Sakura melihat ke arah Tenten. "Pinky? ah terserah... tapi ini sungguh membosankan bukan menatap kosong yang ada di depanmu."

"Hah? kau kebanyakan makan permen ya?"

"Tidak."

"Lalu apa maksud ucapanmu?"

"Aku melakukan apa yang kau lakukan sejak tadi, and... sorry to said but It's suck you know?"

Tenten terdiam sesaat, Tenten memang menyadari bahwa ia sering melamun dan menatap kosong dan entah mengapa ia juga merasa bosan dengan aktifitas itu, namun baru di sadarinya ketika Sakura mengatakannya. Sakura kini melirik kearah Tenten kemudian kembali melihat kedepannya.

"Orang dewasa sangat menyebalkan, isnt it? ayahku selalu menyuruh do this do that or anything else who can makes you good at it  dan aku harus mempelajari segala sesuatu yang tidak sesuai dengan yang aku sukai dan inginkan." Tenten terbelalak terkejut, ia menatap dalam Sakura dan merasa bahwa ia juga merasakan hal yang sama. "Dan ketika aku mulai melakukan yang kusukai dan inginkan mereka malah menganggapku penjahat."

"Zhēn de! Kau juga begitu?" Seru Tenten bersemangat karena mengetahui bahwa tidak hanya dia yang merasakan hal seperti itu. "Padahal aku hanya ingin ikut seni beladiri pedang dan Wushu tetapi ayah malah melarangku dan memintaku untuk belajar tentang perusahaan dan bahasa asing! itu sangat membosankan!" Keluh Tenten lagi.

Mereka berduapun bercakap-cakap dan saling bercanda. Tenten merasa bahwa ini pertama kalinya dia merasa memiliki teman yang cocok dengannya dan tidak melihat latar belakang dari keluarganya.

"Ah omong-omong," Tenten melihat ke arah Sakura. "Memangnya hal apa yang kamu inginkan dulu?" Tanya Tenten sedikit penasaran disela sela obrolan mereka.

Mendengar pertanyaan Tenten, ekspresi Sakura berubah, ia menundukan wajahnya sesaat mencoba berfikir, kemudian melihat kearah Tenten lagi dengan tersenyum. 

"Aku..... ingin menjadi ninja."

"Huh?"

Sakura terkikik geli mengingat percakapan Sakura dan Tenten di masa lalu, sebenarnya dia tidak benar-benar menginginkan sesuatu saat itu, ia hanya ingin membuat Tenten tidak di cap sebagai anak nakal dan lebih terbuka agar para orang tua tidak menganggap Tenten anti sosial. Hal yang sangat dipahami Sakura.

Sakura memang memiliki pemikiran yang jauh lebih dewasa ketimbang anak seumurannya, perilakunya yang tenang dan kalem merupakan salah satu contoh kedewasaannya yang tak ingin berkata hal-hal yang tidak perlu. Sakura sangat suka membaca, apalagi mengenai biografi seseorang yang telah sukses seperti Jeck Mwah atau buku-buku yang berisikan tentang Psikologi dan pengobatan.

Sakura memakirkan mobilnya di parkir sebuah kafe di pusat kota Konoha ia pun segera bergegas keluar dan berjalan memasuki kafe itu untuk bertemu dengan Tenten, seorang teman lama yang sudah beberapa tahun tidak di temui olehnya. Sakura langsung tersenyum ketika ia melihat seseorang yang ingin di temuinya disana. Tenten yang tengah duduk di salah satu meja kafe yang berada di dekat jendelah di sudut paling belakang melambai kearah Sakura ketika ia melihat sosoknya di mejanya.

"Haloo, wah wah lihat siapa ini." Sambut Tenten kepada Sakura yang hendak duduk di kursi di depannya. Sakura hanya tersenyum kemudian menopang dagunya di lengan kanannya memandang Tenten.

"Sudah tidak usah banyak basa basi, berikan yang telah kau janjikan." Ucap Sakura kemudian tersenyum ke arah Tenten.

"Apa ini? tidak ada salam hangat? dasar hati es." Ucap Tenten tertawa kecil kemudian mengambil sebuah buku berwarna hitam yang memiliki gambar sesosok pria oriental dengan jari seperti menunjuk ke arah mata dan kepalanya.

DifferentWhere stories live. Discover now