"Emang Mama punya rencana apa?" Tanya Tristan.

"Gini...."

Kalila mulai menceritakan semua rencana nakalnya. Mulai dari Kaisar yang harus menghilang sebelum Triva bangun besok pagi. Kaisar nggak pulang-pulang hingga malam. Tansa yang sengaja disuruh main ke rumah Amira untuk menjadi pembawa berita keberadaan Kaisar. Lalu Kaisar yang cuek dan akhirnya memutuskan Triva.

"Oma, apa nggak terlalu kejam?" Tanya Kaisar. Dia sungguh nggak tega harus melakukan itu pada Triva. Apalagi bila resikonya Triva jadi marah beneran, Kaisar mana bisa.

"Sekali-sekali kejam nggak papa. Oma tuh kadang kesel sama Triva kalo hidup kok ya datar-datar aja," sahut Kalila.

"Lah, kan keturunan Omanya," sindir Tristan.

Rio tertawa mendengar itu. Benar baginya, Triva itu sangat mirip Kalila waktu muda, nggak terlalu banyak macem-macemnya. Lurus-lurus aja kayak jalan tol.

"Kamu itu!" Hardik Kalila. "Ayolah Kaisar, demi Oma. Anggap saja ini untuk menyenangkan Oma," bujuk Kalila.

Kaisar menatap Vanessa selaku Mama dari Triva. Calon mertuanya itu mengangguk mengizinkan.

"Kami semua akan bertanggung jawab kalau sampai Triva marah sama kamu. Tenang saja," rayu Kalila lagi.

"Ya udah deh, Kaisar nurut aja apa yang bikin Oma seneng. Tapi bener ya Oma bantuin Kaisar bujukin Triva kalau nanti dia marah beneran," minta Kaisar sungguh-sungguh.

"Hahaha. Takut sekali kamu sama Triva," goda Kalila. Semua keluarga tertawa.

Kaisar hanya bisa menggaruk kepalanya sambil cengengesan.

💃💃💃

"Nyebelin," rengek Triva dengan Isak tangis tertahan.

"Hehehe. Udah dong marahnya. Masa lagi ulang tahun malah marah-marah."

"Salah kamu sendiri!"

"Iya salah aku," Kaisar mengalah. Dia mengusap punggung Triva dengan lembut. "Ini kejutan dari keluarga kamu. Sementara aku, bakal kasih kamu sesuatu yang beda kalau kita udah sampe Jakarta."

"Nggak! Aku nggak mau kejutan lagi!" Sentak Triva sambil melepas pelukannya.

"Hahaha," Kaisar tertawa. "Takut banget ya diputusin?"

"Kalo kita putus beneran gimana?"

Kaisar langsung menampar pelan bibir Triva. "Mulutnya kalo ngomong," protesnya.

"Kamu yang mulai."

"Ya kan itu cuma bercandaan doang."

"Bodo ya, Kai. Pokoknya aku beneran marah," Triva melipat tangannya.

"Iya marahnya lanjut nanti. Sekarang turun dulu. Kasian kan Oma udah tua tapi masih harus begadang buat ngasih kamu kejutan," bujuk Kaisar.

Kaisar menghapus air mata Triva dengan jarinya. Dia juga merapikan rambut Triva yang berantakan dengan menyelipkannya ke belakang telinga.

"Selamat ulang tahun ya sayang. Tetep jadi Triva yang aku kenal. Nggak perlu berubah, karena keseluruhan dari diri kamu adalah semua hal yang sangat aku sukai."

Triva tersenyum senang mendengarnya. Dia mengangguk. "Makasih, walau menyebalkan."

"Hahaha."

Cup.

Satu ciuman mendarat di kening Triva.

Cup. Cup.

Dua kecupan lagi di pipi kiri dan kanan.

Lalu bibir Kaisar mendekati bibir Triva...

"Ehm,"

Kaisar langsung mundur, begitu pun Triva.

Di ambang pintu, para keluarga sudah menunggu dengan senyuman jahil dan menggoda.

"Karena nggak turun-turun, terpaksa kita yang naik ke atas," ujar Kalila sambil melangkah masuk.

Kue ulang tahun Triva masih utuh bersama lilin yang mulai mengecil.

Triva memasang wajah cemberut pada Omanya. Berpura-pura. Namun akhirnya tertawa bahagia atas apa yang mereka semua lakukan.

Tibalah saatnya Triva melakukan make a wish sebelum meniup lilin.

"Ya Allah... Doaku masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja tahun ini aku ingin menambah satu permintaan lagi, yaitu Kaisar."

Triva membuka matanya dan mulai meniup lilin hingga padam. Suara tawa dan tepuk tangan terdengar begitu meriah. Satu persatu mulai memberikan selamat dengan memeluk Triva bergantian.

Sesi pemberian kado pun dilakukan. Oma Kalila dan Opa Rio lebih dulu.

"Apa nih?" Tanya Triva sambil menggoncang sebuah kotak kecil yang pita merah.

"Dibuka dong," suruh Rio.

Triva dengan tidak sabar membukanya. Dia mengerutkan kening melihat sebuah kunci yang sepertinya kunci mobil, berada dalam kotak tersebut. "Ini apa?" Tanyanya.

"Itu mobil baru buat kamu. Dari Opa sama Oma," ujar Kalila.

"Mobil baru?" Triva terkejut.

"Iya sayang. Sudah saatnya kamu menikmati masa muda kamu," Rio mengangguk.

"Makasih Omaaa. Opaaaa," Triva memeluk Kalila dan Rio bersamaan.

Berikutnya kado dari kedua orangtuanya. Berupa Box besar dengan pita berwarna merah muda. Triva dengan cekatan membukanya, dia nggak sabar untuk melihat isinya.

"Gaun?"

"Iya sayang. Udah saatnya juga kamu menjadi perempuan. Buat Kaisar," ujar Vanessa sedikit tersenyum.

Triva melebarkan gaun minim berwarna merah tersebut. Bukan tipe Triva banget pokoknya. Terlalu terbuka dan feminim banget.

"Harus dipakek," suruh Vanessa sambil mendorong Triva masuk ke dalam kamarbya.

"Tapi Ma..." Suara Triva teredam oleh pintu kamar yang telah ditutup. Vanessa juga ikut masuk ke dalam untuk membantu Triva memakai gaun tersebut.

Tak lama, Triva sudah keluar dengan penampilan yang menakjubkan. Dia terlihat luar biasa dengan gaun merah ketat yang menempel di tubuhnya. Rambutnya digelung ke atas dan sedikit dipoles make-up. Bagian belakang gaun tersebut berjenis backless, begitu sexy menampakkan kulit putih mulusnya.

Triva melangkah ragu karena merasa begitu malu. Terlebih dia harus memakai high heels setinggi 7cm yang sangat lancip pada ujung heels nya.

Kaisar menatap Triva dengan jenis kekaguman yang tak bisa dia sembunyikan. Ini pertama kalinya setelah satu tahun mereka berpacaran, Triva terlihat sangat cantik.

"Ayo pergi," suruh Vanessa.

"Pergi?" Tanya Triva mengertilah kening.

"Kaisar mau ngajakin malam malem," beritahu Vanessa lagi.

Triva menoleh pada Kaisar. "Tengah malem gini?" Tanyanya tak percaya.

Kaisar mengangguk.

💃💃💃

KAISAR (Komplit)Where stories live. Discover now