“May, sejak kecil masjid adalah tempat yang paling sering aku kunjungi. Jika aku tak sholat di masjid, Ibu pasti mencari-cariku, terlebih jika aku absen mengaji di masjid. Dan, ketika pindah ke rumah kakak, masjid juga tak pernah aku tinggalkan di waktu sholat. Hanya saja, di balik kekhusyu‟an ibadah yang aku dapat, di sinilah petaka itu bermula.”

“Aku masih terbilang orang baru di masjid ini May. Ada banyak kawan dan pengurus masjid yang mulai aku kenal. Orang-orang yang hidupnya di masjid selalu wajahnya menampakkan kecerahan dan keceriaan. Ada cahaya yang terpancar di wajah mereka, meski seharian berbagai masalah mereka hadapi untuk menjalani kehidupan yang sementara ini.”

“Di tempat yang baru ini juga aku aktif di banyak kegiatan Remaja Masjid. Ada sekitar 20 pemuda dan pemudi yang tergabung dalam organisasi kepemudaan ini. Nah, di sinilah akar dari semua nestapa yang
kualami 7 tahun silam May.”

“Aku adalah tipe lelaki pemalu May. Aku tak banyak akrab dengan teman wanita, terlebih aku orang asing di sini. Sejak kecil aku tak pernah mengungkapkan rasa cinta kepada seorang wanita. Aku tak punya
nyali untuk itu May. Dan hal ini berlanjut hingga aku tamat SMA. Aku akhirnya mengambil prinsip: “Aku tak kan pernah mengungkapkan kata cinta kecuali kepada istriku. Meski aku suka terhadap seorang wanita, aku tetap akan rapi menyimpannya, tanpa seorangpun yang tahu. Aku tak mau
bermain api asmara. Terlebih agama melarangnya.” Yah itu adalah prinsip
yang pegang selama ini, hingga akhirnya pendirianku mulai goyah, tak menentu arah.”

“Malam itu kami baru selesai melaksanakan Sholat Isya‟ berjama‟ah. Tak ada kegiatan apa-apa di masjid. Saat itu aku hendak
pulang ke rumah kakak. Aku berpamitan kepada teman-teman untuk pulang terlebih dahulu. Saat tiba di pintu keluar masjid, aku berusaha membukanya pelan-pelan May. Rasanya dari balik pintu ada yang sedang memegang gagang pintu juga. Akhirnya kubuka pintu keluar masjid.
“Krekk... Deggg.” Nafasku seolah terhenti. Sepasang bola mata tepat terpaku di depan wajahku. Yah, tatapan kami bertemu dalam hitungan detik tak berarti. Akan tetapi waktu seolah-olah berhenti.”

“Gadis yang ada di depan mataku baru kali ini aku melihatnya May. Aku tak pernah melihatnya di masjid sebulan terakhir semenjak aku pindah. Kami berdua jadi salah tingkah di depan pintu masjid. Gadis itu hanya mundur, lantas menundukkan pandangannya seraya memberi isyarat agar aku berjalan. Ini bukan pertemuan biasa May. Pertemuan ini kurang lebih sama dengan saat kau melihat lelaki itu di Masjid Nabawi."
“Dari tatapan yang hanya berlangsung beberapa detik itu ada sesuatu yang berbeda. Aku sangat yakin gadis itu merasakan hal yang sama. Seolah-olah kami sudah mengenal sangat lama, terpisah bertahun-tahun dan kini dipertemukan kembali. Yah, ini adalah tatapan cinta. Lebih tepatnya aku menyebut “Bahasa Tatapan”, salah satu bahasa cinta yang sulit untuk dijelaskan tapi sangat mudah dipahami oleh yang
merasakannya. Aku pernah menerjemahkan sebuah artikel karya Dr. Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthy yang bertajuk “Hati Yang Terbakar” Pertemuan lelaki dan gadis di tangga dalam artikel itu persis seperti yang aku alami saat ini.”
“Sejak pertemuan itu, aku malah suka melamun. Tidur malampun menjadi susah, lantaran selalu terbayang wajah gadis yang baru aku lihat.
Beberapa kali aku berusaha melupakannya May, namun wajah gadis itu malah kian kuat hadir di dalam benakku. May, seharusnya pandangan itu tak pernah terjadi. Aku tahu betul akibat buruk dari pandangan itu.
Rasulullah saw bersabda:

“Pandangan (kepada wanita) adalah panah Iblis yang beracun, barang siapa meninggalkannya lantaran takut kepada Allah, maka Allah akan menganugerahinya iman yang ia temukan manisnya di dalam hatinya.” HR. Al-Hakim (no. 7875) Dalam riwayat lain disebutkan: “Akan diberikan manisnya ibadah.”

Dari itulah Allah menyuruh agar kaum mukminin menjaga pandangan matanya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaknya mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka”. [An-Nur : 30-31]

Hakikat CintaWhere stories live. Discover now