Yi Sib Ha (25)

4K 207 2
                                    

Yang diatas itu @kahming.. Yang berperan jadi Poey.. Ingat tak? haha

*******************************************

Araya's POV

Saat aku membuka pintu mobil. Aku benar benar terkejut. Darahku seakan mengalir deras, mataku terbelalak, dan bibirku kelu. Aku tidak bergeming sedikitpun.

Perasaan sangat bahagia tengah menghampiriku. Mataku tertuju pada satu titik. Tepat dihadapanku tengah duduk seorang gadis yang slama ini aku rindukan. Ellen.

Tatapannya lurus kedepan. Aku tau dia menyadari kehadiranku. Tapi dia memilih mengabaikanku.

"Jadi, mau berapa lama lagi menatapnya? Cepatlah masuk" spontan aku tersadar dari lamunanku saat sena berkata. Aku langsung melangkah masuk kedalam mobil. Kami semua telah berada didalam mobil. Aku melirik Ellen yang hanya melirikku sekilas beberapa detik yang lalu. Tatapan kebencian yang ia lontarkan, itu cukup menyayat hatiku. Tapi, aku sadar ini tak seberapa sakit dari yang ia rasakan.

Aku benar benar tidak tahan. Tanpa mempedulikan sekitar. Aku langsung memeluk tubuh mungilnya erat erat. Aku benar benar bahagia. Ellen masih tak membalas pelukanku. Beberapa menit, ia mendorongku dengan cukup kuat. Ia lalu memalingkan wajahnya dan menatap keluar jendela. Terlihat jelas Ellen menangis. Poey memegang pundakku erat. Ia memberi isyarat agar aku membiarkan Ellen tenang.

***

Aku terbangun saat kami sudah tiba ditempat tujuan utama. Curug sewu. Aku masih terdiam karena Ellen sedang terlelap dipangkuanku. Ini bukan kemauannya, tpi aku yang menarik tubuhnya saat aku lihat ia terlelap dengan kepala yang bergoyang goyang kekanan dan kekiri akibat jalanan berbatu.

Kutatap wajah yang selama ini aku rindukan. Ini seperti mimpi. Gadis yang amat kurindukan selama ini tengah berada didekatku. Saat ditengah perjalanan tadi dan Ellen mulai terlelap, Poey dan Sena mulai  bercerita bagaimana mereka bisa bersama Ellen.

Saat aku menghubungi Poey untuk segera datang ke Pekalongan. Setelah itu ia juga menghubungi Ellen untuk ikut bersamanya. Poey memberitahu Ellen bahwa aku kecelakaan. Meskipun Ellen sempat tidak percaya, tapi akhirnya ia mengiyakan ajakan Poey karena bantuan mommy yang ikut memohon pada Ellen utuk pergi ke Pekalongan. Aku tidak tau apa jika suatu hari aku benar benar kecelakaan dan koma lagi Ellen akan percaya atau tidak.

Mungkin itu sebabnya, Ellen semakin marah pada kami. Terutama aku. Sungguh aku tidak tau hal ini. Aku tidak menyuruh mereka untuk mengajak Ellen. Ditambah dengan cara ini.

Saat ini, hanya ada aku dan Ellen yang masih berada didalam mobil. Aku menatap wajah Ellen dengan seksama. Perasaanku terasa campur aduk. Bahagia lalu sedih.

Ku belai rambutnya, lalu pipnya. Aku semakin menundukkan kepalaku hingga bibirku menyentuh bibir Ellen. Aku benar benar tidak bisa menahan kerinduan ini lagi. Kulumat bibirnya dengan sangat lembut. Kurasakan bibirnya yang tipis dan kenyal. Semakin lama, aku menciumnya dengan sedikit nafsu. Sungguh, ini terasa sangat nikmat. Rasanya tak berubah sedikitpun.

Tiba tiba, Ellen terbangun dan langsung memposisikan tubuhnya untuk duduk. Dia menatapku dan alisnya berkerut. Aku tau wajah itu sedang sangat marah sekarang. Tapi ku mencoba memberanikan diri untuk tetap menatapnya.

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus dipipiku. Seketika ia langsung keluar dari mobil. Aku bisa melihatnya berlari kearah poey dan sena. Disana juga ada mommy. Saat ini, mommy memeluk Ellen dan membelai rambutnya. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Aku segera keluar dari mobil dan menghampiri mereka.

Ellen memalingkan wajahnya saat aku bergabung dengan mereka. Parahnya lagi, ia langsung berjalan menjauhiku.

Saat ini, mommy menatapku tajam sambil berkacak pinggang.

Araya 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang