Chapter 34 || Bunga mawar

6.3K 618 15
                                    

Follow:

@ali.fikrial_
@prilly.alexaa
@sgtrenoo_

***

Prilly menarik nafas panjang, lantas menghidupkan kembali lampu kamarnya saat dirasa Ali sudah pergi dari sana. Cewek itu membuka gorden kamar, menatap sekeliling rumahnya untuk mencari keadaan Ali.

Tidak ada.

Prilly tersenyum hampa, lantas menyeka pelan air matanya yang terus berjatuhan sejak tadi. Bukan tak ingin menemui Ali. Sungguh, cewek itu ingin sekali menemui Ali dan  memeluknya. Tetapi tetap saja logikanya menolak.

Ali sudah menyakitinya.

Dan kata itu yang terus berputar dalam otaknya.

“Semesta. Maaf udah ngebiarin dia sendiri. Jangan sampai dia sakit.”

Itu doa Prilly selama Ali berteriak di tengah hujan. Cewek itu berjongkok dengan menutup wajahnya. Terisak pelan. Membiarkan Ali berteriak mengucapkan kata maaf. Tak menggubris Ali sama sekali.

Bukan tidak ingin, cewek itu hanya ingin Ali belajar untuk menghargai perasaan seseorang.

Masih dengan isakan pelan, Prilly mengambil handphone nya yang sedari tadi terus bergetar.

Pesan dari nomor yang sama.

0822xxxxxxxxxx

“Maaf.”

“Maaf. Gue nggak tau lo bakal sehancur ini.”

"Ini siapa, sih?"

“Masih ingat? Siapa orang yang lo tolak mentah-mentah dengan kasar cuma demi satu orang cowok?”

"Dion? Lo Dion?”

“Hy, Prill!”

Monyed!

***
Ali menatap dirinya dipantulan cermin, baju kaos bewarna putih dengan celana jeans hitam sudah membuat cowok itu terlihat sangat tampan. Wajahnya tak sepucat saat Reno dan Bella memabawanya pulang semalam.

Jadi, cowok itu memutuskan untuk ikut latihan hari ini.

Demi Prilly.

Ali mengambil setangkai bunga mawar yang terletak di atas kasurnya. Lantas, cowok itu berlari kecil menuruni anak tangga. Namun, baru sampai di pertengahan anak tangga, handphone cowok itu bergetar.

Pesan masuk.

Dari Winda.

“Li, nanti bisa jemput gue di tempat les?”

“Jam?”

“Sekitaran jam 4 sore lah.”

“Gue usahain.”

***

Ali menghentikan motornya berseberangan dengan rumah Prilly. Saat cowok itu menoleh, ia mendapati Prilly sedang duduk di teras rumahnya dengan posisi menunduk memainkan handphone.

Dengan senyum samar, Ali berlari kecil memasuki rumah Prilly yang kebetulan pagarnya terbuka lebar. Cowok itu menyembunyikan bunga di belakang tubuhnya, lantas berjalan mengendap-endap saat semakin berdekatan dengan Prilly. Tak ingin Prilly menyadari kehadirannya.

"Prill,”

Panggil Ali pelan, namun menimbulkan efek berlebihan untuk Prilly. Cewek itu mendongak kaget menatap Ali yang berdiri di depannya dengan senyum kikuk.

Ali menggaruk tengkuknya. Meskipun tidak gatal. Cowok itu sedikit canggung saat Prilly hanya meliriknya sebentar lantas kembali menunduk memainkan Handphone nya.

Ali menarik nafas panjang.

"Gue punya ses---“

Tin... tin... tin

Sebuah suara klason motor memotong ucapan Ali. Cowok itu berdecak kesal. Lantas menoleh dengan malas kebelakang melihat siapa yang mengganggunya.

Iqbal.

Ali menoleh saat mendengar Prilly bergumam menyebut nama Iqbal. Cewek itu juga langsung berdiri dari duduknya ingin beranjak pergi. Namun dengan gesit, ditahan oleh Ali dengan merentangkan sebelah tangannya.

Prilly mendesis, menatap Ali yang sedang menatapnnya datar.

“Gue nggak ngizinin lo bareng dia.” Desis Ali tajam.

“Dan lo nggak punya hak ngelarang gue.” Sinis Prilly.

Ali berdecak.

"Berangkat bareng dia?" Tanya Ali ragu, berharap-harap cemas menunggu jawaban Prilly. Namun cewek itu tidak meresponnya, malah melambai kearah Iqbal dengan senyum merekah.

“Prill,” Panggil Ali lagi.

Prilly tak merespon, hanya menatapnya.

"Berangkat bareng gue aja, yah?" Pinta Ali sedikit memohon.

“Lebih baik lo bawa Winda aja.” Sahut Prilly malas.

“Nggak ada hubungannya sama dia,” Desis Ali.

“Yaudah.”

Tin.. tin... tin

Suara klason motor terdengar lagi. Prilly sedikit berjinjit untuk melihat Iqbal karna Ali yang lebih tinggi darinya.

"Iya bentar!" Teriak Prilly.

Prilly menatap Ali sinis kemudian mendorong cowok itu kuat kearah samping. Ali yang sedang tidak fokus, membuat tubuh cowok itu mundur beberapa langkah  namun dengan cepat cowok itu kembali menyeimbangkan tubuhnya.

Iqbal berdecak. Karena tak sabaran, cowok itu memilih menghampiri Ali yang sedang menahan Prilly.

“Oke! Lo boleh Pergi, tapi tunggu bentar.” Kata Ali sembari menahan lengan Prilly saat cewek itu berjalan mendahuluinya kearah Iqbal.

Dengan helahaan nafas panjang, Ali menyodorkan sesuatu kearah Prilly.

"Buat lo.”

Ali tersenyum kecil membuat Prilly menurunkan pandangannya menatap sesuatu yang Ali sodorkan kepadanya.

Setangkai bunga mawar.

Bunga kesukaannya.

Namun diluar dugaan, Prilly malah menepisnya dengan kasar membuat bunga itu langsung terhempas dari genggaman Ali.

Perlahan, senyum cowok itu memundar, diganti dengan tatapan tak percaya menatap bunga yang ditepis Prilly hingga jatuh tadi. Secara tak sengaja diinjak oleh Iqbal yang baru saja datang.

“Perlu lo ingat satu hal, gue nggak butuh bunga lo! Dan gue nggak butuh lo muncul di hadapan gue! Brengsek!”

***

Revisi: 13 April 2019

Ali Alfikri [Selesai]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant