33. Bye Triva

28K 2.1K 171
                                    

Triva, Kaisar dan kedua orangtua Triva duduk di depan sebuah laptop yang telah terkoneksi ke jaringan internet. Mereka semua ingin melihat hasil dari pendaftaran Triva ke salah satu Universitas ternama di Inggris.

Ada begitu banyak nama peserta yang berhasil mendaftar di Universitas tersebut, semuanya berasal dari berbagai Negara. Dan tentunya hanya para calon mahasiswa yang memenuhi syarat yang namanya akan muncul di sana.

Mata Triva begitu jeli melihat deretan nama yang terpampang di situs resmi Universitas tersebut.

Order to-134 Ms. Selena, Triva.

"Masuk!" Pekik Triva begitu bersemangat begitu melihat nanya ada di urutan ke-134. Bukan hanya Triva, semua yang ada di sana pun bernafas lega. Dengan cepat Triva meng-klik tulisan detail di samping Namanya tersebut untuk melihat jadwal Ujiannya.

Saat semua detil perincian status Triva di sana, nggak ada satu pun dari mereka yang berbicara.

Triva langsung menatap Kaisar yang masih terfokus pada angka tangal ujiannya. Dua hari lagi, yang berarti Triva sudah harus berangkat paling telat besok pagi.

"Trivaaaa," Vanessa seketika memeluk Triva dan meneteskan air mata. Ada rasa bangga, bahagia dan sedih bercampur di sana.

"Semangat, sayang!" Ucap Tristan sambil mengangguk dengan mata merah.

Triva nggak tau harus seneng atau sedih. Matanya benar-benar terkunci oleh wajah Kaisar yang membeku dan tetap diam tanpa sepatah kata pun.

Mengerti kalau situasi sedang membutuhkan privasi, Tristan memberikan kode pada Vanessa untuk pergi dari sana.

"Ehm. Triv, Mama akan persiapkan semua kebutuhan yang akan kamu bawa ke sana." Vanessa langsung berdiri dan menyusul Tristan naik ke atas.

Hari semakin malam. Udara semakin dingin. Dan keadaan kian hening. Triva mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk memulai obrolan dengan Kaisar.

"Sekarang sebaiknya kamu istirahat, besok harus berangkat kan?" Ucap Kaisar memecah keheningan.

"Kai," Triva langsung menahan tangan Kaisar yang hendak berdiri dari sofa. Dia memeluk tubuh Kaisar dari samping.

"Kamu harus istirahat, Triv."

"Sebentar aja..." Minta Triva dengan suara bergetar.

"Tadinya aku pikir setidaknya kamu akan berangkat sekitar satu Minggu lagi. Ternyata cepet banget ya? Di luar prediksi kita," ujar Kaisar dengan nada sarat akan kekecewaan.

"Kaisar, aku juga nggak tau kalau akan secepat ini."

Kaisar melepas pelukan Triva agar bisa melihat ke dalam mata cewek itu. Dia menghapus derai air mata yang mengalir di pipi Triva. "Jangan menangis, air mata cuma akan ngebuat penglihatan kamu kabur. Kamu nggak pengen bisa lihat aku sepuasnya?"

Triva malah semakin terisak. Dia menunduk dengan kedua bahu bergetar. "Maafin aku..." Lirihnya.

Kaisar mengangkat dagu Triva, dia tersenyum saat cewek itu menatapnya. "Kamu sudah berjalan sampai sejauh ini, jangan menyerah."

"Kenapa harus besok. Kenapa mereka nggak bisa kasih aku waktu satu Minggu lagi untuk ikut tes itu. Kenapa Kai?!" Triva menjadi histeris oleh pilu. Dia sendiri sedang mempersiapkan diri untuk perpisahan Minggu depan, bukan besok.

Kaisar mengajak Triva berdiri dan memeluknya. Tiba-tiba saja air matanya jatuh. Pertama kali dalam hidupnya selama dia mengenal apa itu cinta, dia menangis. Dan Triva tidak melihatnya.

"Jaga diri kamu baik-baik di sana. Ingat, saat kamu merasa nggak ada siapapun di sana, telpon aku. Aku akan datang, Triv..." Bisik Kaisar dengan nada getir.

KAISAR (Komplit)Where stories live. Discover now