2

1.6K 168 9
                                    

Yaaaa... Bisa dibilang kak Dikey itu orangnya frontal. Dia asal ngomong tanpa mikirin dampaknya apa. Kaya kejadian kemarin di kantin, sejak saat itu gue selalu disinis-in sama kakak kelas terutama perempuan. Kata orang sih, kak Dikey itu idaman para senior disini. Ngga jarang gue di hukum karena hal sepele sama mereka.

"Kyra" panggil Dinda.

"Apa?"

"Lo di cari kak Mingyu tuh" katanya.

Kak Mingyu dan kak Dikey emang kebetulan bertugas bertanggung jawab di kelas lain hari ini. Ada bersyukurnya, ada keselnya. Bersyukur karena artinya gue ngga ketemu mereka, kesel karena yang pegang kelas gue adalah kakak Osis perempuan yang hebohnya ngalahin kasus Ratna Sarumpaet sekarang.

"Ngapain sih? Ngga ah. Bilang gue lagi makan gitu" sahut gue.

Belum sempat Dinda ngerespon, kak Mingyu datang ke kelas gue.

"Kyra, kantin yuk. Diajak sama Dikey tuh" katanya.

"Gue kesana dulu" kata Dinda yang langsung kabur keluar kelas.

"Gue ngga laper kak" sahut gue.

"Key, Kyra ngga laper katanya" teriak kak Mingyu.

"Lagian udah mau bel juga kan. Udah sana balik gih"

"Lo ngusir? Wah. Hao, ada mangsa nih" teriaknya lagi.

Kak Hao yang termasuk temen mereka juga dateng ke kelas gue. Dia ini beda sama yang lain. Dia lebih halus dan dia masih ada keturunan Cina.

"Kenapa?" tanyanya.

"Masa gue di usir" adu kak Mingyu.

"Eh Kyra berani ngusir Osis?" tanya kak Hao ke gue.

"Enggak. Bukan ngusir. Sebentar lagi bel, entar gue di marahin lagi sama kak Edif"

Kak Edif itu nenek lampir yang bertanggung jawab di kelas gue. Dia itu cewek yang nyamperin kak Dikey pas di kantin kemaren. Menurut kabar, kak Edif ini udah suka sama kak Dikey dari pertama kali ketemu pas MOS. Tapi kak Dikey ngga suka sama dia. Yaa, namanya juga nenek lampir, pasti tetep ngikutin lah.

"Apa lo sebut-sebut gue?" gue langsung memutar bola mata gur alas pas denger suara itu. Siapa lagi kalo bukan si nenek lampir.

"Enggak kak"

"Baperan nih Edif. Cabut yuk" ajak kak Mingyu ke kak Hao.

Sesaat setelah mereka pergi, kak Edif menggebrak meja gue.

"Lo jangan belagu bisa ngga sih?" tanyanya.

"Maksudnya?"

"Lo ngapain deket-deket sama mereka? Jadi cewek tuh ngga usah ganjen"

"Sorry kak. Lo tau sendiri kan siapa yang samperin gue kesini?" gue balik bertanya.

"Kok lo nyolot sih? Gue hukum lo sekarang. Lari keliling lapangan lima kali"

Gue mendelik kaget. "Kak, ini panas banget"

"Ngga mau? Mau gue tambah hukumannya?"

Gue berdiri dan langsung keluar kelas. Gue kesel banget sama yang namanya Edif. Sumpah demi apapun. Dia selalu hukum gue kaya gini. Ngga masalah sebenernya lari keliling lapangan. Tapi sekarang lagi tengah hari bolong dan cuaca lagi panas-panasnya.

Gue mulai berlari keliling lapangan sekolah yang luar biasa luasnya ini. Saat gue tengah berlari, ada seseorang narik tangan gue yang ternyata adalah kak Dikey.

"Kamu ngapain sih lari-lari tengah hari bolong gini?" tanya kak Dikey.

"Di hukum kak" jawab gue yang masih ngos-ngosan.

First Love → DKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang