HC 8

656 33 1
                                    

Pada dasarnya setiap cinta harus punya landasan yang kuat. Ibn Hazm mengatakan:

“Cinta itu bermacam-macam. Yang paling utama adalah cintanya orang-orang yang saling mencintai karena Allah swt. Entah itu karena Amal Ibadah, atau kesamaan dalam Madzhab dan Akidah, atau karena ilmu yang Allah berikan kepadanya. (Jenis cinta berikutnya adalah)

Cinta karena hubungan kerabat. Cinta lantaran senang bersama dalam mencari suatu pencarian. Cinta dalam persahabatan. Cinta lantaran kebaikan yang diberikan. Cinta lantaran pangkat yang dimiliki orang yang dicintainya. Cinta karena rahasia yang mengikat keduanya yang harus sama-sama dijaga. Cinta hanya kebutuhan syahwat semata. Cinta yang tak memiliki sebab lantaran kedua jiwa sudah terhubung sejak masapenciptaan. Semua jenis cinta yang kusebutkan akan hilang seiring hilangnya sebab cintanya. Cinta akan bertambah atau bahkan berkurang seiring bertambah atau berkurangnya penyebab itu, kecuali Cinta Suci yang bersumber dari ikatan jiwa yang tak kan pernah hilang kecuali dengan kematian.”

Sedangkan Imam Al-Ghazali dalam Ihya’nya membagi sebab cinta menjadi empat:

1) Mencintai seseorang karena orangnya; Entah itu karena keindahan yang ada pada dirinya sehingga enak untuk dipandang, baik keindahan rupa, pikiran, maupun akhlak.
Akan tetapi terkadang kecintaan seseorang bukan lantaran keindahan rupanya, bukan pula keindahan prilakunya, akan tetapi karena kecocokan jiwanya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw:

“Ruh-Ruh itu adalah prajurit yang terorganisir, yang saling mengenal akan merasa cocok dan yang tak mengenal akan berbeda (tidak cocok).” HR. Muslim (no.2638)

2) Mencintai seseorang karena mengharapkan sesuatu darinya; Seperti mengharapkan manfaat darinya, baik itu manfaat harta, ketenaran, jabatan. Jenis cinta yang satu ini ada yang terpuji ada pula yang tercela sesuai dengan tujuannya.

3) Mencintai seseorang bukan karena orangnya, tapi karena hal yang
berhubungan dengan akhiratnya; Ini seperti cinta seorang murid kepada gurunya lantaran ingin mendapatkan ilmu atau perbaikan amal ibadah. Dan, cinta yang satu ini masuk dalam kriteria cinta karena Allah.

4) Mencintai seseorang karena Allah, bukan karena ilmu ataupun amal, bukan pula karena mengharapkan sesuatu di balik cintanya;
Ini adalah derajat cinta tertinggi. Bahkan cinta yang satu ini bukan hanya sekedar mencintai orangnya saja, malah menghantarkan dirinya pada mencintai semua yang berhubungan dengan orang yang ia cintai. Sebagaimana Majnun Bani „Amir berkata:

“Aku berjalan melewati rumah Laila, kuciumi tembok ini dan itu”
“Bukan karena cinta rumah itu hatiku terpikat, akan tetapi karena cinta kepada orang yang tinggal di dalamnya (Laila).”
(Diringkas dari Ihya‟ Ulumiddin)

Kalau cinta kita hanya karena keindahan wajah dan tubuh, akan sirna seiring bertambahnya usia. Jika cinta kita hanya karena harta, akan sirna seiring lenyapnya harta itu. Jika cinta kita hanya karena jabatan, akan sirna seiring hilangnya jabatan itu. Tapi jika cinta karena Allah, maka cinta itu akan abadi hingga di surga kelak.

Rasulullah saw bersabda:
“(Ada) tujuh golongan yang Allah naungi di bawah naungan Arsy-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya, yaitu: (1) Pemimpin yang adil. (2) Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. (3) Seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid. (4) Dua orang yang saling cinta karena Allah, berkumpul dan berpisah karena-Nya. (5) Lelaki yang diajak oleh perempuan yang mempunyai kedudukan dan kecantikan lantas ia berkata; “Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (6) Seseorang yang bersedekah lantas menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. (7) Seseorang yang mengingat Allah sendirian, lantas mengalir air matanya.”
HR. Al-Bukhari (no. 629) dan Muslim (no. 1031)

Hakikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang