#11 : Begin

116 17 6
                                    

Semenjak saat itu segala bentuk bully aku terima baik dari kakak kelas, adik kelas, bahkan anak-anak yang satu kelasku denganku. Aku tidak merasa marah sedikitpun, hanya saja aku merasa sedikit kesal dan kecewa terhadap sifat sebenarnya murid di sekolah ini.

Semua orang menilai sesuatu dari covernya. Mau sebaik apapun covernya maka orang itu akan dianggap baik, tapi begitu tahu ada satu cacat dari dirinya, maka ia akan dianggap sebagai orang dengan tingkat paling rendah.

Jika kau siap hidup di dunia ini, maka kau harus siap dengan segala kemungkinan yang ada, baik itu positif maupun negatif. Aku sudah mengatakannya, kan? Aku sudah mengalami berbagai cacat di dunia ini, jangan tanyakan padaku cacat dunia mana yang belum aku lalui.

Masuk kelas sudah menjadi hal yang sangat aku hindari. Tapi meski begitu aku tidak berniat sama sekali untuk membolos. Lebih baik aku masuk tepat setelah bel dan langsung mengikuti pelajaran. Sehingga waktu yang aku habiskan bersama anak-anak kelas menjadi lebih sedikit.

Saat istirahatpun aku akan langsung keluar kelas bisa Go-ssaem sudah meninggalkan mejanya. Bahkan aku keluar lebih dulu daripada Go-ssaem.

Dengan berbekal satu bungkus roti isi aku pergi ke taman belakang untuk menghabiskan jam isitirahat pertamaku. Taman belakang punya rumput yang nyaman dan sangat rindang untuk tempat tidur, jadi itu merupakan tempat favoritku di sini.

B R A K ! ! ! Sebuah kaleng minuman jatuh di sebelah tubuhku yang tengah berbaring di rumput. Sebelah mataku terbuka dan melihat bayangan seseorang mendekat.

"Kau masih sering ke sini, ya?" tanyanya.

"Apa urusanmu? Bukankah tujuanmu sudah tercapai?" Jawabku.

"Em, bagaimana ya?" kemudian dia berangsur terlentang di sebelahku. "Aku masih belum puas menjatuhkanmu. Melakukan hal itu terus saja membuatku candu."

"Hah, gila."

"Berikan ijin untuk membullymu lagi."

"Mana ada orang seperti itu."

"Ada, kau."

"Terserah."

"Kau tidak membantah?"

"Buat apa?"

"Kim Taehyung sudah berubah. Tidak lagi anak keras kepala dan sombong seperti saat bertemu."

"Aku tidak berubah. Karna KIM TAE hyung yang dulu bukanlah Kim Taehyung yang sebenarnya. Pergilah, Jongin. Aku tidak ingin kau merusak hidupku lebih jauh lagi."

"Ya, tidak ada yang ingin berlama-lama bersama copet sepertimu." Dia bangkit dari tidurnya. "Cepatlah masuk kelas. Bagaimanapun aku tidak ingin menjadi seorang pembully yang mengabaikan korbannya."

"Dasar, tukang cari sensasi."

"Minumlah itu kalau kau ingin. Bye!" Dia mulai berjalan menjauh. Dasar, musuh macam apa dia? Ya, aku tidak perlu bertanya. Dia melakukan itu agar dipandang baik oleh anak-anak yang sibuk berbisik di atas sana. Dia pasti hanya ingin terlihat ramah. Tidak ada tempat yang benar-benar tertutup di sini untuk menyembunyikan privasimu.

"Bah, siapa juga yang menyuruhnya membelikan ini untukku." Aku mengambil minuman teh hijau dingin yang dibelikan Jongin untukku. Makanan harus dihargai, itulah prinsipku.

"Taehyungie~" Suara melengking yang hangat. Aku sangat menyukainya.

Tanpa merasa heran aku terduduk dari tidurku dan melihat anak laki-laki berlari ke arahku dengan tangan yang ia lambaikan. Begitu menyenangkan. Tapi tidak lama kemudian, anak laki-laki lain yang lebih tinggi darinya juga datang menyusul.

Where's My WINGS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang