Malam Pertama

37 5 0
                                    

Sesuai dengan janji yang dibuat, aku mengikuti kemana perginya Kevin yang menuju rumahnya seperti biasa. Aku diperlakukan lain, wajahnya terus senyum kearahku sambil membawa dua cangkir minuman soda.

"Kamu tahu, tak ada yang menginginkanku di dunia ini." Ungkapnya dengan santai kemudian duduk disampingku.

"Maksudmu?"

"Ya seperti hari ini. Tak ada seorangpun yang mengucapkan selamat ulang tahun semenjak umurku 5 tahun. Ini menyebalkan, kamu tahu?"

Usai mengatakan itu dia kembali tertawa sambil meneteskan air matanya. Seseorang yang terkenal angkuh akhirnya menangis dihadapan anak kampung yang tidak tahu apa-apa ini.

"Selamat ulang tahun, Kevin." Ucapku dengan tulus seraya memegang tangannya yang bergetar karena menahan sesuatu yang menyesak dihatinya.

"Iya, terima kasih. Kamu orang pertama yang mengucapkan itu."

"Mmm, oke. Apa rencanamu untuk ulang tahunmu kali ini?"

Dia menggelengkan kepalanya dan pergi kedalam rumah menjauhiku, mungkin untuk menenangkan diri.

"Bagaimana kalau kita pergi ke pasar malam?"tanyaku dengan sedikit malu saat dia kembali datang dengan wajah yang basah karena air.

"Pasar malam?"

"Um, kamu tidak pernah?"

"Belum sama sekali." Dia mengakui dengan sedikit tertawa kecil dan tersenyum manis saat aku membawanya keluar untuk jalan-jalan ketempat tujuan.

Kami bermain menaiki semua wahana yang ada disana, mungkin baginya wahana bermain disana tidak sebanding dengan wahana bermain dengan tiket masuk jutaan rupiah. Aku harap dia menyukainya dan menikmatinya malam itu.

Aku membelikan sebuah kado yang berhasil aku dapatkan dari tempat bermain itu, sebuah boneka kelinci berukuran kecil.

"Ini buat kamu, anggap sebagai hadiah ulang tahun dari aku. Maaf nggak bisa ngasih yang lebih baik dan aku harap kamu menyukainya." Ungkapku dengan nada pelan dan terus tersenyum kearahnya yang menatap tajam kearah boneka kecil itu.

Satu pelukan darinya membuat dadaku tak bisa berhenti untuk bergetar, dia benar-benar mengejutkanku. Mungkin tidak apa-apa jika aku menghabiskan hari ulang tahunnya malam ini sampai tengah malam.

Senyumannya malam itu memang membuatku tenang dan aku harap dia bisa bahagia malam ini. Terkadang aku ingin berteman dengannya dan dekat dengannya, tapi dia terlalu sering berubah menjadi orang yang berbeda setiap harinya dan terkadang berubah menjadi satu orang yang mengerikan tapi juga menyenangkan. Dia tak mudah ditebak.

"Terima Kasih udah nemenin aku semalaman." Katanya dengan nada yang halus kemudian pergi meninggalkanku tepat di depan rumahku dengan kegelapan dan keheningan tengah malam.

Berkali-kali aku mengetuk pintu yang tak kunjung dibuka, mereka benar-benar tertidur pulas.

"Lah? Mana hpku? Tadi aku bawa nggak ya? Sekarang kenapa nggak ada?' kataku panik sambil terus membuka tas kecil yang menyilang ditubuhku.

Otakku tak bisa berpikir lagi, ini benar-benar malam yang gelap dan juga mengerikan. Jika aku memutuskan untuk diluar semalaman mungkin aku masuk angin atau bisa lebih parah lagi kalau ada orang lain yang melihatku disini sendirian.

Tak ada pilihan selain mencoba untuk berjalan kearah depan rumahku, Dio.

"Assalamualaikum" panggilku beberapa kali sambil terus mengetuk berharap kali ini dia keluar.

"Ajeng?" tanyanya saat keluar dengan baju piyama berwarna biru laut.

"Bisa minta tolong nggak? Pinjem telepon bentar, bisa?"

Sepatu Kaca : Seorang Putri dari Negeri MimpiWhere stories live. Discover now