#30 : MAMA

92 12 24
                                    

Entah kenapa jam istirahat menjadi saat yang paling kutunggu-tunggu. Setiap bel berdering aku akan segera keluar kelas tanpa membuang waktu lebih banyak lagi.

"Taehyung, mau makan di kantin?" Jimin menyapaku yang hendak beranjak dari tempat dudukku.

Aku menggeleng pelan. "Aku sudah punya janji dengan seorang gadis," ujarku antusias.

Bola matanya berputar sebelum melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan wajah jengah. "Sekarang kau meninggalkan sobatmu ini setelah kau menemukan cintamu, hah? Dasar tukang pamer!" P L A K ! Jimin memukul punggungku yang menunjukkan dia cemburu.

"Alele... Janganlah cemburu, Park Jimin." Aku membalas pukulan di punggungnya juga. "Lain waktu kita akan makan bersama dan bermain bersama lagi seperti dulu. Kau tahu sendiri seperti apa gadis itu jika suatu janji teringkari begitu saja, kan?!" Aku memelas pada Jimin yang merajuk. " Justru kau yang berpengalaman lah yang lebih tahu!" ujarku dan segera menutup mulut dengan kedua tanganku.

Sialan, kenapa bisa keceplosan begini!?

"Haha..." Tawa paksa Jimin terdengar sama menyeramkannya dengan tawa Hana. "Kalau begitu cepat pergi, dia bukan orang yang sabar untuk menunggu, kecuali untuk menyadari kebodohannya mencintaimu, sih."

"Tenang saja, aku masih lebih bodoh darinya."

"Aku adukan pada pacarmu sekarang!" Jimin mengambil ponselnya dan aku segera bertindak karena panik.

"Hei, itu hanya bentuk protes karena tidak terima pacarku dikatai bodoh oleh mantannya sendiri!" Aku mulai menjauhinya dan berusaha mengamankan telinga Hana sebelum Jimin mengatkan hal hal bodoh padanya!

Jimin mengejarku, aku sudah menduganya, aku pertama kali keluar kelas dan berbalik melihat di mana Jimin berada karena aku tidak merasakan kehadirannya di belakang tubuhku.

Tak lama orang itu kembali berlari dengan kecepatan penuh dari dalam kelas. Sialan! Ada orang yang akan dia tabrak jika tidak cepat mengerem larinya itu!

"Jimin! Jangan mengejarku dulu jika tidak kau---"

B R A K ! Aku terlambat. Sekarang posisi Jimin dengan gadis itu sudah menimbulkan banyaknya mata yang memandang dengan kesalahpahamannya masing-masing.

"Apa-apaan itu, mereka bermesraan di sekolah," kata salah satu siswa yang lewat di depanku kepada temannya.

"Itu bukan lagi bermesraan, mereka memadu kasih seperti suami istri."

"Memangnya lelaki itu tidak bisa menahan dulu hasratnya sampai melakukan hal seperti itu sekarang?"

"Atau mungkin gadisnya yang tidak ingin melayaninya?"

"Bisa juga, sih."

Oh tidak oh tidak, anak-anak mulai memasang anggapan buruk pada Jimin. Posisi Jimin memang berada di atas seorang gadis yang telentang akibat tubrukan tadi, jelas saja jika terjadi kesalah pahaman.

"Jimin kau baik-baik saja!? Itu kenapa aku memperingatkanmu untuk berhenti!" Aku menghampiri Jimin dan menegurnya dengan malu-malu. Sungguh posisi mereka membuatku salah focus.

Jimin langsung menyadarinya dan bangkit dari posisinya yang menindih gadis tersebut. Aku melihat wajah perempuan itu yang memerah bukan main dan terus menundukkan kepalanya saat duduk. Aku melirik ke gadis itu dan memberi isyrat pada Jimin untuk menunjukkan kepekaannya.

"Sekarang kalian dianggap dengan 'pasangan yang tak tahan memadu kasih'. Aku sendiri yang mendengar barusan dari beberapa siswa yang lewat di depanku."

Where's My WINGS [COMPLETED]Where stories live. Discover now