Sib Si (14)

4.9K 251 7
                                    

Flashback on

Disebuah ruangan yang berada disebuah rumah megah. Terdapat dua orang pria lansia yang duduk bersandingan. Disamping salah satu pria lansia itu tengah duduk seorang pria dan wanita yang masih terbilang muda dan seorang anak laki laki yang tengah duduk dipangkuan wanita itu. Tak lama mereka berada disana. Seorang pria sebaya dengan pria dan wanita tadi datang. Dahinya basah akibat terkena hujan diluar. Kini ia duduk di hadapan pria lansia lainnya.

"Winata? Bagaimana persalinan istrimu?" Tanya salah seorang pria lansia dihadapannya. Ia mengatur nafas. Wajahnya berubah murung dan ia menangis. Semua pasang mata terheran kala melihat hal itu.

"Ada apa win?" Tanya wanita sebaya. Pria bernama winata ini nangis semakin jadi. Suami dari si wanita yang selaku sahabat pria ini menghampiri dan mengelus lembut pundak lebarnya.

"Anakku selamat nuth. Tapi istriku.. dia.. hikkss. Dia pergi untuk selamanya". Semua orang shock dan langsung berdiri.

"Ayo kita kerumah sakit"

***

"Sabar win. Aku tau kesedihanmu." Lagi lagi sahabatnya yang bernama nuth menenangkan.

"Win. Lihat anakmu. Jika kau sedih siapa yang akan memberinya kekuatan?" Wanita sebaya itu tengah menggendong seorang bayi mungil yang amat lucu. Dilihatnya bayi itu seksama. Dibelainya lembut setiap inci wajah mungilnya.

"Namanya adalah ellen" gumam pria itu.

"Nama yang sangat cantik" sahabatnya berkomentar.

"Win. Kemarilah ada yang ayah ingin bicarakan" seorang pria lansia menepuk pundak pria yang disapa winata itu untuk berjalan duduk dikursi rumah sakit.

"Kau sudah tau kan. Masalah perjodohan? Ayah dan Run bersahabat sejak lama. Memutuskan menjodohkan anak kami. Tapi sayangnya. Anak kami laki laki. Dan sekarang kami sepakat. Untuk. Menjodohlan cucu kami. Bagaimana menurutmu"

"Ayah. Anakku baru saja lahir. Istriku baru saja pergi. Apa hal ini tidak bisa kita bicarakan nanti?"

"Maafkan kami winata. Tapi. Kami hanya mengingatkan. Mungkin memang belum tepat waktunya untuk kami membahas ini. Tapi kau tau kan. Bagaimana keluargaku terhadap keluargamu? Aku akan menjamin kehidupan masa depan anakmu bersama cucuku, Forth. Aku yakin dia laki laki bertanggung jawab. Dan kita akan pertemukan mereka saat umur mereka cukup untuk mengerti hal ini. Forth akan menunggu saat umur ellen 16 tahun" jelas pria lansia berna run. Ia adalah kakek dari seorang pria kecil yang dipangku ibunya tadi.

Flashback off

Ellen terus saja menangis dihadapan ayahnya. Terlebih saat menjelaskan alasan ayahnya menjodohkan ia dengan pria tampan bernama forth tersebut. Sudah empat hari ellen tak keluar kamar. Tidak makan ataupun jalan jalan. Ada perasaan menyesal terbesit dihati ayahnya. Bagaimana tidak. Jika melihat anak semata wayangnya terus menangis seperti ini. Ia bahkan tak pergi mandi ataupun merapikan dirinya. Rambut ellen kusam. Rambut kusam. Bahkan ia sama sekali tak ganti baju sejak hari pertemuannya dengan keluarga Forth. Meski begitu, kecantikannya tak kunjung berkurang.

"Seandainya ibu disini. Mungkin aku ga akan sesedih ini. Ayah egois. Ayah dan kakek jahat!! Aku benci kalian" ucap ellen dengan nada yang semakin meninggi. Ellen keluar dari kamarnya setelah memakai hoodie dan membawa tas kecil favorite yang diberikan araya.

**

"Bae. Kenapa kamu belum pulang juga?" Tanya ellen saat bicara pada araya di telpon. Isak tangisnya belum mereda sejak ia keluar rumah.

Araya 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang