| 4 |

5.3K 397 42
                                    

A SINGLE TRUTH

|CHAP 4|

Sebaik pintu dikuak , Estella dikejutkan dengan kedatangan kembar kepada tunangnya .

" Arz ... " serunya masih kaget namun Arzeiel tidak menghiraukannya malah terburu-buru menguak kasar daun pintu . Kolar baju Daneiel direntap tanpa banyak soal . Mengejutkan wanita itu yang jelas kebingungan . Namun , tidak bagi Daneiel yang berwajah datar tanpa riak . Mata kedua kembar itu saling bertentang .

" Arz .. apa awak buat ni ? " lengan lelaki itu cuba ditarik bagi meleraikan pegangan Arzeiel ke atas tubuh Daneiel .

" aku dah warning kau  Dane . Jangan sampai aku cederakan kau ! " ugutan Arzeiel menambahkan ketegangan suasana diantara mereka . Masih Daneiel tersenyum sinis , kening sengaja dijungkit memprovok .

" kau layak ke nak ugut aku Arz ? Pasti ke kau berada di pihak yang benar ? " sinis selaran Daneiel dibalas satu tumbukan daripada adik kembarnya .

Jeritan Estella tidak langsung berjaya menghentikan pertelingkahan dua beradik itu . Arzeiel pula masih berkeras mahu membela diri dan keputusan yang dianggap benar meski dia sedar , terang lagikan bersuluh bahawa tindakannya dahulu adalah salah .

Kolar baju Daneiel direngkuh kasar , memaksa tubuh lelaki itu bangun .
Lengannya yang ditarik oleh Estella bagi meleraikan pertelingkahan mereka berdua dibuat tak endah . Sebesar mana sahaja kudrat seorang wanita dibandingkan seorang lelaki yang kini diamuk emosi .

" aku yang salah ! AKu mengaku ! Kau salahkan aku .. hukum aku ! " tengking Arzeiel seraya mengeratkan lagi rengkuhan dikolar baju abangnya . Birai matanya hangat saat diri dibadai emosi , lantas bibir diketap kuat . Menahan diri daripada tunduk pada emosi . Wajah Daneiel ditenung sedalamnya , menantikan sebarang bicara mahupun jawapan daripada lelaki itu .

Daneiel membisu , membiarkan diri dalam posisi menyerah kalah namun matanya sempat melirik ke arah Estella sebelum kembali menikam wajah adiknya . Hujung bibir yang pecah serta merta memerit saat dia membuka mulut .

" kau menakutkan Este dengan tindakan bodoh kau ni " gumam Daneiel perlahan , hanya sekadar sampai ke telinga Arzeiel sahaja . Serentak tubuh Arzeiel kaku . Seakan kewarasan akal kembali menakluki koordinasi tubuh yang tadi tunduk pada badai emosi dan amarah .

Daneiel mengoyak senyum sinis apabila rengkuhan pada kolarnya perlahan-lahan dileraikan .  " dan untuk permintaan kau . Hukum kau sahaja ? Tsk ... no way Arzeiel . No fuckin' way I'm gonna let her go " bisik Daneiel datar dan diselubungi kegelapan .

Kali ini kolar baju Arzeiel pula direngkuh , bersama renungan maut dihantar kepada adiknya . Gigi dikacip bengis , serta merta rahang wajah Daneiel menegang . " aku tak akan lepaskan dia walau kau melutut sekali pun . Bagi aku ... kematian pun belum tentu balasan setimpal untuk dia " selaran Daneiel yang separa berbisik itu jelas mengembalikan gelodak amarah dalam diri Arzeiel . Julang kemarahan lelaki itu tinggi menggapai langit , lantas kewarasan akal tidak lagi  jadi pertimbangan . Hanya tangannya memainkan peranan . Tumbukan demi tumbukan dilayangkan ke wajah dan tubuh Daneiel .

" Arz stop ! "

Prang !

Serentak itu , segala kekecohan bertukar sepi . Kebisuan menggantikan posisi pertelingkahan itu , menyaksikan tubuh Arzeiel jatuh menyembah bumi . Lopak kecil darah mulai terpamer diatas lantai marmar itu .

A Single Truth ✔Where stories live. Discover now