"Coba saja dulu, setiap pekerjaan itu ada jodohnya. Meski aku tidak yakin, tapi ayolah ... Tidak ada salahnya mencoba."

"Mmm ... Baiklah. Tolong aku ... Aku benar-benar butuh pekerjaan ini."

"Hem ... Nanti aku hubungi Hanbin."

***

          Malam harinya, Bong Shim langsung mengabari Hana kalau lowongan menjadi sekretaris di Louisa Group masih dibuka hingga minggu depan. Hana tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, gadis itu langsung membuka website Louisa Group untuk membaca syarat-syarat pelamar.

Ini benar-benar gila, Bong Shim tidak bohong saat mengatakan persyaratan Louisa Group sangat sulit. Ada banyak sekali berkas yang harus dipersiapkan. Tapi dari persyaratan ini Hana mengucapkan syukur berkali-kali karena pendidikan S1 masih dipertimbangkan.

Malam itu Hana bergadang hingga jam 2 pagi untuk mengurus berkas-berkas yang akan ia bawa hari Senin untuk datang melamar. Gara-gara koneksi dari Hanbin---kekasih Bong Shim, Hana tidak perlu melakukan seleksi pertama. Dia akan langsung di-interview, tapi keputusan interview sepenuhnya dilakukan oleh sang atasan. Hanbin hanya bisa membantu Hana sampai tahap pertama.

Hana benar-benar beruntung memiliki Bong Shim. Wanita itu bahkan rela meminjami Hana salah satu kemeja terbaik yang gadis itu punya. Katanya semua kemeja Hana tak layak pakai, warnanya sudah luntur dan modelnya ketinggallan zaman. Memakai pakaian yang seperti itu di hari pertama sama saja dengan bunuh diri.

Hana bertekad, bagaimana pun caranya dia harus bekerja di Louisa Group. Hidupnya harus lebih baik dari hari ini.

"Selamat pagi, saya Hwang Hana." Hana meletakkan lamarannya di atas meja, sedikit melirik ke arah represionist yang berpenampilan menarik, cantik, cerdas, dan sopan yang tersenyum menyapanya. "Saya datang untuk melamar di bagian Sekretaris Presdir."

"Halo, untuk bagian Sekretaris Presdir, Nona bisa naik ke lantai 64 dan silakan ambil nomor antrean di tempat yang sudah disiapkan oleh petugas. Semoga beruntung."

"Ah, terima kasih."

Hana membungkuk, kemudian berlalu dari sana. Jantung Hana berdetak kencang, dia benar-benar gugup. Hana menyiapkan interview hanya dalam waktu 2 X 24 jam, dia takut jawabannya tidak mampu memuaskan sang atasan yang Hana dengar-dengar memiliki kepribadian mengerikan.

Lowongan untuk sekretaris Presdir adalah lowongan yang paling sering dibuka. Presdir Louisa memiliki tempramen buruk, yang tidak bisa mentolerir kesalahan, walau itu kesalahan kecil sekalipun. Wataknya keras, dan tegas. Bahkan enam bulan ini pria itu sudah mengganti sekretaris sebanyak dua kali.

Setelah sampai di lantai 64, Hana mengambil nomor antrean. Di sampingnya sudah ada beberapa pelamar yang berpenampilan lebih menarik di bandingkan Hana. Mereka cantik, dan style fashion-nya style kelas atas. Hana semakin gugup, ia meremas mapnya dan mulai menghapalkan jawaban umum yang biasanya dipakai pelamar pekerja.

Hingga sampai pada giliran Hana, perempuan itu langsung masuk ke dalam ruangan yang begitu luas layaknya sebuah rumah. Karena Hana peserta terakhir, Hana masuk seorang diri.

Hana melirik ruangan itu, kaca-kaca bening yang ada di ruangan itu memperhatikan keindahan pusat kota Seoul yang super sibuk. Sofa mahal berwarna cokelat menawan mempercantik keindahan ruangan, bunga tulip yang ada di atas meja terlihat begitu segar, menambah kesan hangat di balik desain formal yang lebih dominan.

"Silakan duduk, Nona. Peresdir sedang ada di ruangan sebelah. Mohon ditunggu."

"Ah... Iya, tidak masalah."

Ne, SAJANGNIM!Where stories live. Discover now