"Cello itu lucu. Saya sayang banget sama dia. Saya mau adopsi dia tapi tunangan saya ngga suka kalau saya adopsi anak" lanjut Angel. Jelas sekali ia sedang menahan tangisnya.

"Benarkah? Mmmm boleh saya liat anak itu?" Tanya Araya. Seketika mata Angel berbinar.

"Boleh pak. Kapan bapak mau kepanti asuhan itu?" Tanya Angel.

"Sekarang" jawab Araya tegas.

***

Panti Asuhan Cinta Kasih. Disini lah sekarang Araya dan Angel berada. Hatinya terenyuh saat mulai memasuki bangunan lantai 2 tersebut. Banyak sekali anak anak yang dengan riangnya bermain berlari kesana dan kemari.

Araya tersenyum. Seharusnya, ia pergi ketempat ini bersana Ellen. Tapi sekali lagi. Itu semua hanya mimpi untuk Araya.

Angel memanggil Araya agar segera masuk kedalam satu ruangan dimana terdapat 3 bayi, 2 berusia 1 tahun dan 3 berusia bulanan. Angel memberitahu, bahwa Cello berumur 1 tahun. Dia adalah anak dari sepasang suami istri yang meninggal akibat kecelakaan pesawat saat perjalanan ke singapore. Sementara Cello dititip oleh seorang pengasuh. Dan sepasang suami istri tersebut tidak diketahui sanak saudaranya. Karena tak sanggup membiayayi hidup Cello dengan alasan dirinya memiliki 3 anak akhirnya pengasuh tersebut memberikan Cello ke panti asuhan ini.

Araya menatap Cello dengan seksama. Ia meminta izin untuk menggendongnya. Seketika Araya merasa dibuat nyaman saat menggendong Cello. Perlahan Araya mencium pipi chubby Cello. Dibelainya rambut tipis Cello. Lalu Araya menggoda Cello yang membuat Cello tertawa.

Araya mendongakkan kepalanya menatap seorang wanita paruh baya yang duduk dihadapannya. Dia adalah Bik Sulis. Wanita yang dengan suka rela mengelola panti asuhan tersebut.

"Maaf sebelumnya. Terus terang saja. Saya merasa senang dan nyaman saat menggendong Cello seperti ini. Mmmm bolehkah saya... mengadopsinya?" Ucap Araya hati hati. Bik Sulis dan Angel saling melontarkan tatapan. Mata mereka berbinar.

"Pak. Apa bapak serius dan yakin?" Tanya bik Sulis.

"Bagaimana cara saya meyakinkan ibu? Apa ada caranya?" Ucap Araya.

"Mmm saya sangat bahagia. Meskipun saya sangat menyayangi cello. Dan berat berpisah darinya. Tapi jika memang bapak berkenan untuk mengadopsi Cello. Saya dengan senang hati memindah tangankan cello kepada bapak" ucap bik sulis.

"Saya benar benar yakin dengan keputusan saya. Berapa biaya yang harus saya keluarkan?" Tanya Araya.

"Maaf pak. Saya tidak menjual anak" ucap Bik Sulis. Araya menatap Angel.

"Angel tolong pegang Cello sebentar" ucap Araya. Dengan sigap Angel menerima tubuh cello. Araya membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop coklat. Lalu menyerahkan nya pada Bik Sulis.

"Kalau begitu. Saya pun tidak membeli anak. Tapi tolong terima ini sebagai perwakilan terimakasih dari Cello pada bibi yang telah merawatnya" ucap Araya.

"Tapi pak. Itu tid..."

"Tolong terima. Saya mohon" final araya. Bik sulis mengambil amplop tersebut dan membukanya.

"Pak ini terlalu banyak" ucap Bik Sulis.

"Tidak terima saja bik" ucap Araya.

"Mmm baiklah. Uang ini akan saya gunakan untuk keperluan anak anak lainnya. Saya percayakan Cello pada bapak. Tolong dijaga sebaik mungkin. Sayangi dia sepenuh hati dan panti ini terbuka lebar untuk bapak main kesini" ucap bik Sulis. Araya pun mengangguk.

"Oh ya pak. Mohon isi data bapak sebagai pengadopsi" ucap Bik sulis yang langsung beranjak berdiri dan mengambil sebuah map biru dari laci yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Araya membuka map tersebut dan mulai mengisinya. Sekitar 15 menit Araya telah menyelesaikan pengisian data dirinya lalu memberikannya pada bik sulis. Bik sulis segera memeriksa data tersebut dan matanya terbelalak.

"Pak Araya? Umur bapak? Ini serius? 19 tahun?" Tanya Bik Sulis tak percaya. Araya hanya mengangguk datar sambil mengambil Cello kedalam gendongannya.

"Tapi ibu bisa percayakan segalanya pada saya" ucap Araya meyakinkan. Bik sulis hanya mengangguk.

Setelah mengurus segalanya. Araya dan Angel segera kembali ke kantor.

***

Araya bahagia bukan main. Ia membawa Cello ikut kekantor. Dan menggendong Cello tanpa mempedulikan karyawan lain yang heran melihatnya. Pasalnya, Angel berjalan dibelakang Araya sambil membawa tas berisi pakaian dan mainan baru untuk Cello yang dibeli saat perjalanan tadi. Mereka justru terlihat seperti sebuah keluarga.

Ellchello Pachthiraphan. Itulah nama baru untuk nama lengkap Cello. Araya beruntung karena jadwal meeting hari ini hanya satu kali dan sudah dituntaskan tadi pagi.

"Angel. Tolong tutup mulut kamu dan jangan beritahu pada siapapun kalau Cello anak angkat saya" ucap Araya.

"Baik pak. Bapak bisa percayakan itu pada saya" ucap Angel.

Sore ini, araya meminta pada seluruh karyawan untuk berkumpul diaula kantor hanya untuk mengumumkan bahwa Cello adalah Anak kandungnya. Apa para karyawan percaya? Tentu saja. Pasalnya semua karyawan memang tidak pernah tau latar belakang Araya. Jadi, saat Araya mengatakan dirinya adalah duda anak satu, semua orang dengan mudah percaya.

Dengan adanya Cello, Araya menambah satu kesibukan lagi. Dan keuntungannya adalah dia tidak merasa kesepian lagi.


****

Maaf kalo part ini kurang menarik.. Author bingung 😀

Semoga menghibur ya.. Jangan lupa Vommentnya..

Dan terimakasih buat segala dukungannya..
I love you All.. ❤❤❤❤

Araya 1 [END]Where stories live. Discover now