AM | 9

4.4K 246 20
                                    

Suara riuh di lapangan terdengar menggema hingga seluruh penjuru SMA Liberty. Terik yang menyapa tak lantas membuat keluhan hadir dari beberapa siswa yang sedang mempersiapkan acara pentas seni beberapa hari lagi.

Salah satu yang sibuk itu adalah teman-teman sekelas Clarissa, sedangkan gadis itu tidak mau ikut mengambil bagian karena kekasihnya pasti melarang. Clarissa juga sebenarnya malas jika mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini. Dirinya lebih memilih duduk manis melihat perjuangan teman-temannya saja.

"Clarissa! Beli minum, sana!"

Clarissa yang baru saja mendudukkan diri di tembok lapangan mengembuskan napas kasar. Bola matanya bergulir kesal. "Siapa lo nyuruh-nyuruh?"

"Beban banget lo, Clar. Bantuin nggak, ngerusuh iya." Aurora melemparkan botol kosong bekas air mineralnya.

Clarissa tampak tidak peduli. Persetan dengan teman-temannya yang kehausan atau apa. Clarissa sibuk menatap layar ponsel dengan segelas minuman cokelat di tangan. Dia bahkan mengabaikan teriakkan si ketua kelas yang meminta untuk dibantu.

"Clarissa Leta! Beliin kita minum sekarang!"

Semakin lama, Clarissa merasa pusing juga dengan segala permintaan teman kelasnya itu. Clarissa mematikan ponsel, lalu dimasukkan ke dalam saku rok. Tak lupa, dia menyimpan cup milkshake miliknya di atas kursi beton yang membentang sepanjang lapangan ini.

"Ribet amat kalian." Clarissa bangkit. Pandangannya teralih pada sosok laki-laki berkulit sawo matang dengan cekungan dalam di salah satu bagian pipinya. "Lo cowok tulen, 'kan? Lo aja yang ngurusin babu kelas kita yang terhormat itu."

"Gue sibuk, Clarissa. Lo gak liat gue lagi pasang banner?"

Mata Clarissa tentu masih sangat sehat. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa Kendra sedang sibuk memasang banner dibantu oleh satu orang temannya. Namun, Clarissa terlampau malas harus berjalan ke kantin dan berdesakan di sana. Tadi saja dirinya terjepit di antara kerumunan orang-orang.

Ingin rasanya mengumpati mereka. Apa daya jika Clarissa memang tidak pernah membantu apa-apa. Aurora dan lima orang siswi lainnya bahkan akan menampilkan tarian modern di acara pentas seni nanti, sedangkan sisanya sedang mati-matian mempersiapkan tempat untuk bazar yang dibuka dua hari lagi.

Clarissa memang hanya diam memperhatikan mereka yang sibuk, tetapi jujur saja sedari semalam hidungnya terasa gatal. Clarissa merasa sedikit pusing juga, mungkin itu akibat kehujanan sore kemarin.

"Ya udah, gue pergi." Clarissa mengambil minuman miliknya lagi untuk dibawa serta. Sebelum melangkah, gadis itu menadahkan tangan sebagai isyarat meminta uang pada Kendra.

Kendra mengerutkan kening. "Apa?"

Clarissa berdecak entah untuk keberapa kali dalam hari ini. "Duitnya mana? Jangan bilang, lo nyuruh gue ngutang dulu?"

"Pake duit lo, nanti gue ganti kalau yang bayar kas kelas udah semua."

Clarissa menurunkan tangannya dengan umpatan pelan. Kendra yang baru saja turun dari tangga besi berlalu begitu saja, seakan seperti tidak melakukan kesalahan apa pun. Menyebalkan sekali.

Tidak ada pilihan lain selain pergi ke kantin dan berdesakan untuk membeli beberapa botol air mineral. Wajah cemberut mengiringi setiap langkah yang Clarissa cipta. Minuman di tangannya diteguk dengan rakus.

AMWhere stories live. Discover now