HC 4

921 37 5
                                    

Malam kian larut. Di Indonesia jam harusnya sudah menunjuk angka 1 dini hari. Sedangkan di Yaman masih jam 9 malam. Ada perbedaan 4 jam antara Indonesia dengan Yaman.
Kau belum tidur May? Di Indonesia harusnya sudah jam 1 malam,” tanyaku kepadanya. “Aku sudah biasa begadang. Bahkan berhari-hari aku tak bisa tidur kak, apa lagi kalau bukan karena luka hati yang tak pernah tersembuhkan ini,” balasnya atas pesanku. “May, apa tanggapanmu atas pesanku yang ini?” Aku menunjuk pesan tentang motivasi menulis yang menyebutkan Buya Hamka dan J.K. Rowling.

Kuperhatikan layar hpku, ada keterangan May sedang mengetik. Selesai mengetik, pesan itu tiba di WA-ku.
“Sebuah cinta yang telah saya alami adalah cinta yang begitu tragis. Cinta yang membuat saya hampir mati dibunuh oleh sebuah perasaan. Bagaimana tidak? Di saat kami sudah saling mencintai tiba-tiba
kemudian ada kabar kedatangan sebuah keluarga dari pihak perempuan yang ingin meminta teman saya untuk menikah dengan anaknya. Suatu kabar yang membuat saya pasrah dan hampir bunuh diri.”

“Kakak benar, kisah May bagaikan kisah dalam novel Tengelamnya Kapal Vander Wijck yang mengisahkan Zainudin ditinggal menikah oleh Hayati. Kisah itu juga mampu memotivasi saya untuk bangkit dari masa lalu. Namun kakak tahu bagaimana suatu perasaan cinta sejati pada seorang lelaki yang pertama saya cintai. Sakit hati ketika saya mengetahui kabar itu. Hanya ikhlas yang bisa saya lakukan saat sebuah
perjuangan dan pengorbanan saya sudah tak berarti apa-apa.”

“Saya hanya berharap cinta dan sayang dari orang-orang yang saya kenal. Saya merindukan sosok orang tua dan saya merindukan sosok pendamping hidup. Namun apa nyatanya, sampai saya membusuk selama bertahun-tahun di balik cadar saya, tidak ada yang mau berbagi kasih dengan saya selain teman saya tersebut. Tidak ada yang mampu
menerima kekurangan saya, perhatian, pengertian, baik kepada saya selain dia. Dari hal itulah yang memberatkan saya untuk tidak mau kehilangan dia. Sampai sekarang saya tidak bisa membuka hati pada siapa pun. Rasa trauma itu masih membayangi. Terimah kasih untuk nasehat dan masukannya. Sebenarnya setelah saya menjalani kehidupan ini hampir setengah tahun saya sakit dan hanya mampu bernafas dengan selang dan selama setengah tahun ini saya hanya bisa menangis.”

Rasanya aku ingin menuangkan air mata sebanyak-banyaknya.
Kisahnya terlalu sedih untuk diselami, nyaris saja aku tenggelam dalam lautan nestapa yang membelenggu May. Aku tak mengomentari apa-apa dari tanggapan May atas pesanku tadi. May, aku tahu betapa dalam dan gelap kesedihan yang kau rasakan. “May, besok kita lanjut lagi sharingnya.
Semoga mimpi indah, wassalam,” hanya itu tanggapanku. “Sampai ketemu besok kak,” begitu jawab May.

Aku termasuk orang yang melankolis. Hatiku mudah terenyuh ketika membaca atau mendengar kisah yang sangat memilukan. Bahkan di saat membaca sendiri di kamar, kadang air mata tak kuasa aku tahan.
Teman-teman malah bingung kenapa aku menangis. Yah, aku sedang membaca episode tersedih dalam sebuah cerita. Hatiku terlalu rapuh untuk menyerap kisah-kisah sedih. Aku turut bisa merasakan apa yang disampaikan penulis. Dan kali ini May, kau benar-benar menarikku dalam
lubang kesedihan yang telah kau ciptakan sendiri. Aku bisa mengerti bagaimana rasanya kehilangan May. Dan, setidaknya malam ini kau buat aku agak susah untuk tidur lantaran memikirkan problema yang
menimpamu.

***

“May, aku sudah membaca tanggapanmu ini. Aku bisa merasakan betapa dalamnya rasa kehilangan yang kau rasakan, betapa
perihnya rasa sakit yang kau alami. May, aku juga pernah kehilangan.”
Ungkapku padanya mengawali percakapan di hari ketiga ini.

Kali ini adalah saatku untuk mulai bernarasi. “May, satu hal yang harus kau pahami. Kau tak pernah sendiri.” Itulah pesan yang ingin kusampaikan sejak awal.
“May, 7 tahun silam aku pernah mengalami hal yang sama denganmu. Lepas lulus SMA aku pindah ke rumah kakakku untuk bantu-bantu di toko bangunan yang ia kelola. Yah, saat itu aku belum menentukan untuk kerja atau melanjutkan pendidikan.”

Hakikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang