#12 : Stigma

113 14 8
                                    

Suasana pulang sekolah memang seperti ini. Sangat sepi. Aku baru saja menemui Go-ssaem untuk memberikan surat dari Bu Raeha kepada beliau. Go-ssaem ada sedikit urusan dengan kepala sekolah sehingga aku harus menunggu lebih lama. Tapi kini sudah selesai, aku bisa cepat pulang dan membantu Sejin hyung mempersiapkan kedai.

"Hei, pencopet cilik." Seru seseorang di sebelah kanan koridor yang tengah aku lewati. Ia bersama ketiga temannya sedang meminum soda dan sebuah roti ikan. Dan aku seperti pernah melihat salah satu dari mereka.

Aku hanya melewati mereka, karena mereka menyebut seseorang dengan 'pencopet cilik'.

"Heh, kau tuli ya!?" teriaknya lagi. Siapa, sih yang mereka panggil? Kalau berurusan dengan mereka bukannya dituruti saja ya kalau tidak ingin mati? Sepertinya mereka berempat adalah manusia dengan jenis dan tipe yang sama dengan JongIn cs.

D R R R T T T ! ! ! Eh, apa-apaan ini? Tasku di tarik dengan kasar oleh keempat anak tadi.

"Hey, aku memanggilmu sedari tadi, kau tahu!?" Si pentolan mulai bicara padaku.

Aku hanya menjawab datar, kenapa aku harus marah apalagi takut padanya? "Ada apa?"

"Aku ini sunbaemu! Menunduklah padaku!" Dia berhenti sejenak dengan tangan yang tercengkram di kerah seragamku. "Oh, mungkin kau harus berlutut untuk membuktikan kau memang sudah berubah." Dia merubah senyumnya menjadi senyum licik.

"Hah? Berubah dari apaan?" apa sih yang dia katakan? Berubah katanya. Memang aku power rangers?

"Anak tak tahu diuntung!" B R A K ! ! Dia melemparkan tubuhku ke dinding koridor yang lain. "Kau adalah pencopet yang membuat sekolah ini mulai melupakan tentang diriku. Kau berhasil membuatku selamat, bocah sialan!"

Oh, aku ingat. Dia adalah...

"Oh, apa yang kau katakan tadi, sunbae? 'Melupakan tentang diriku'? Jadi kau juga seorang pencopet ya?" tantangku.

Matanya terbelak lebar dan tangannya siap menghujamiku dengan pukulan menyakitkan terbaik miliknya. Dengan melihat tangannya saja aku bisa tahu kalau dia memiliki pukulan yang lebih kuat daripada milikku. Jika adu kekuatan aku tidak akan mampu melawannya.

Dia adalah anak gembul dan berisi dengan tinggi sekitar 150 cm, sepertinya dia tingkat empat atau tingkat lima bersama ketiga temannya yang lain. Tapi ya, mereka hanya punya kekuatan tanpa memiliki akal untuk memanfaatkan kekuatan mereka itu.

Dengan reflex yang aku miliki, aku menahan tangannya yang hampir saja mendarat di wajahku dan menghancurkan wajahku begitu saja. "Berani-beraninya kau bicara begitu!" serunya.

"Hah, ternyata benar. Apa kau masih ingat aku, Sungwoo?" tanyaku dengan pandang remeh.

"Tahu darimana kau!?"

"Tentu saja aku tahu, kau ingat kejadian di taman bermain kota dua tahun yang lalu?" Aku mencoba memutar kembali memorinya yang hanya diisi dengan adu jotos itu.

Tidak menunggu lama, matanya kembali melebar kesekian kalinya. "Ka—Kau..." Dia berkata denagn gemetar. Tangannya perlahan lepas dari kerah seragamku.

"Siapa dia, bos!" temannya yang lain bertanya.

"Siapa!?" yang lain ikut menimbali.

"K—Kim Taeseo." Dia bergematar dan melangkah mundur bersama teman-temannya.

"Hah, dia adalah Kim Taehyung! Bukan Kim Taeseo!"

"PABO!"

"Jadi kau sudah ingat, ya sudah aku pergi dulu ya. Ada kerjaan, nih." Aku berdiri dan mulai berjalan lagi ke tempat seharusnya aku pergi. Bukan menyia-nyiakan menitku yang berharga untuk preman macam mereka.

Where's My WINGS [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon