HC 9

649 33 0
                                    

"Hakikat Cinta"

Hakikat dari cinta adalah bukan memiliki, akan tetapi memberi atau lebih tepatnya berkorban. Memang akan lebih indah ketika seseorang bisa memiliki orang yang ia cintai, lantas mengorbankan semua yang ia punya -termasuk hidupnya- untuk membahagian orang yang ia cintai.
Imam Juneid Al-Baghdadi berkata: "Cinta adalah pemberian anpa mengharapkan imbalan."

Senada dengan apa yang dituturkan Imam Juneid, dalam satu ceramahnya Buya Yahya menyebutkan:
"Kaidah Cinta: "Bagaimana aku membuat pasanganku senang bukan yang penting aku senang."

Sebagaimana hal tersebut pernah dikatakan oleh Sayyidah Khadijah ketika dikomentari oleh teman-temannya: "Wahai Khadijah sungguh engkau beruntung bisa menikah dengan Muhammad." Lantas beliau menjawab: "Sungguh semenjak aku menikah dengan Muhammad aku tidak pernah berpikir bagaimana aku bersenang-senang dengan Muhammad, akan tetapi yang aku pikirkan adalah bagaimana aku membuat Muhammad senang."

"Adapun perkataan "Yang penting aku senang," ini adalah Hawa Nafsu bukanlah Cinta."

Cinta sejati dan cinta yang suci. Para pecinta yang kisah-kisahnya kusebutkan di atas, mereka yang tak memandang cinta hanya pemuasan nafsu belaka. Akan tetapi, lebih jauh dari itu mereka mencari Cinta Tuhan dari balik cinta kepada Makhluk.

Beberapa tahun silam penulis sempat mendengar ceramah seorang Ulama‟ yang menuturkan sebuah kisah: "Bahwasannya, setelah Zulaikha dinikahi oleh Nabi Yusuf a.s. ia justru mengenal cinta Sang Pencipta. Justru ia menyibukkan dirinya dengan ibadah siang dan malam, dan nyaris lupa dengan seorang pemuda tampan yang dulu sangat diinginkannya yang kini telah menjadi kekasih halalnya."

Yah, cinta kepada Tuhan akan merubah semua persepsi cinta yang pernah dibangun seseorang dalam hidupnya. Itulah sebenar-benar cinta. Cinta dengan tingkatan tertinggi. Cinta yang akan membawa keselamatan di dunia dan akhirat.

Jika cinta yang suci saja terkadang menyebabkan pengidapnya menderita sedemikian rupa, meskipun pada akhirnya dia mengharapkan balasan cintanya dari Allah di akhirat. Bagaimana dengan cinta yang hanya berupa hawa nafsu belaka? Menderita di dunia lantaran tak direstui, dan menderita di akhirat lantaran melanggar syari‟at.

Akhir-akhir ini kita banyak menemui mereka yang bunuh diri lantaran cinta yang tak sampai. Cinta yang terhalang dan cinta yang terlarang. Bahkan ada yang gantung diri bersama dengan kekasihnya lantaran ditolak untuk menikah oleh orang tuanya. Derita dari sebuah ikatan cinta.

Sangat cocok dengan perkataan Jendral Tien Feng: "Begitulah cinta, deritanya tiada akhir." Sedangkan, harusnya cinta adalah akhir dari segala derita. Yah, mereka yang benar-benar menjaga cintanya, derita yang ia alami di dunia akan bisa ia lewati. Dan, sebagai balasannya kelak di akhirat, Allah akan memuliakannya sebagiamana hadits-hadits tersebut di atas.

Tapi, ada satu pertanyaan. Kenapa mereka yang gagal mencapai harapan cintanya, mengapa lebih memilih bunuh diri? Yah, karena dia kehilangan makna kehidupan. Ia membatasi makna hidup hanya pada kebersamaan dengan kekasihnya. Tujuan hidupnya hanyalah cinta dan bersama kekasihnya. Jika ia tak bisa bersanding dengan kekasihnya, maka tak ada lagi makna kehidupan baginya. Yah, ini adalah pola pikir pendek sebagian orang yang dimabuk, atau lebih tepatnya diracuni oleh cinta.

Berdasarkan penilitian Harvard University: "62 % dari kebanyakan kasus bunuh diri kembali pada sebab kehilangan makna kehidupan."

Sayangnya, orang yang mengambil cara cepat untuk mengakhiri kehidupannya tidak berpikir panjang bahwasannya setelah kematian ada hari kebangkitan. Semua perbuatannya akan diadili dan dimintai pertanggung jawaban, termasuk keputusan gilanya untuk bunuh diri.
Bunuh diri bukan sekedar haram, tapi termasuk dosa besar.

Siapa yang tak pernah merasa kehilangan dan sakitnya ditinggalkan? Buya Hamka ketika ditinggal wafat oleh istrinya beliau sangat sedih, cintanya begitu dalam. Lantas, apa yang dilakukan beliau? Beliau
pernah berkata: "Ketika saya sedih dan menangis mengenang istri saya, saya langsung mengambil Al-Qur'an lantas membacanya. Saya tak ingin kecintaan saya kepada Almarhumah malah memalingkan kecintaan saya kepada Allah." Kisah yang tak jauh berbeda juga dialami oleh Dr. Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthi setelah beliau ditinggal mati oleh istrinya. Beliau menuliskannya dalam sebuah artikel yang berjudul: "Amira : Mimpi Indah Yang Menyelimuti Jiwaku Selama 42 Bulan"
.
Keputusasaan dan kehilangan makna kehidupan. Yah, itulah penyebab utama orang berani mengambil langkah untuk mengakhiri hidupnya lantaran sudah tak menemukan makna. Mereka yang putus cintanya, putus pengharapannya. Tapi, bedahalnya dengan mereka yang memegang teguh kesucian cintanya. Bagi mereka hidup bukan sekedar cinta, terlalu sederhana jika hidup hanya sekedar cinta.

Cinta adalah proses dan bukan tujuan dari kehidupan. Cinta hanyalah pemanis saja. Tak ubahnya rasa-rasa yang lainnya seperti benci, sedih, senang, lapar, haus dll.

Semua tergantung dari cara berpikir kita. Karena proses berpikirlah yang melahirkan tindakan kita. Untuk itu, jadilah pecinta yang realistis dan logis. Timbanglah baik-buruk langkah yang mau diambil dalam
memperjuangkan cinta. Oh iya, dalam hal ini teman saya Muhammad Riski beberapa waktu lalu membentuk komunitas Pejuang Cinta yang berkonsentrasi memperjuangkan cinta dengan cara Islami. Beberapa anggotanya Alhamdulillah sudah menikah, meskipun komunitas ini terbilang masih seumuran jagung. Dia juga sudah menerbitkan buku perdananya dengan judul Menggapai Cintamu Dengan Cinta-Nya.

Sebuah buku yang mengajak pemuda menemukan cintanya dengan cara yang diridhoi oleh-Nya. Di situ penulis banyak memberikan tips sesuai dengan riset dan pengalaman pribadinya dalam memperjuangkan cinta.

Untuk mereka yang masih bingung memperjuangkan cintanya, ada baiknya
anda membaca buku ini.

Jangan buta dalam mencintai seseorang. Yang sedang-sedang saja. Sebab, cinta yang berlebih terkadang berbalik menjadi kebencian yang berlebih, begitu juga sebaliknya. Rasulullah saw. bersabda:"Cintamu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli." HR. Ahmad (no.21740), Abu Daud (5130) dan Al-Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman (no. 411).

Cinta tanpa dasar yang kuat akan membuat seseorang buta (tak berpikir panjang dalam mengambil keputusan) dan tuli (tak mau
mendengar nasehat). Sedangkan cinta karena Allah, akan membuat seseorang melihat dan mendengar. Karena di situlah sebenar-benar cinta yang harus diperjuangkan.

Ada dua orang yang susah untuk dinasehati;
1). Orang yang sedang jatuh cinta, dan
2). Orang yang sombong.
Dan, untuk mereka yang sudah terlanjur sakit hati karena cintan.
Entah karena ditolak melamar atau ditinggal nikah oleh pujaan hatinya.

Bersabarlah. Jalan selalu ada untuk mereka yang mempunyai harapan.

Buat hidup lebih bermakna dengan menjalaninya, bukan meratapinya.

Percayalah akan kebaikan di masa mendatang. Bukankah setelah kesusahan ada kemudahan? Dan, bukankah semua yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah? Dan, semua yang buruk menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Teruslah optimis dan berprasangka baik kepada takdir Tuhan. Bukankah Tuhan itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya?

Sebagai penutup, penulis ingin menyadur perkataan Badiuzzaman Said An-Nursi yang merupakan Tokoh Pejuang Islam di Turki. Beliau berkata: "Yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu sendiri dan yang paling layak dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri."

=======================================

Sebenarnya penulis masih ingin sharing lebih banyak lagi tentang cinta dengan para pembaca. Ingin menyampaikan pesan-pesan cinta Jalaluddin Ar-Rumi, Robi‟ah Al-Adawiyah dan pakar-pakar cinta lainnya.
Rumi mempunyai konsep Cinta yang Universal. Nabi Muhammad saw juga mempunyai konsep Cinta yang Universal. Melintasi terbatas tempat dan waktu, ras dan suku. Hanya saja artikel ini akan membengkak kalau semuanya dituangkan di sini. Insya Allah, suatu saat penulis akan
menuangkannya dalam sebuah buku khusus, meskipun tak begitu tebal.

Akhir kata, semoga informasi-informasi di atas bisa bermanfaat.
Semoga kita digolongkan sebagai orang-orang yang mencintai karena-Nya. Dijadikan orang-orang yang realistis dan logis dalam membina hubungan cinta. Aamiin.

Quotes @elrashied_imam
"Menikahi orang yang kau cintai adalah pilihan, sedangkan mencintai orang yang kau nikahi adalah kewajiban. Jika bisa menggabungkan pilihan dan kewajiban, kenapa tidak?"

Selesai ditulis di bawah menara Jami‟ Imam Syafi‟i, Mukalla, Hadhramaut -
Yaman, pada hari Rabu 5 Dzul Qo‟dah 1439 H/18 Juli 2018.

Hakikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang