Chapter 38 || Gue udah ada Prilly

7.5K 726 40
                                    

Prilly terdiam, mulai menjauhkan tubuhnya dari Reno. Cewek itu menghela nafas pelan sembari tersenyum samar. Kepalanya mendongak menatap Reno yang lebih tinggi darinya.

“Kenapa Ali nggak ngomong dari awal aja soal Dion, mungkin gue bakal bisa ngerti dan bisa minta maaf ke Dion karna udah nolak dia dengan kasar.” Lirih Prilly.

“Karna mau sampai berbusa mulut lo, gue nggak bakal nerima cinta lo.”

“Dan, sampai sujud pun lo di kaki gue, gue tetap nggak bisa nerima lo.”

Prilly terdiam. Omongannya benar-benar kelewatan batas. Wajar Bryan sakit hati.

“Gue mau minta maaf sama Ali juga, udah nuduh dia. Tapi gue gengsi,” Rengek Prilly.

“Lagian, Dion pakai ngancem Ali segala,” Dengus Prilly.

Reno memutar bola matanya malas, “Masih untung Dion nggak pakai dukun buat balas dendam ke lo.”

Prilly memukul lengan cowok itu, “lo ngedoain gue di santet?!”

Reno mengangkat bahu acuh, lalu kembali merangkul bahu Prilly dan menyeret cewek itu.

“Nggak usah di bawa ribet soal cinta, tataplah masa depanmu yang cerah bagaikan sinar rembulan.”

Prilly bergidik ngeri menatap Reno yang tersenyum semakin lebar.

"Ayo ke kantin! Cacing gue harus dikasih banyak asupan batagor biar tetap kenyang menjelang acara hari ulang tahun sekolah." Reno mengelus perutnya pelan kemudian menoleh kearah Prilly.

“Ya, kan?” Tanya Reno meminta pendapat.

"Serah lo, Ren." Prilly menatap Reno jengah, yang ditatap asik bersenandung dan melompat-lompat kecil membuat Prilly menjadi sedikit susah mengikuti langkah cowok itu apalagi bahunya yang tengah di rangkul oleh Reno.

“Yang enak batagor pakai variasi rasa apa, ya?” Reno mengetuk dagunya. Ekspresinya seperti orang yang sedang berpikir keras. Langkah cowok itu sudah kembali normal setelah Prilly mencubit lengannya.

"Atau gue ngambil makanan siti lagi, gue lagi krisis ekonomi soalnya." Reno mendramatis. Cowok itu menghentikan langkahnya lalu tersenyum cerah kearah Prilly.

"Pikiran lo ngambil makanan Clarisa mulu.” Kata Prilly.

Dari dulu, Reno memang sering mengambil bekal yang di bawa Clarisa. Walaupun Cuma setengah. Namanya, sih, Clarisa Sintya. Teman sekelas Prilly. Ceweknya cantik, pintar juga. Reno saja yang seenaknya mengganti nama cewek itu menjadi siti.

Reno mengabaikan ucapan Prilly, lantas berbalik menarik cewek tak berdosa itu untuk mengikuti langkahnya.

"Lo aja deh, gue nggak ikut." Tolak Prilly sembari berusaha melepaskan diri berusaha melepaskan diri rangkulan Reno. Karena tak terlalu memperhatikan jalan, Prilly tanpa sengaja menabrak seseorang membuat tubuh Prilly sedikit mundur kebelakang.

Sorry, gue ngg--- Bella?”

Prilly langsung tersentak kaget saat Bella meringis pelan sembari mengelus lengannya. Namun, bukan itu yang membuat Prilly kaget, tapi seseorang disebelah Bella.

Ali.

"Nggak papa, Bell?" Ali menatap Bella yang terus-terusan mengelus lengan kanannya.

Bella menggeleng, cewek itu menatap Prilly yang sedang terdiam di tempatnya.

"Lo? Nggak papa?" Tanya Ali. Namun, Prilly malah membuang pandangannya saat Ali ikut menatapnya.

Lupakan ucapan Prilly yang ingin minta maaf ke Ali. Cowok itu juga tidak ada usaha untuk menjelaskan pada Prilly, malah jalan berdua sama Bella.

Prilly mengabaikan pertanyaan Ali lalu menarik Reno yang hanya terdiam.

***

Ali sedang duduk dimeja guru dengan santai. Cowok itu menatap Reno dan Fauzi yang duduk di depannya. Diatas meja juga.

“Lo ada masalah sama Bella?” Tanya Ali membuka pembicaraan.

“Enggak ada,” Jawab Reno. Cowok itu menarik bubble gum yang ada di dimulut hingga memanjang  lalu kembali mengunyah dengan tenang.

“Lo agak beda, Ren.” Timpal Fauzi yang diangguki oleh Ali. membenarkan.

“Jadi makin ganteng, kan?” Celutuk Reno dengan cengiran bodohnya.

Fauzi mendorong kepala Reno dengan pelan membuat cowok itu mendengus menatapnya.

“Heh! Emak gue bunuh kambing buat ngefitrah kepala gue. Seenak jidak lo jelangkung!” Maki Reno kesal. Cowok itu melempar buku yang entah milik siapa kearah Fauzi. Namun cowok itu dengan cepat mengelak kemudian menjulurkan lidahnya kearah Reno saat buku tersebut tak mengenai wajahnya.

“Nggak kena.” Kata Fauzi.

“Gue serius ayam!” Kata Ali kesal.

“Tau, nih! Tunggu disembelih dulu baru mau serius.” Timpal Fauzi.

“Lo juga!” ujar Ali menunjuk Fauzi membuat cowok bertubuh tinggi itu meringis pelan. Reno terbahak, cowok itu membuang asal gubble gum yang dikunyahnya, lalu ikut menjulurkan lidahnya seperti yang Fauzi lakukan.

“Gue serius. Lo agak ngehindar dari gue sejak tadi pagi. Ketemu gue tadi juga nggak nyapa, seolah enggak kenal.” Kata Ali.

“Harus gue ceritain, nih?” Tanya Reno.

Ali dan Fauzi mengangguk, mereka berdua merapatkan diri kearah Reno, menunggu cowok itu bercerita.

“Jadi, tadi pagi kan lo dateng sama Bella. Nah, Bella nggak ngizinin gue buat dekat-dekat dia. Makanya gue cuma diem.” Jelas Reno.

“Kenapa dia ngelarang lo?” Tanya Fauzi heran.

“Dia suka sama Ali.” Kata Reno.

Ali mengangguk, “iya gue tau. Terus hubungannya sama lo?”

Reno menarik nafas panjang, “Gue pernah nembak dia. Tapi ditolak.”

Fauzi tertawa, “Ya pantes lo ditolak. Mana mau Bella sama orang gila.”

Ali memukul pundak Fauzi, menyuruh cowok itu diam.

“Dia nolak, karna dia nggak suka sama gue. Dia ngerespon waktu gue deketin, karna dia pengen ngedeketin Ali lewat gue.”

“ANJIR!” Teriak Fauzi. Cowok itu menatap Ali yang terdiam. “Lo direbutin cewek, li.” Fauzi tertawa keras.

“Ck! Ribet amat hidup gue.” Decak Ali kesal. “Terus lo ngebiarin Bella ngedeketin gue?” Tanya Ali kesal.

Reno mengangguk.

“Yailaa! Makin jauh gue sama Prilly, Ren.” Ali mengacak rambutnya frustasi. “Lagian, gue nggak suka kali sama Bella. Lo ambil Bella aja, biar gue sama Prilly.”

“Emang tadi gue bilang mau ngerebut Prilly?” Tanya Reno.

“Enggak, sih. Yaudah lah! Lo sama Bella aja, gue ada Prilly jadi nggak butuh Bella.” Kata Ali.

"Lagian, masalah sama Winda udah selesai masa nambah Bella lagi, sih.  Lo tembak ulang, deh. "Lanjut Ali kesal.

Reno menggeleng, “Pantang buat gue nembak cewek dua kali.”

Fauzi mencibir, “Gaya lo sok ganteng!”

***

Tbc.

Revisi : 17 April 2019




Ali Alfikri [Selesai]Where stories live. Discover now