Chapter 31 || Sebuah kotak

7.5K 652 36
                                    

Follow Instagram:

@Prilly.alexaa
@ali.fikrial_
@sgtrenoo_

***

Ali berjalan gontai memasuki rumahnya dengan penampilan acak-acakkan. Baju cowok itu basah dan terdapat banyak bekas tanah yang melekat di baju dan juga tubuhnya.

Cowok beralis tebal itu, membuka pintu kamarnya lalu menutupnya dengan keras membuat sang Mama -Diana- yang sedari tadi memperhatikan anaknya tersentak kaget.

Diana melangkah pelan menaiki tangga, Di ketuknya pintu kamar Putra nya itu namun tak ada jawaban. Dengan gerakan pelan, Diana membuka pintu kamar putranya. Ada Alo yang merebahkan dirinya dengan posisi telentang dan matanya yang terpejam.

"Ali... "

Ali yang merasa namanya dipanggil langsung membuka matanya dan melihat mamanya berjalan lalu duduk ditepi kasurnya.

Dengan malas, Ali menegakkan tubuhnya yang tadi telentang menjadi duduk. Cowok itu merangkak kaearah Diana lalu duduk disampingnya.

"Pulang-pulang kok pintunya dibanting?" Tanya Diana lembut.

"Males ngelembut, ntar pintunya baper." Jawab Ali ngaco.

Diana tertawa pelan.

"Nggak mandi, ya?  Kok kotor semua?" Tanya Diana lagi.

"Airnya lagi ngambek, gamau dideketin sama Ali." Cowok itu masih saja bercanda, membuat Diana mencubit perut putranya itu dengan gemas.

Ali mengaduh, cowok itu mengusap perutnya yang terasa perih.

"Mah," Panggil Ali. Lantas memutar tubuhnya menghadap Diana.

Ali menarik nafas panjang, "Ali mau cerita." Kata cowok itu.

Diana tersenyum, "Itu yang mama tunggu dari tadi. Sini cerita!"

Ali menarik nafas panjang. "Awal masuk SMA, Ali liat Pria itu. Papa fikri."

Mata Diana membola kaget, wanita itu mulai mengerti arah pembicaraan anaknya. Dengan sedikit paksa, Diana tersenyum. "Iya. Terus?"

"Ali ketemu Dion juga. Dia bilang, Pria itu nyari kita dan Dion mau nemuin Ali sama Mama ke Pria itu. Ali nggak mau, takut mama nangis lagi. Terakhir kali ketemu Pria itu, mama dibentak dan ditampar cuma karna ngebela Ali dari Dion. Akhirnya, Dion maksa Ali buat kesepakatan." Cerita Ali.

Diana hanya menatap anaknya, menjadi pendengar yang baik.

"Dion dulu, pernah cinta sama seorang  cewek. Tap--"

"Cewek siapa?" Tanya Diana menyela ucapan Ali.

"Prilly," Jawab Ali kesal, karna jawabanya dipotong oleh sang mama.

Diana mengangguk. Wanita itu sangat mengenal Prilly dengan baik.

"Tapi ditolak mentah-mantah sama Prilly. Alasan Prilly nolak, karna dia cintanya sama Ali. Dion sakit hati, karna cara Prilly nolak Dion itu kasar. Dionnya dendam sama Prilly. Dan, karna Prilly cinta sama Ali. Dion jadiin Ali perantara." Lanjut Ali. Jeda sebentar, Ali menarik nafas panjang. "Dion nggak akan nemuin mama ke Pria itu kalau Ali nyakitin Prilly. Tap---"

"Terus Prilly kamu sakitin?!" Diana memekik kaget.

Ali menggeleng, menolak tegas. "Enggak! Ali cuma gantungin Prilly biar Dion percaya. Tapi, belum sempat Ali jelasin semuanya ke Prilly. Prilly udah tau. Dia jauhin Ali. Prilly kecewa."

"Ngapain kamu setuju buat kesepakatan gitu?"

"Buat mama,"

Diana menarik nafas panjang, "Ali bisa buat mama selalu bahagia tapi bukan dengan cara nyakitin orang lain. Tanpa perjanjian yang Ali buat dengan Dion, mama tetap bisa bahagia. asal Ali sama Ayah selalu ada buat mama. Kalau udah takdirnya mau ketemu, gimanapun juga bakalan tetap ketemu. Sama kayak waktu itu, Ali udah buat kesepakatan sama Dion tapi buktinya mama tetap ketemu sama Papa kamu kan?".

Ali mengangguk, membenarkan.

"Minta maaf cepat ke Prilly. Cewek secantik Prilly, sebaik Prilly, banyak yang mau, loh. Nanti di ambil orang, uring-uringan.

***
Ali menegakkan tubuhnya saat Diana menutup pintu kamarnya. 

"Besok latihan. Prilly mau bareng gue nggak, ya?" Ali bermonolog.

Ali berlari kearah meja belajar miliknya bahkan sampai tersandung karna tidak hati-hati. Cowok itu mengelus kakinya yang terasa nyeri.

Dengan sedikit menunduk, Ali mengambil sebuah kotak yang terletak dibawah meja belajarnya. Semua isinya adalah surat yang Prilly kasih. Sekitar 15 surat dengan berbagai macam warna. Sisanya adalah barang-barang yang pemberian Prilly, termasuk kalung dengan lambang mahkota yang dibelakangnya terdapat ukiran namanya.

Ali Alfikri.

Ali mengangkat kotak bewarna coklat itu, lalu membawanya ke atas tempat tidur. Dengan duduk bersila, Ali mulai mngambil sebuah surat. Yang paling menarik perhatiannya.

Ali mengeluarkan sebuah surat bewarna Dongker dengan pita berwarna Silver disisi kirinya. Ali membukanya, ada foto dirinya.

Sepertinya itu candid.

Itu foto saat Ali tampil disebuah acara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Itu foto saat Ali tampil disebuah acara. Pasti butuh perjuangan bagi Prilly untuk mendapatkannya, karna waktu itu tempatnya begitu desak-desakkan.

"Waktu itu, aku pernah bertanya apakah sang pemilik rindu juga mempunyai rasa yang sama. Apalagi saat kulihat kau tertawa bahagia bersamanya hingga melupakan janji kita. Aku tertawa sumbang, tak percaya hatiku dikecewakan untuk yang kesekian kalinya.

Aku tak peduli, meski hati terus merintih dalam kebisuan. Terus diam dan membiarkan dirinya lelah sendirian. Meninggalkan butiran air mata yang terbendung, saat kau hanya diam ketika kutanyakan,

​"Sespesial apakah dirinya hingga kau membiarkan ku menunggu seharian?"

Apa yang dimaksud oleh Prilly?

Apa ketika ia membiarkan Prilly menunggunya dan memilih makan berdua di caffe bersama Winda? Atau ketika Ali melupakan janjinya bersama Prilly dan malah ketemuan dengan Winda. Atau, opini ketiga ketika Ali membiarkan Prilly menunggu dan memilih bersama Bella?

***

Revisi: 11 April 2019

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang