Lalu, mengenai Ell. Betapa senangnya aku, saat tau Araya mengadopsi anak yang lucu seperti Ell. Aku tidak tahan lagi, dan meminta Mommy untuk menyudahi semua sandiwara ini.

Tapi, saat itu Mommy benar benar tidak bisa dihubungi. Sampai akhirnya aku menerima surat pemberitahuan bahwa aku lulus test untuk mendapatkan beasiswa di Australia. Ini kesempatan yang aku tidak mungkin sia siakan. Akupun berangkat ke Australia.

Ditahun kedua aku kuliah. Aku sempat bertukar kabar dengan Mommy. Tapi, karena kesibukan dan tanggung jawab kami masing masing. Aku dan Mommy kembali tidak berkomunikasi.

Setelah aku menyelesaikan belajarku disana. Aku kembali ke Indonesia. Aku berniat untuk pergi menemui Mommy dan bertanya soal Araya. Tapi, Mommy sedang berada di Thailand saat itu. Hingga akhirnya aku bertemu Araya di toko buku bersama seorang wanita dan seorang anak kecil.

Jika saja anak itu tidak menubrukku. Aku tidak akan bertemu Araya. Dilihat sekilas saja aku bisa tau bahwa anak itu adalah anak yang diadopsi Araya.

Hatiku benar benar hancur, saat anak itu memanggil Araya dan wanita itu dengan sebutan Mama dan Papa.

Seketika aku pikiranku kalut. Aku sempat berpikir bahwa Araya telah menikah dengan wanita itu. Wanita yang sepertinya familiar bagiku.

Aku benar benar merasa semua yang aku lakukan adalah sia sia. Aku terlambat. Ini benar benar tidak adil.

Aku merasa kacau selama beberapa hari. Berhari hari aku memimpikan Araya. Ini membuat ku semakin merasa rindu padanya.

Hingga hari ini tiba. Dan aku bertemu Araya. Aku tidak tahan lagi. Dan tidak pedulikan apapun lagi. Aku meluapkan segala kerinduanku tanpa memikirkan harga diriku.

Awalnya aku takut Araya akan menolak. Tapi, justru sebaliknya. Ia menerima dan membalas rasa rinduku. Aku rindu sentuhannya yang membuatku gila.

Dan saat ini, aku berada dihadapannya.

Araya tertegun saat aku selesai dengan semua penjelasanku. Matakupun menitikan air mata. Entah, apa yang aku rasa dan pikirkan saat ini. Antara senang dan sedih terpadu menjadi satu.

"Araya. Apa aku benar benar terlambat?" Aku mengusap linangan air mataku yang tengah mengalir. Araya tersenyum dan menutup tubuh telanjangku dengan selimut.

Ia turun dari tempat tidur. Lalu mengenakan celananya kembali.

Jikalau memang terlambat. Setidaknya hari ini akan menjadi hal terakhir bagi kami. Dan ini sangat terkesan bagiku. Hari ini akan menjadi hari yang berharga yang selalu kukenang.

Araya menyalakan rokoknya. Dan kembali duduk ditepi tempat tidur.

"Kenapa?" Ucapnya lemah. Aku menoleh menatap wajahnya.

"Kenapa baru datang hari ini. Dan menjelaskan segalanya hari ini?" Timpalnya. Hatiku begitu sesak sampai aku tak bisa menjawabnya. Tidakkah Araya mengerti dengan penjelasanku?

"Apa kamu puas? Aku tau semua itu karena kesalahanku. Tapi, kenapa Mommy dan yang lain terutama kamu perlakukan aku begini? Tapi, baiklah kalo dengan cara ini semua kesalahanku bisa dimaafkan". Aku menghampiri Araya dan memeluknya dari belakang sambil menangis dipunggunggnya yang lebar.

"Ellen. Aku memang tidak mencintai Angel. Tapi, dia udah melakukan segalanya untuk aku dengan tulus. Aku memang nggak ada hubungan apapun. Tapi dia mencintai aku. Menjaga aku dan Ell" timpalnya lagi. Bagai tersambar petir. Lidahku kelu. Dan tubuhku gemetar.

Aku hanya mampu menangis. Dan menangis.

"Araya? Apa itu artinya kamu udah lakuin hal itu sama dia?" Aku membayangkan Araya tengah bercinta dengan wanita itu. Hatiku benar benar sakit kala Araya mengangguk mengiyakan.

Araya 1 [END]Where stories live. Discover now