35 || Dia Ingin Pergi

3.7K 176 9
                                    

===

"Dengar! Tidak semua pertanyaan selalu ada jawabannya. Dan aku benci menjawab pertanyaanmu!"

"Aku menjawab pertanyaanmu, lalu kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaanku?" tanya Ruby balik merasa kesal.

"Diamlah! Kau sangat cerewet jika sudah bertanya, itu sebabnya aku tidak mau menjawab pertanyaanmu," jawab Safir sembari tangannya mengadah ke arah Ruby.

"Apa?" tanya Ruby lagi saat melihat tangan Safir yang seperti ingin meminta uang kepadanya.

"Kita harus cepat pergi sebelum Polisi ke sini!"

"Oh." Ruby tersenyum dan menggapai uluran tangan Safir. "Kita akan lari dari kenyataan," kata Ruby sembari tersenyum geli menatap Safir.

"Ini bukan lari dari kenyataan, tapi lari untuk keluar dari masalah."

"Terserah! Apa pun itu asal kau di sisiku ... aku suka," jawab Ruby.

Sial, Ruby! Tidak bisakah Wanita itu sedikit saja mengontrol perkataannya?

===

"Apakah kau ingin membunuh Safir?"

Elzar tersenyum miring mendengar pertanyaan itu dari sosok misterius yang kini ada di hadapannya. Memperjelas bahwa Elzar meng-iyakan pertanyaan sosok itu.

"Siapa kau?" tanya Elzar. Pemuda itu tak dapat melihat sosok itu dengan jelas di gang sempit serta temaram ini, ditambah pakaiannya yang tidak wajar.

"Kau tidak perlu tahu. Jawab saja pertanyaanku."

"Jika iya, kau mau apa?"

"Di ujung barat daya kota ini ada pabrik buah lama tak terpakai. Mereka ada di sana. Safir," jawab sosok misterius itu.

"Dan?" tanya Elzar penasaran saat sosok di hadapannya mengatakan kata mereka.

"Anak buah Chandra. Aku salah satunya."

Elzar tersenyum senang diam-diam. Langkahnya perlahan mulai menjauh dari sosok misterius yang membelakanginya.

Sosok misterius itu menggunakan jubah hitam kebesaran dan topeng berwarna putih. Persis seperti malaikat maut. Perlahan jari-jarinya naik dan melepas topeng yang menghalangi wajahnya.

Gadis itu tersenyum getir. Ia membuka jubahnya dan membuang topengnya sembarang arah. Ia pergi meninggalkan gang kecil itu beserta jubah dan topengnya yang tergeletak di sana.

"Aku benci jika ada seseorang yang akan menghancurkan aku dan Kakakku meski dia adalah orang yang aku cintai," gumam Bruna penuh penekanan, dua tangannya mengepal kuat. "Mati kau Elzar! Safir sudah mengirim Polisi ke sana!"

===

"Kenapa kau tidak menghubungiku!" cecar Sera saat Ruby menceritakan semua kejadian yang ia alami.

"Aku lupa," kata Ruby santai sembari memainkan ponsel.

"Lupa? Tapi tidak dengan Safir?"

Ruby melirik Sera dengan tatapan mengejek diikuti senyuman miring. "Karena sekarang Pria itu selalu ada di dalam pikiranku."

With Your BodyWhere stories live. Discover now