Ali Alfikri || Extra Chapter ( A )

8.2K 651 65
                                    

Prilly tersenyum hambar, cewek itu menatap kosong orang-orang yang berlalu lalang di depan mereka. Tubuhnya berkeringat dingin, perempuan itu mundur secara perlahan namun dicegah oleh Reno.

"Lo bisa!" Kata Reno menyemangati Prilly.

Prilly menatap janur kuning yang berada di sebelahnya, perempuan itu menggeleng lemah. "Gue mau pulang, gue takut." lirih Prilly.

Reno menghela nafas berat, semakin menggenggam erat tangan Prilly. Tubuh perempuan itu gemetar. Reno mengelus tangan Prilly kemudian tersenyum, "nggak ada yang perlu lo takutin, Prill."

Prilly mencoba mengatur detak jantungnya yang sedikit cepat, perempuan itu mencoba tersenyum kecil.

Mereka berdua berjalan lebih dekat kearah orang-orang yang sedang bersalaman. Prilly dan Reno ikut berbaris disana untuk ikut bersalaman.

Prilly memejamkan matanya, menguatkan tautan jarinya dengan Reno. Mengikuti langkah Reno yang semakin dekat dengan pengantin hingga berhenti di depan mereka. Prilly semakin menutup rapat matanya saat Reno melepaskan genggaman tangan mereka.

"Selamat buat kalian berdua, ya. Langgeng terus. Parah sih lo ngeduluin gue, Li."

Prilly menggigit bibir bawahnya kuat, tengannya terkepaal menahan sakit di ulu hatinya yang seperti dihantam sesuatu saat mendengar kekehan Ali mengucapkan terima kasih dengan nada bahagia.

Mata Prilly memanas saat Reno memegang pundaknya dengan ucapan lirih.

"Prill, ucapin selamat sama Ali dan istrinya."

Prilly mengangguk samar.

Istrinya.

Dulu, Prilly pernah berharap bahwa dirinya yang di sebut sebagai istri Ali.

Dulu, dulu sekali.

Prilly membuka matanya secara perlahan, cewek itu tersenyum miris meihat seseorang yang selama ini menghilang tidak memberikan kabar apa-apa telah berdiri di depannya.

Ingin rasanya Prilly memeluk laki-laki itu dengan erat. Namun ia urungkan niatnya saat menatap orang yang dicintainya selama ini berdiri sembari merangkul pinggang seorang perempuan cantik yang berdiri disampingnya. Bukan Prilly. Tapi perempuan lain.

Prilly mengerjab beberapa kali menahan cairan bening yang siap meluncur bebas di matanya. Mata coklatnya telah berair padahal semalam ia sudah menangis sangat lama.

Prilly menutup matanya, saat itulah air matanya langsung turun begitu deras. Perempuan iu tersenyum hambar sembari menatap Ali dengan sendu. Tangannya terangkat pelan kearah Ali yang masih mematung ditempanya.

Dengan ragu, Ali menerima uluran tangan Prilly.

"Sekarang gue ngerti, kenapa lo nggak ngijinin gue nunggu lo selama ini. Selamat Ali. Jaga istri lo baik-baik. Jangan sampai ada perempuan lain lagi yang terluka selain gue."

"Terima kasih, Prill. Maaf untuk semuanya."

Prilly langsung terbangun dari tidurnya dengan nafas menggebu, keringat membasahi tubuhnya. Mata gadis itu memerah, seolah kejadian tadi benar-benar nyata karna mata Prilly yang sembam seperti habis menangis.

Prilly menoleh cepat saat melihat handphone nya yang berkedip beberapa kali. dibukanya dengan cepat untuk membaca pesan yang baru saja Reno kirimkan.

Peternak cacing

"Jadi, kan?"

Ali Alfikri [Selesai]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu