Part 41

320 17 0
                                    

Entah apa yang kini aku rasakan, tapi yang jelas kini aku sudah tak tahan lagi.
Rasa sakit ini benar-benar memunjak.
Sudah cukup aku menahannya, kini aku hanya bisa pasrah dengan segala keadaan.
Kuserahakan hidup dan matiku hanya kepada-Mu, Ya Rabb ku.

~Syafira Azkia Azzahra~

Selamat membaca
*****

Tanpa terasa jam pelajaran hari ini sudah selesai, sesuai dengan rencana yang sudah di buat tadi. Syafira dan Daffa pulang bersam, sedangkan Intan dan Akbar pulang bersama. Mobil yang mereka tumpangi berpisah ketika di gerbang sekolah. Hal ini memang di rencanakan oleh Daffa karena tidak ingin mengganggu rencana Akbar yang ingin meminta maaf.

Daffa pun mengantar Syafira kembali ke rumah, namun satu hal yang membuat Daffa menjadi seorang teman yang tak begitu memahami sahabatnya. Bukan karena membuat Syafira kembali menangis tapi karena tanpa sengaja ia melihat Syafira memegangi dadanya yang seperti terasa sesak. Bukan hanya itu, Daffa juga melihat Syafira menarik nafas seakan ia benar-benar kehabisan oksigen.

Sedangkan Syafira yang tidak mengetahui bahwa ia tengah di perhatikan oleh Daffa hanya bisa mencoba mencari oksigen untuk ia bisa bernafas dengan lega. Entah kenapa waktu ini memang benar-benar tidak tepat. Syafira terus saja mencoba untuk menyembunyikan rasa sakitnya yang kali ini sangat beda dari sebelumnya.

"Ya Allah kenapa rasa sakit kali ini beda banget? Kali ini benar-benar sakit Ya Allah, bantu Syafira untuk menyembunyikan rasa sakit ini agar Daffa sahabatku tidak menyadari bahwa aku sedang berjuang melawan rasa sakit yang teramat sangat ini." Ujar Syafira di dalam hati.

Rasa sakit yang semakin menjadi-jadi membuat Syafira tidak menyembunyikan rasa sakit yang datang mendera, dan benar saja suara dari Daffa pun terdengar.

"Syafira, kamu kenapa sih? Dari tadi kamu itu enggak tenang, dan aku perhatiin dari tadi kamu itu kayak sesak gitu emangnya kamu lagi sakit yah?" deg....

Pertanyaan dari Daffa itu benar-benar tidak bisa di jawab oleh Syafira, ia bingung ingin menjawab apa karena ia sediri belum bisa memastikan apa penyakit yang ia derita atau ini hanya berupa efek lelah pada tubuhnya.

Karena bingung ingin menjawab apa, ia hanya bisa bungkam seribu bahasa. Namun hal itu tidak bertahan lama karena suara Daffa kembali memenuhi seisi mobil.

"Syafira, jawab dong." Titah Daffa bahkan ia sampai memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Daffa kamu kenapa sih sampai berhentiin mobil segala?" bentak Syafira dengan spontan.

"Fira kamu kenapa sih? Kok kamu malah bentak aku? Fira seharusnya itu aku yang nanyak sama kamu, kamu yang kenapa?" tanya Daffa dengan nada yang sedikit meninggi.

Syafira yang terkejut dengan nada suara Daffa yang meninggi membuatnya terdiam dan lebih memilih menunduk tak berdaya. Sedangkan Daffa malah memalingkan wajahnya keluar jendela memandang suasana jalanan yang ramai.

"Aku enggak kenapa-napa Fa, maaf yah aku tadi ngebentak kamu. Aku cuman lagi enggak enak badan, rasanya tu pengen demam. Enggak sakit yang kenapa-napa Fa." Kebohongan lagi lah yang di ungkapkan oleh Syafira.

Tapi memang untuk saat ini ia hanya bisa berbohong sampai saat yang sudah di tentukan oleh Sang Maha Kuasa. Ada rasa bersalah di hati Syafira karena sudah berbohong untuk orang yang sudah lama berada di dalam hatinya, namun inilah kenyataan yang harus ia terima.

Memang benar kata pepatah, jika sudah sekali berbohong maka untuk selanjutnya akan terus berbohong. Karena satu kebohongan harus di tutup dengan kebohongan yang lainnya. Tapi a[pa boleh buat, memang mungkin ini yang terbaik untuk Syafira dan juga Daffa.

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang