Sib Hok (16)

5.1K 259 16
                                    

Araya POV

Sejak pengakuan ellen padaku dua hari lalu. Itu benar benar membuat ku frustasi. Tapi aku harus pintar menutupi semuanya. Meski hal itu membuatku susah tidur, tidak nafsu makan bahkan mandi. Jika boleh kukatakan, aku sangat marah. Sangat amat marah. Aku berekspetasi semua akan lebih indah di kehidupan baru ku. Aku tidak perlu takut jika cindy memberitahu ellen bahwa "dulu" aku seorang wanita.

Aku menyapu pandanganku pada seluruh sudut kamarku. Semuanya berantakan. Kasur, nakas, meja belajar, sofa, rak buku dan lemari pakaian. Bahkan lampu tidurku telah hancur. Aku sadar ini semua ulah ku semalam. Ulah ku yang seperti orang kerasukan. Aku tak membiarkan siapapun masuk kekamarku termasuk pelayanku meski untuk membersihkannya. Aku hanya dapat melampiaskan kemarahanku dengan semua barang dikamarku. Untunglah mami tak ada dirumah. Bicara kenapa aku marah. Kurasa semua orang dapat mengerti. Bagaimana tidak. Aku operasi untuk bisa bersama ellen, agar bisa menikahinya. Dia gadis yang sangat amat ku cintai. Tapi kepulanganku. Justru aku mendapat kabar buruk.

Ellen. Boleh aku beritahu sedikit? Aku ingat betul saat dia memberiku mie ayam dihari pertama aku sekolah. Logat bicaranya yang sangat friendly dan hangat. Itu sangat lucu. Aku bahkan tak berpikir dia sering dikucilkan hanya karna penampilannya. Kau tau? Itu memang sudah menjadi hal wajar di setiap sekolah. Tapi aku bukan orang yang akan membiarkan orang yang baik padaku tersiksa, setidaknya setelah aku mengenal dia. Diam diam. Aku sudah sering memandangi wajahnya dibalik kaca mata besarnya itu. Diam diam aku menghirup aroma rambutnya yang ia sering kuncir kuda atau ia kepang. Diam diam aku mengagumi lekuk tubuhnya. Dan aku tersadar aku menyukainya. Tidak. Itu lebih pada aku mencintainya.

Lucu sekali saat ia menyuruhku untuk bicara dengan bahasa yang non baku. Dengan alasan aku akan di bodoh bodohi jika terlalu kaku. Lalu bagaimana dia? Dia seperti itu, tapi anak anak mengucilkannya. Dan perlahan aku menyadari sikap ellen yang semakin kesini semakin melembut dan manis. Itu membuatku semakin jatuh cinta padanya. Bahkan tak berubah setiap detiknya.

Tapi cinta bukan soal siapa yang dicintai, kan?. Wanita atau pria. Semua tergantung pada dirimu. Apa kau bahagia atau merasa nyaman. Semua akan tertutup rapat dengan perasaanmu yang tak bisa kau palsukan.

Aku terdiam mengingat hal yang terjadi semalam. Aku pergi kerumah ellen. Tapi disana ada forth. Sebenarnya aku bingung apa aku harus percaya pada forth yang katanya hanya menjalani rencana. Jika boleh jujur. Aku cemburu. Sangat cemburu. Terlebih lagi. Jika aku ingat wajah sumringah ayah ellen saat bicara pada forth. Aku berpikir ulang. Tidakkah ayah nya tau siapa aku? Aku yang sudah jelas berpacaran dengan anaknya. Hatiku benar benar sakit. Rasanya aku mendadak mengidap asma akhir akhir ini.

Dia bahkan tak memberitahu apa apa. Maksudku. Jika dia tau aku pacar ellen. Kenapa dia melakukan itu? Meski ku akui bahwa sikapnya padaku juga baik. Tapi telingaku hampir ku tembak agar tak dapat mendengar ucapan ucapan ayahnya mengenai perjodohan itu. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

Tok tok tok
Aku menghampiri pintu dan melihat siapa yang datang. Setelah aku membuka pintu aku melihat dua orang pria gagah dengan setelan jass hitam. Wajahnya sudah tak asing lagi untukku. Merekalah yang kutunggu tunggu hari ini. Mereka adalah marko dan sharp. Dua bodyguardku. Aku menyuruh mereka untuk masuk ke dalam kamarku.

Aku bisa melihat wajah kaget mereka setelah melihat kamarku.

"Araya. Apa semalam ada gempa?" Tanya sharp sopan. Aku hanya mengikuti pandangannya dan lalu terkekeh.

"Hmm kurasa begitu. Aku tidur semalaman dan tidak sadar" jawabku asal. Aku melempar beberapa barang dari sofa agar kami bisa duduk bersama.

"Ini. Semua dokumen ini telah kami dapatkan. Silahkan dilihat dulu" ucap sharp. Aku meraih sebuah map bersampul warna biru dan mulai melihat lihat isinya. Aku tersenyum.

Araya 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang