Hanya mereka yang tau.

💃💃💃

Nggak mau langsung pulang, Triva memilih untuk bernostalgia dulu dengan sekolah yang memiliki banyak kenangan selama dia menempuh pendidikan di sana. Mulai dari perpustakaan yang menjadi saksi kerja kerasnya dalam belajar. Ruang Lab, sarana kedua menimba ilmu. Kelas 12 Matematika 1, tempat bersejarah dengan banyak cerita di dalamnya. Dan terakhir ruangan OSIS yang kini telah berpindah tangan ke seorang Ketua OSIS baru yang ternyata seorang perempuan.

"Udah selesai jalan-jalannya?" Tanya Kaisar.

Triva mengangguk. "Aku pulang ya," pamitnya.

"Enak aja!" Kaisar langsung menahan tangan Triva. "Makan dulu di Kantin, nggak kangen sama Kantin?"

"Tapi Kai..."

"Ayo ah," Kaisar menggandeng Triva menuju Kantin. Banyak pasang mata yang melihat mereka dan meng-cie-cie-kan.

"Kai malu. Nggak usah gandengan!" Triva memutar tangannya agar terlepas tapi Kaisar malah makin memegang tangannya dengan kuat.

"Malu apaan sih," rutuk Kaisar dan terus membawa Triva ke kantin.

Begitu sampai di Kantin, Kaisar menekan pundak Triva untuk duduk. Kantin sedang ramai karena kebetulan semua murid kelas dua belas sedang nggak ada pelajaran setelah Seminar.

"Cieeeeeeeeee yang ketemu lagi," goda salah seorang cowok, murid di kelas Kaisar juga.

"Cieeeeeeeeee," sahut yang lainnya menambahi.

Triva menunduk, malu rasanya. Sementara Kaisar malah terlihat santai seolah nggak ada siapapun di sana.

Setelah selesai memesan Siomay untuk mereka makan, Kaisar langsung duduk di sebelah Triva. Dia meraih tangan Triva dan menggenggamnya di bawah meja agar tak terlalu menarik perhatian.

Triva tersenyum, dielusnya lengan Kaisar sebagai bentuk respon. Mereka menautkan jari-jari mereka begitu erat saling menggenggam.

"Kamu serius kan nggak akan kesana lagi?" Tanya Kaisar kembali. Dia takut kalau Triva hanya mengerjainya saja, nanti tiba-tiba malah balik ke sana.

"Nggak percayaan banget sih."

"Kamu beneran nggak papa ngelewatin kesempatan sekali seumur hidup ini?"

Triva tersenyum. Dia memiringkan kepala, menyangga dagu dengan tangan dan menatap Kaisar. "Kesempatan sekali seumur hidup yang akan terlewat kalau aku kesana, yaitu kamu."

Kaisar menaikkan sebelah alisnya, menatap Triva cukup bingung. "Banyak yang berubah setelah kamu di sana."

Triva tertawa. "Apa?"

"Cara kamu bicara, aku suka."

"Hmm, aku belajar langsung sama masternya sih."

Wajah Kaisar langsung tegang. "Siapa? Cowok? Kamu deket sama cowok lain di sana?"

Triva jadi geram setengah mati. Dilepasnya tautan tangan mereka dan langsung mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Aku serius!" Kaisar menarik punggung Triva untuk menghadapnya.

"Kaisar, jelas-jelas aku belajar dari kamu. Suka ngasal deh cemburunya!" Rutuk Triva.

Kaisar menggaruk kepalanya. Diaencubit pipi Triva dengan lembut. "Kayak gini terus ya?" Mintanya.

"Maunya," Triva memajukan bibir bawahnya.

Tak lama pesanan siomay mereka pun datang. Triva begitu bersemangat memakannya karena sudah lama nggak makan di Kantin ini. Selama 3 tahun sekolah di Mars, semua jenis makanan yang ada di kantin sudah Triva cobain.

KAISAR (Komplit)Where stories live. Discover now