Beberapa saat kemudian Kevin kembali dengan sebuah kantong kresek di tangannya. Seblak yang mereka pesan belum jadi, Kevin menyuruh Citra meletakkan kantong kreseknya di bagian depan motor.

Kevin membayar seblak tersebut, Citra kembali menempatkan di bagian depan motornya. Setelah itu, keduanya langsung melesat pergi ke apartemen Kevin.

Tidak ada obrolan setelah itu. Mereka tiba di basement apartemen, Citra memarkirkan motor tidak jauh dari lobby. Kevin membawa semua yang mereka beli tadi, salah satu tangannya merangkul Citra. Cewek itu tidak menolak, dia tetap diam seperti biasanya.

Citra menempelkan kartu access pada keycard, semenjak Kevin memberinya satu, cewek itu selalu membawanya di dompet. Mereka masuk ke dalam, Kevin meletakkan semua barang bawaannya di atas meja.

"Kamu makan duluan kalau udah laper." Kata Kevin. "Aku mau mandi dulu." Citra mengangguk. Cowok itu melesat ke kamar, Citra duduk di bawah sofa sembari mengeluarkan isi kantong kresek.

Isinya dua botol air mineral, susu kotak dan beberapa cemilan lainnya. Dia membawa sebagian ke dapur, menyusun di dalam kulkas.

Citra kembali ke ruang tamu, Kevin sudah selesai mandi. Citra duduk di samping cowok itu, membuka styrofoam sehingga seblak tersebut mengeluarkan uap. Masih panas, Citra dan Kevin mengaduk dengan sendok plastik.

Mereka makan dalam diam. Sama sekali tidak mengeluarkan suara. Bahkan ketika minum, Kevin menunggu Citra selesai, barulah dia mengambil alih. Citra lebih dulu selesai makan, dia mengalihkan pandangan pada layar televisi yang berukuran besar di depan mereka.

Dia menoleh, ternyata Kevin sudah selesai makan. Citra membuang bekas tempat makanan mereka ke dalam tong sampah.

"Duduk sini." Kevin menepuk sampingnya. Citra duduk malu-malu, banyak pertanyaan yang bergelut dalam benaknya. Ingin menanyakan semuanya pada Kevin, berharap cowok itu mau menjawab tanpa bertanya balik. "Kamu mau nanya apa aja?" Tanyanya tiba-tiba.

"Eh?" Citra terkejut.

"Muka kamu keliatan banget banyak pertanyaannya." Kevin mencibir.

Citra menunduk malu. Wajahnya bersemu merah, Kevin mengetahui isi pikirannya. "Kenapa kamu bikin Fuddin masuk rumah sakit?" Pertanyaan pertama yang dilayangkan oleh Citra.

"Penting banget emang?" Kevin meringis.

Citra cemberut. Baru saja berharap Kevin tidak membuatnya kesal, tapi lihatlah sekarang. Cowok itu memang bener-bener! "Nggak jadi nanya!" Citra membuang pandangannya.

Kevin terkekeh, meraih bahu cewek itu dan mengelus kepalanya lembut. "Kamu udah mulai berani, eh?" Cibirnya.

"Terserah aku!" Balas Citra lagi.

Kevin kembali mencibir. "Nanya apa lagi?"

Citra ngambek. Males nanya, ujung-ujungnya sama. "Nggak mau nanya lagi." Ucapnya menggeleng.

"Serius?" Citra mengangguk.

"Yaudah." Kevin mengangkat bahu.

Citra makin sebal, Kevin sama sekali tidak peka. "Mama bilang, ini terakhir kali denger kamu bikin masalah kalau masih mau ketemu sama aku."

Kevin mengernyit. "Mama kamu bilang begitu?" Citra mengangguk. Cowok itu berdehem. "Tergantung!" Katanya.

"Kenapa?"

"Ya..., tergantung." Kevin menjawab acuh tak acuh.

Citra meringis. "Ih..." Kevin terkekeh. Lalu Citra melanjutkan hati-hati. "Beasiswa aku."

Kevin langsung kesal. "Iya. Aku tahu. Jangan dilanjut lagi."

"Maaf." Citra mencicit. "Pak Jarrot udah kasih peringatan buat aku."

Kevin mendengkus kasar. "Jangan bahas lagi! Terserah kamu aja. Kalau udah lulus kita selesai. Kamu pergi sendiri, aku nggak boleh ikut. Itu kan mau kamu?"

Citra diam lalu mengangguk pelan, membuat Kevin mengalihkan pandangannya. "Maaf." Kevin diam, Citra meremas kedua tangannya mengurangi rasa gugup. "Ta-tadi gimana?" Citra kembali melembut untuk mengganti suasana mereka yang sudah tidak bersahabat. "Kamu nggak ditanyain aneh-aneh? Semua lancar? Kamu nggak bersalah?"

Kevin tersenyum lembut, memandang cewek itu dalam. Dalam relung hati menghangat, Citra mengkhawatirkannya. "Udah aman. Semua beres." Jawabnya sembari menyelipkan rambut Citra ke belakang telinga.

Citra mengernyit. "Secepat itu? Terus Fuddin gimana?"

Kevin mencubit hidungnya. "Jangan dipikirin lagi." Ucapnya. "Sekarang yang penting itu bikin kamu gemuk!" Lanjut Kevin galak. "Kamu nggak makan atau gimana selama ini?"

"Aku makan." Jawab Citra cepat.

"Tapi kenapa kurus begini?! Kamu mau diet? Mau ikut-ikutan body goals?" Sewot Kevin makin galak.

Citra cemberut dan menggeleng. Dia nggak bisa mengorek informasi dari cowok itu. Bagaimana pun caranya, tetap saja Kevin menutupinya, langsung mencari topik lain agar Citra terlena.

"Kenapa muka kamu jelek banget? Jangan cemberut!" Kevin berdecak sembari mencubit kedua pipinya dan menarik gemas.

"Jangan. Sakit!" Citra berusaha menjauh. Kevin berdecak menolek ke samping dan menyeringai. Mencopot kaca mata Citra yang membingkai wajahnya lalu melempar asal. Cewek itu melebarkan matan dan tergagap. "Kaca mata aku..." Dia menoleh pada kaca mata malangnya yang tergeletak mengenaskan di lantai marmer.

"Ganti baru."

"Ta-tapi itu ma-mahal. Aku nggak mau ngutang lagi."

"Cerewet!" Tangannya meraih spidol dari bawah meja dan mendekat. Citra was-was, menatap tajam Kevin yang semakin menempel dan menimpanya.

"Mau ngapain? Aku laporin sama mama kalau kamu nakal!"

Kevin kembali menyeringai, menggigit ujung spidol sehingga tutupnya terbuka. Kedua tangan Citra di genggam dengan salah satu tangannya. Citra melebarkan mata, tetapi Kevin semakin mendekatkan ujung spidolnya.

"Ih, jangan..."

Kevin tidak menjawab, tutup spidol masih ada di mulutnya. Ujung spidol menyentuh pipi Citra, secara otomatis cewek itu memejamkan mata. Membiarkan Kevin mencoret mukanya dan menimpa tubuhnya.

Kevin semakin senang, dia melanjutkan kreasinya sama seperti Zen bila menemukan pensil gambar dan kertas. Langsung serius dan nggak bisa diganggu lagi.

Citra tidak merasakan ujung spidol itu lagi di wajahnya beberapa saat kemudian, dia membuka mata perlahan dan menemukan Kevin terkekeh senang. Citra mendorong tubuhnya menjauh, lalu Kevin tergelak semakin senang.

Citra penasaran, dia meraih ponsel Kevin dari meja dan melihat pantulan wajahnya dari sana. Kedua matanya melebar, Kevin melukis kacamata bulat besar di wajahnya, serta senyum lebar seperti mulut ikan hiu. Kevin melukis garis runcing hingga menyentuh telinga Citra. Di ujung hidungnya Kevin membuat titik besar.

Lebih tepatnya Citra seperti badut!

"Kamu!!"

Citra kesal, hendak berdiri tetapi Kevin menarik tangannya lagi sehingga kembali duduk. "Nanti kalau kamu cemberut lagi, aku lukisin muka kamu begini lagi." Katanya.

"Kamu keterlaluan!" Citra berontak, melepaskan cekalan tangan Kevin dan pergi ke kamar cowok itu untuk membersihkan wajahnya. Kevin kembali terkekeh senang.

***

Jakarta, 02.10.18

Hollah... gimana part ini?

Masih mau lanjut?

Yuhu, spam komen ya untuk part selanjutnya.

Wahai sider, tunjukkan pesonamu!



Follow ig. ila_dira dan novel.dira

EX [TERBIT]Where stories live. Discover now