mengalir ke jalanan dan berubah menjadi es.

Hana mendesah, ia meletakkan motornya di pinggir jalan, kemudian mengambil paper bag yang berisi ayam yang harus ia antarkan ke pelanggan. Terpaksa Hana harus jalan kaki sejauh 1 kilometer di cuaca sedingin ini.

Meski sudah mengenakkan sarung tangan, Hana masih menggigil. Ia memutuskan berlari kecil di trotoar, hingga beberapa menit kemudian, Hana melihat sebuah mobil datang dari arah belakang. Hana menatap mobil itu, merk-ny Mercedes Benz, termasuk mobil mewah, tapi apa pengemudinya tidak melihat ada traffic cone yang menandakan jalanan sedang ditutup?

Mobil itu melaju melewati Hana, hingga beberapa meter dari jaraknya, tiba-tiba ban Mercedes putih itu tergelincir, hingga menimbulkan bunyi yang mendecit. Jantung Hana hampir lepas, ia membuka kembali matanya yang sempat menutup. Mobil itu tidak apa-apa, tapi bodohnya setelah sempat tegelincir, mobil itu kembali melaju dengan kecepatan tinggi, hingga ban mobilnya merosot, berputar-putar di jalanan, dan berakhir menabrak trotoar yang ada di depan.

Hana memekik keras, mobil itu mengeluarkan asap, karena tabrakan yang terjadi cukup keras hingga bunyi yang dihasilkan cukup membuat Hana terguncang. Bibir Hana bergetar hebat, ia melepaskan paper bag yang harus ia antar, kemudian berlari dengan kencang untuk memeriksa keadaan mobil itu.

"Yeoboseyo? Apa anda baik-baik saja? Tolong... Jawab saya!"  Hana memukul-mukul kaca mobil. Ia menelangkupkan kedua tangannya untuk melihat keadaan di dalam.

Di dalam mobil seorang pria terbaring dengan wajah berlumuran darah.

Hana ingin menangis, tangannya bergetar hebat. Ia berteriak keras meminta bantuan tapi tidak ada siapapun. Jalanan sepi dan sunyi, bahkan nyamuk pun tiadak ada.

"APA ANDA MENDENGAR SAYA? Buka pintunya..."

Pria itu tidak menjawab, tapi Hana bisa melihat matanya bergerak ke sana kemari.

Hana memberikan kode untuk membuka pintu mobil, dan dengan lemah pria itu menekan sesuatu di dekat tangannya. Dengan segera Hana membuka pintu itu, dan betapa terkejutnya Hana saat melihat pria itu Presdir Jung Jaehyun.

Astaga... Bagaimana bisa?

"SAJANGNIM..."

Hana tidak tahu harus berbuat apa, dia benci dengan manusia ini, tapi di satu sisi, sebagai sesama manusa, Hana mempunyai kewajiban untuk menolong sesamanya.

Ne, SAJANGNIM!Where stories live. Discover now