"Kamu bilang nggak cinta dia. Tapi kenapa kamu lakuin itu sama dia?" Umpatku.

"Karena aku berpikir untuk apa lagi aku mengharapkan kamu? Aku berpikir kamu pun udah lakuin hal itu dengan marcel. Bahkan aku berpikir kamu udah menikah dengan dia. Mengingat dia adalah laki laki tulen yang bisa memberi kamu anak yang bisa kamu lahirkan dari rahim kamu sendiri. Aku marah. Dan aku juga berpikir, nggak ada salahnya lakuin hal itu sama  Angel, karen aku tau Angel cinta aku dan dia yang selalu memberikan tanpa aku minta. Jujur. Aku melakukan hal itu karna aku berharap aku juga bisa mencintai dia. Tapi, semua itu nihil". Aku terdiam saat Araya menjelaskan segalanya. Bisa terlihat jelas dari kilat matanya. Ia sedikit berapi api saat ini.

"Ellen. Aku cinta kamu. Aku mau kita jalanin aja seperti air yang mengalir. Kamu belum terlambat. Tapi, biarkan waktu yang menjawab" lanjut Araya. Ia membalikkan tubuhnya lalu memelukku dengan erat.

***

Araya's POV

Hatiku benar benar terasa sakit saat mendengar semua penjelasan dari Ellen. Terlebih saat aku tau bahwa sebagian besar dari rencana mereka adalah ide dari Mommy. Entah, apa yang ia pikirkan.

Sekarang lihatlah. Aku tidak tau apa Ellen masih belum terlambat atau tidak. Pasalnya, Angel terlanjur berada disisiku selama 4 tahun terakhir. Kami telah menjalani segalanya. Dan aku harus meninggalkannya begitu saja?

Pikiranku benar benar kalut. Satu sisi aku tidak dapat berbohong bahwa cinta didalam hatiku untuk Ellen masih tetasa sangat menggebu gebu ditambah dengan apa yang baru saja kita lakukan.

Disisi lain, ada Angel yang mencintaiku. Iniq benar benar mengiksaku. Kenapa Mommy membiarkan Angel ikut terlibat dalam kehidupanku jika ini semua adalah rencananya.

Saat ini, aku merasa sedang selingkuh dengan Ellen. Aku dan Angel memang tidak terikat dalam satu hubungan apapun. Tapi, akan sangat jahat jika aku harus meninggalkannya begitu saja.

Tidak ada yang bisa kulakukan. Karena Mommy sedang berada diluar kota. Dan aku tidak mungkin membicarakan segalanya ditelpon. Jadi, aku memutuskan untuk melakukan meeting setelah Mommy kembali ke Jakarta.

***

Aku menjadi lebih sering menemui Ellen dibelakang Angel. Dengan alasan yang kubuat buat. Sebenarnya aku tidak begitu yakin jika Angel percaya denganku begitu saja.

Seperti yang kurencanakan. Aku sudah membuat jadwal dengan Mommy untuk segera menemui ku dan Ellen disebuah cafe.

Dari perlakuan Mommy dan Ellen satu sama lain, terlihat jelas Mommy sangat merindukan Ellen. Beliau betul betul baru mengetahui kepulangan Ellen.

Setelah mereka akhirnya tenang. Aku duduk menatap mereka bergantian. Terutama Mommy. Bisa terlihat sikapnya menjadi kikuk saat ini.

"Mom. Ellen udah cerita semuanya. Sekarang Araya mau dengar dari Mommy" ku sesap kopi hitam sekilas untuk meredam emosiku.

"Araya. Tenang dulu. Sebagian besar memang rencana Mommy. Tapi, mommy berbuat ini hanya untuk memberimu pelajaran. Mommy berusaha agar Ellen tetap menerima kamu dan supaya kamu tidak mengulangi kesalahan kamu. Tapi, soal Ellen yang pergi ke Australia. Mommy baru tau saat Ellen kuliah ditahun keduanya. Mommy tidak ingin memaksa Ellen pulang ke Indonesia. Dan, Mommy memang tidak mengatakan apapun mengenai Angel. Karena mommy tidak mau mengganggu Ellen. Mommy juga bingung. Satu sisi, Ellen harus fokus kuliah, dan disisi lain, Mommy tidak bisa larang kamu untuk dekat dengan Angel karena alasan Ell" Mommy menjelaskan. Jujur, sebenarnya aku merasa sangat kesal dengan keadaan seperti ini. Disaat orang yang aku cinta kembali, kenapa justru aku yang terjebak dicinta yang lain.

"Tapi mommy bisa mengatakan itu semua adalah rencana Mommy. Mom, aku hampir mati karna frustasi, bagaimana kalau aku mati saat itu?" Aku menjawabnya cepat.

"Mommy minta maaf Araya. Mungkin rencana Mommy berlebihan. Tapi, Mommy hanya ingin membantu. Sekali lagi maaf" bisa terlihat dari raut wajah Mommy. Ia sangat menyesal.

"Araya. Ini bukan sepenuhnya salah Mommy. Kalau kamu nggak macem macem, semuanya nggak akan jadi seperti ini. Tapi, sekarang nasi udah jadi bubur. Aku nggak bisa apa apa" kali ini Ellen angkat bicara.

"Mom. Ellen. Oke aku memang salah. Aku yang berulah. Tapi, aku harus apa? Aku memang nggak cinta sama Angel. Tapi... tapi dia udah lakuin semuanya buat aku" aku menarik kursiku agar tubuhku mendekat dengan keduanya. Aku merasa geram.

"Kamu nggak perlu bingung Araya. Setelah aku pikir pikir. Aku nggak mungkin rusak kebahagiaan wanita lain. Jujur aku memang cinta kamu. Tapi..." tidak. Itu tidak benar. Apa itu artinya dia akan meninggalkan ku lagi? Wajah Ellen memerah dan seketika air matanya berlinang dipipinya. Ia menyekap mulutnya dengan telapak tangannya menahan isak tangisnya agar tidak terdengar.

"Araya. Mommy pernah melarang kamu terlalu dekat dengan Angel. Karena Mommy takut hal ini terjadi. Dan sekarang ini benar benar terjadi" Mommy berkata lagi. Aku tertunduk. Lalu berdiri dan menghampiri Ellen. Aku bergerak memeluknya dari belakang dan mengusap punggungnya dengan lembut. Untunglah kami memilih meja outdoor dilantai tiga cafe ini, dan hanya kami bertiga yang ada disini. Aku bisa leluasa melakukan hal ini. Ku kecup telinga Ellen yang tertutup rambutnya yang wangi.

"Araya!!". Kami menoleh saat sebuah suara menyerukan namaku dengan lantang. Mataku terbelalak. Aku terkesiap melihat sipemilik suara tersebut dan melepas pelukanku pada Ellen. Ia adalah Angel.

Angel berjalan menghampiri kami. Terlihat jelas pipinya telah basah oleh genangan air yang dihasilkan dari matanya yang sembap.

Plaakk

Satu tamparan mendarat mulus dipipiku. Angel tak berkata apapun. Dia masih menamparku sesekali sambil menangis. Isak tangisnya semakin keras. Aku tidak tau mengapa Angel bisa berada disini. Yang jelas ia sangat marah saat ini.

Mommy dan Ellen hanya terdiam melihat perlakuan Angel padaku.

"Aku udah denger semuanya!" Tegas Angel. Aku menghela nafas pelan sambil terus menatapnya.

"Maaf" gumamku. Seketika Angel mendorongku dengan sekuat tenaga. Aku mencoba menghampiri Angel.

"Kalo kamu memang ngga cinta sama aku. Terus kenapa kamu membiarkan aku cinta sama kamu? Kenapa kamu membiarkan aku menerima semua perlakuan kamu? Menuruti semua permintaan kamu? BAJINGAN KAMU ARAYA!!" Jari telunjuk Angel menekan dadaku berkali kali. Persis seperti Ellen dulu.

"Pantas kamu nggak pernah mau nikahin aku! Karena perempuan ini?!" Angel menunjuk Ellen dengan pasti. Aku meraih tangannya agar tidak mengarah pada Ellen.

"Kamu belain dia?! BRENGSEK!!" Umpat Angel.

"Kita bicarain ini dirumah. Okey?" Aku berkata. Tak lama setelah aku berkata begitu. Angel jatuh pingsan. Akupun segera membawanya kembali kemansion.


****

Akhirnya ni chap selesai. Niatnya mau up next partnya sekalian tapi karna thor lagi sibuk hari ini. Jadi satu dulu.

Semoga terhibur sama cerita receh ini ya. Dan makasih buat yang udh support. Jangan lupa vommentnya 😊

I love you All (meski klean ga cinta author sih) wkwkwkwk

Araya 1 [END]Where stories live. Discover now