HC 5

812 34 1
                                    

Waktu di Madrasah Diniyah, aku suka bertanya kepada Ustadz:
Ustadz, apa hukumnya mencuri hati seorang wanita?” Tanyaku dengan sangat polos kepada Ustadz. Sayangnya Ustadz tak menggubris pertanyaanku. Tahun depannya aku bertanya kepada Ustadz yang lain yang menjadi wali kelasku dengan pertanyaan yang sama. Mereka kira
pertanyaanku hanya sekedar main-main saja. Yah, sebab saat itu usiaku
masih sekitar 10 tahunan.

Mereka, orang-orang dewasa terkadang menganggap pertanyaan aneh anak kecil hanya angin lalu. Padahal aku sungguh-sungguh bertanya pada saat itu. Dan kini, aku benar-benar mengalami pencurian itu. Aku bukan hanya mencuri hati seorang wanita, tapi hatiku juga telah tercuri oleh wanita itu sejak pandangan pertama. Sayangnya kasus pencurian ini takkan pernah diproses dalam pengadilan.

Andai Ustadz sudi untuk menjawab pertanyaanku pada waktu itu, mungkin hal ini tak kan pernah terjadi. Aku baru tahu, betapa sakit rasanya ketika hati kita dicuri seseorang yang telah menjadi milik orang lain. Imam Syafi‟i berkata:

“Banyak orang berkata, cinta kepada wanita adalah sebenar-benar
musibah”

“Cinta kepada wanita bukanlah musibah, akan tetapi dekat dengan orang
yang tak kau cintai adalah sebenar-benar musibah.”

Mencintai wanita itu bukan musibah, sebab cinta adalah anugerah. Yang musibah adalah ketika kita jauh dari orang yang kita cintai atau dekat (menjadi pasangan) orang yang tidak kita cintai.

Sebenarnya sejak kecil aku sudah mempunyai pendirian, bahwa aku takkan pernah mengucapkan cinta kecuali kepada istriku sendiri. Aku, meski sering merajut puisi dan berbual dalam berkata, tapi aku tak pandai merayu wanita. Akupun sangat malu jika harus bertatapan langsung dengan orang yang kusuka, terlebih berbincang dengannya. Sejak SD hingga SMA, aku selalu memendam rasa cinta yang kupunya. Lucunya, mereka yang pernah aku sukai adalah saingan terberatku di kelas. Tapi, itulah aku yang pemalu. Aku tak punya keberanian, aku sangat pemalu saat itu. Bukankah rasa malu adalah sebagian dari pada iman?
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw bersabda:

“Rasa malu adalah sebagian dari pada iman, sedangkan iman itu (tempatnya) di surga. Adapun perkataan yang kotor adalah perangai yang buruk, sedangkan perangai yang buruk itu (tempatnya) di neraka.” HR.
Ahmad (no. 10519), Al-Hakim (no. 172) dan At-Tirmidzi (no. 2009), beliau berkata: “Hasan Shahih”.

Pertanyaan tentang hukum mencuri hati seorang wanita yang aku tanyakan ke Ustadz masih saja terus terngiang dalam benakku. Aku tak pernah menyangka ternyata pertanyaan itu kini benar-benar menimpaku dan aku belum siap. Kini aku harus menjawab sendiri pertanyaan yang aku buat bertahun-tahun silam. Sayangnya, belum sempat aku menemukan jawabannya, hati ini terlalu sakit untuk menerima kenyataan yang pahit. Sangat-sangat pahit. Hatiku telah dicuri seseorang yang kini menjadi istri orang lain.

***

“Nasib kita sama Kak. Maaf telah membuat kakak mengenang kembali luka yang dalam itu.” Pesan May dalam WA.
“Gak apa-apa May. Kakak udah biasa mengenang luka yang dalam itu, meskipun sangat sakit. Dan, yang terpenting itu bagaimana kau bisa bangkit lagi May.

May, kau gadis yang tegar. Kau kuat. Dan aku yakin kau bisa melewati ini semua. Mengutip perkataan Ibn Hazm dalam Thouqul Hamamahnya: "Cinta itu membuat yang lemah jadi kuat, merubah yang penakut jadi pemberani.” Kau harus menggunakan energi positif cinta May, bukan malah tenggelam dalam lautan kesedihan yang tak bertepi.”

“Kak, kau tahu butuh berapa lama untuk menulis ceritaku yang 500 halaman?”
“Mungkin 1 bulan, atau 3 minggu.” Jawabku asal kepadanya.

Hakikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang