Love Letters 3

982 208 9
                                    

🖤

Setibanya di stasiun penyiaran— dengan mengabaikan seluruh panggilan Sehun— Lisa berpamitan pada Suga kemudian berlari kecil untuk masuk kedalam lift, ia berjanji untuk menonton acara yang Jisoo pandu.

"Oh!" seru seorang pria yang sudah berada didalam lift bersamaan dengan langkah Lisa yang langsung terhenti. Kwon Jiyong berdiri di sudut lift, sendirian sembari memegang selembar ungu— surat yang Lisa tulis untuknya.

Tidak ada orang, pikir Lisa sebelum ia buru-buru masuk kedalam lift dan merebut surat yang ia tulis— yang saat itu berada di tangan Jiyong.

"Ya! Oppa kembalikan!" pinta Lisa sementara Jiyong mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk mencegah surat itu jatuh ke tangan penulis aslinya. "Kembalikan kertas itu oppa... ku mohon... itu- itu- kau tidak seharusnya menerima surat itu!"

"Waeyo? Kau tahu apa isi kertas ini? Ah... tentu saja, kau yang menulis surat ini, iya kan?" goda Jiyong tanpa berniat mengembalikan surat itu pada pemiliknya.

"Aaa... oppa... ku mohon kembalikan, itu hanya tulisan-tulisan bodoh yang di buat anak kelas 4 sekolah dasar..." bujuk Lisa bersamaan dengan pintu lift yang akan tertutup.

"Kau mencium seorang pria saat masih kelas 4 sekolah dasar? Aigoo-" Lisa menghentikan ucapan Jiyong dengan mencium bibir Jiyong. Gadis itu mencium bibir senior di agensinya tepat setelah pintu lift yang hampir tertutup kembali terbuka. Lisa mencium Jiyong karena melihat pantulan Oh Sehun di dinding lift, karena melihat Sehun memegang surat yang di tulisnya.

Pintu lift tertutup usai Sehun masuk dan Jiyong melepas ciuman Lisa dengan lembut begitu ia tersadar dari sengatan listrik yang tiba-tiba itu. Ia terkejut namun tidak cukup tega untuk mendorong Lisa dan mempermalukan gadis itu didepan orang lain. Pria itu memasukan surat yang Lisa kirim untuknya kedalam saku mantelnya kemudian mengusap bibir Lisa dengan ibu jarinya.

Tidak ada yang bicara sampai pintu lift kembali terbuka kemudian Jiyong merangkul Lisa dan mengajaknya keluar dari lift.

"Sepertinya bukan hanya aku yang menerimanya?" tanya Jiyong yang kemudian mengembalikan suratnya pada Lisa. "Berhati-hatilah saat bermain dengan temanmu, permainan mengirim surat seperti ini terlalu berbahaya untuk karirmu,"

"Aku tidak bermain!" balas Lisa yang sedikit sesak karena perasaannya hanya dianggap sebagai sebuah permaian oleh Jiyong.

"Jadi, kau benar-benar menyukai-"

"Anniyo! Aku menulisnya saat masih kelas 4! Bisakah oppa mengabaikannya saja? Anggap saja itu salah satu surat dari fansmu dan lupakan saja surat-"

"Pelankan suaramu, kau mau semua orang mendengarnya?" tegur Jiyong yang kemudian mengacak rambut Lisa. "Aku akan mengabaikan dan berpura-pura tidak pernah membacanya jadi tidak perlu marah begitu, lagi pula bukan salahku kalau surat itu tiba-tiba ada di rumahku pagi tadi,"

"Dirumahmu? Bukan di studiomu atau di kirim ke agensi?" tanya Lisa sembari menepis tangan Jiyong dari kepalanya. Gadis itu sudah mengenal Jiyong sejak mereka masih kecil. Ibunya berteman deengan ibu Jiyong dan rumah mereka juga berada di lingkungan yang sama. Lisa pernah menyukai Jiyong namun seiring berjalannya waktu, Lisa merasa kalau Jiyong hanya menganggapnya sebagai seorang adik dan ia pun berjanji pada dirinya sendiri untuk menganggap Jiyong sebagai seorang kakak. Seiring berjalannya waktu, mereka tetap dekat namun frekuensi pertemuan mereka terus berkurang. Jiyong sibuk dengan hidupnya, begitupun dengan Lisa.

"Dirumahku, karena itu aku ingin bertanya padamu kapan kau datang kerumahku dan menaruh surat itu disana?"

"Aku tidak mengirimnya!"

"Lalu?"

"Sepertinya aku tidak sengaja membuang surat-surat itu dan seseorang menemukannya. Bagaimana kalau fans yang menemukannya? Lalu dia mengirimnya? Astaga... bagaimana ini? Bagaimana kalau suratnya sampai di publish?"

"Kau bodoh ya? Tidak ada fans yang bisa menaruh surat ini di depan pintu apartementku, tidak sembarangan orang boleh masuk gedung apartementku,"

"Bagaimana kalau fans itu menyamar-"

"Kenapa kau tidak minta bantuan appamu untuk mencari pengirim surat ini saja? Dibanding berkhayal didepanku," ucap Jiyong yang kemudian merogoh sakunya, melihat panggilan yang masuk di ponselnya. "Aku harus pergi sekarang," lanjutnya setelah membaca nama managernya di layar ponselnya. "Ah iya, dan ciumanmu tadi, akan ku pastikan kau mendapat masalah kalau berani melakukannya lagi,"

Setidaknya ucapan Jiyong membuat Lisa sedikit tenang. Tidak mungkin fans yang mengirim surat-surat itu. Kalau Jiyong menerima suratnya di depan rumahnya, dan dua surat lainnya langsung diantar ke dorm BTS maka Lisa yakin kalau surat itu di kirim oleh seseorang yang punya akses masuk, seseorang yang mengetahui konsekuensi kalau sampai surat-surat itu tersebar, seseorang yang cukup berakal dan tidak akan menyebarkan surat-surat itu ke publik.

Tiga suratnya sudah kembali dan ia tidak cukup berani untuk mengambil surat yang ada pada Sehun.

"Lisa!" panggil Sehun dua jam setelah Lisa keluar dari auditorium tempat Jisoo syuting. Pria itu menghampiri Lisa yang sedang berpura-pura tidak melihatnya namun menghentikan langkahnya ketika Lisa tiba-tiba berlari menghampiri seseorang.

"Oppa!!" teriak Lisa sembari berlari kecil menghampiri dua member Big Bang yang baru saja keluar dari ruang seorang produser— Jiyong dan Seungri.

"Kau memanggilku atau memanggilnya?" tanya Seungri sembari menunjuk Jiyong yang masih mengecek jadwal di ponselnya.

"Memanggilnya?" jawab Lisa sembari berharap Jiyong akan menoleh dan melihatnya.

"Kalau begitu aku duluan," jawab Seungri yang kemudian menepuk bahu Jiyong, berpamitan dan melangkah pergi setelah mendapat anggukan kecil dari Jiyong yang masih sibuk membaca.

"Oppa," panggil Lisa sembari mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel Jiyong.

"Hm?" tanya Jiyong yang akhirnya mengangkat kepalanya untuk melihat Lisa— juga tanpa sengaja melihat Sehun berdiri tidak jauh dari mereka. "Butuh bantuan lagi?" tanya Jiyong dan Lisa hanya mengangguk kecil. "Tsk... baiklah, ayo, kemana teman-temanmu?" tanya Jiyong yang kemudian merangkul bahu Lisa dan mengajak gadis itu untuk berjalan menuju lift.

"Jisoo eonni masih meeting untuk syuting besok, Jennie dan Rose eonni mungkin sudah ada di dorm sekarang, tadi siang mereka ke agensi untuk latihan,"

"Dan bagaimana kau sampai disini?"

"Diantar Suga- astaga... aku butuh tumpangan untuk pulang... oppa-"

"Kau tidak malu?" potong Jiyong membuat Lisa menghentikan langkahnya beberapa langkah dari lift. Pintu lift yang sudah terbuka membuat Jiyong menarik gadis itu agar segera masuk ke dalam lift. "Kau tidak malu padaku? Kau menghindarinya setelah tahu dia menerima suratmu. Aku juga menerima suratmu, kau tidak malu padaku?"

"Oppa bilang oppa akan mengabaikannya, itu hanya surat dari seorang anak kelas 4, hanya main-main,"

"Dan surat untuknya adalah surat sungguhan? Bukan main-main?" tanya Jiyong membuat Lisa menelan kasar ludahnya sendiri. Apa ia ketahuan sekarang? Kalau ia masih menyukai Sehun?

🖤

Love LettersWhere stories live. Discover now