Huh? Kamar nya benar benar rapi sekali..

Hinata masih memandangi kamar tersebut dengan pandangan kagum. Tanpa menyadari sesosok tinggi yang menatap tubuh belakangnya dengan tidak suka.

Sosok tinggi itu menggeram kesal, "Apa yang kau lakukan disini?!"

Hinata terpekik pelan, ia membalikan tubuh nya dengan pelan.

Menatap langsung sepasang mata jade yang tajam tidak tersentuh.

Gadis itu segera menunduk dalam dan membungkukkan tubuhnya, merasa sangat lancang karena telah berani menatap langsung majikannya sendiri.

"G-omen'nasai! Saya Hinata! Pelayan baru kalian---"

"Aku tidak peduli! Minggir!" Ucapnya memutus perkataan gadis itu dan langsung masuk je dalam kamar hingga menubruk bahu gadis itu.

"BLAM!"

Hinata mendenguskan hidung nya dengan kesal, sedikit menggerutu tentang tidak sopannya pemuda itu.

Kenapa sih tidak ada satupun dari mereka yang berbuat sopan padaku?

*

"Mereka  memang seperti itu." Ucap pemuda berambut hitam panjang itu, ia menguap sebentar lalu meminum kopi milik ya.

Hinata mendekap nampan miliknya dengan erat, menatap pemuda itu yang masih setengah ngantuk dan sedang duduk di atas ranjang. Kemeja putihnya tampak berantakan akibat tertidur.

"Kau harus ekstra sabar menghadapi sifat kekanakkan mereka. Khususnya Sasuke dan Gaara, yang sulit sekali ditebak."
Ujar pemuda itu lagi, "Mereka tidak suka pelayan baru sepertimu, karena ulah mereka lah banyak pelayan langsung mengundurkan diri karena sangat tidak di hargai depan mereka."

Hinata mendengarnya penuh minat, sedikit mengernyit bingung akan kata kata pemuda itu.

"Kau tahu, kenapa mereka sangat tidak menyukai para pelayan itu?" Pemuda itu membuka matanya, memperlihatkan mata onyx nya.

Hinata menggelengkan kepalanya dengan pelan, benar benar tidak tahu mengapa para pemuda itu sangat tidak menyukai pelayan seperti mereka.

"Beberapa pelayan bukanlah pelayan sebenarnya. Mereka menyamar, hanya untuk berdekatan dengan kami."

Hinata mengernyit sebentar sedikit menggerutu bahwa para pemuda itu benar benar kepedean sekali. Bisa jadi, mereka sedang benar benar membutuhkan uang.

"Kami tidak kepedean, itu fakta."

Hinata tersentak kaget, tidak menyangka bahwa pemuda itu bisa menebak apa yang sedang ia pikirkan.

"T-tapi, mungkin saja. Kalian salah paham." Ujar hinata, akhirnya membuka mulutnya.

"Salah paham? Mencuri pakaian kami secara diam diam lalu mengintip kami berpakain? Itu yang kau maksud benar?"

Hinata tercengang, tidak percaya bahawa ada beberapa pelayan yang melakukan tindakan tidak terpuji itu.

"Sudahlah. Bangunkan aku saat makan malam." Ucap pemuda itu sambil meletakan cangkir miliknya dan bergegas tidur.

Hinata menghela nafasnya dan mengambil cangkir itu untuk dibawa pergi.

*

Gadis berambut panjang yang dikepang satu itu tampak tersenyum puas.  Kemeja putihnya tertutup apron coklat.

"Yosh! Aku harus bersemangat hari ini! Ini adalah hari ke dua ku di sini." Ucap hinata sambil tersenyum lebar. Ia memperbaiki kacamata miliknya yang melorot.

Gadis itu berjengit kaget ketika ia baru saja membalikan tubuhnya dan melihat sesosok yang duduk tenang di  meja makan yang luas dan meminum kopi hitam yang memang sudah hinata siapkan.

'Aku benar benar kaget sekali'

Hinata menatap pemuda dengan rambut dark blue nya yang sangat berantakan dan mencuat kesana kemari.

'Sejak kapan dia berada di situ? Padahal tadi, tidak ada siapa siapa.'

Sepasang onyx itu menatap gadis itu yang tampak memikirkan sesuatu.

Hinata yang baru menyadari tatapan pemuda itu langsung menunduk dalam.

"Ohayo hinata, kau yang memasak semua ini?" Tanya naruto yang berjalan santai dari tangga dengan kaus longgar bewarna putih.

"Y-ya, silakan duduk naruto-sama." Hinata mempersilakan pemuda itu untuk duduk di bangku makan.

"Tidak usah seformal itu padaku, hinata. Oh iya, bisakah aku meminta tolong padamu untuk menyiapkan pakaian sekolahku hari ini?"

"Baiklah, Apa ada yang lain?" Tanyanya sebelum berlalu.

"Tolong sekalian denganku, hinata." Ucap sai. Baru duduk.

Hinata mengangguk pelan lalu bergegas pergi menuju kamar pemuda itu.

"Kalian terlalu baik dengannya. Bukankah kalian harusnya bersikap seperti biasa?" Tegur Sasuke sambil memincingkan mata onyx nya.

"Kau tahu Sasuke. Sepertinya kali ini aku tidak mengikuti peraturan seperti biasa." Kata Naruto sambil memasukan sepotong roti lapis ke dalam mulutnya.

"Jangan bertindak kasar kepadanya. Aku tidak bisa melakukan seperti biasanya kepada pelayan baru, dia terlalu baik dan polos. Sepertinya dia berumur setahun muda dari kita." Sai pun menyuarakan suaranya.

"Bagiku sama saja. Mungkin itu hanya topengnya saja. Apa kau lupa dengan salah satu pelayan yang seperti itu? Dan ternyata berusaha meniduri shikamaru?"
Sasuke berucap angkuh dan melipat tangannya di atas dada berkaos merah.

"Jangan pernah menginggatkanku dengan pelayan itu, brengsek!" Sambut shikamaru dengan kesal.

Suara gelak tawa terdengar di mana mana.

"Oh, tentu saja! Aku masih menginggatnya dengan jelas. Lucu sekali, baru kali itu aku melihatnya sangat murka." Naruto tertawa paling keras di antara mereka.

"Tutup mulut mu, Naruto!"

Hinata  yang baru tiba, menatap mereka semua dengan heran, namun berusaha tidak mempedulikannya.

"A-aku sudah menyiapkan semua pakaian kalian. Aku akan pergi."

Gadis itu sudah siap dengan pakaian sekolahnya. Bahkan sudah memakai sepatu dan membawa tasnya.

"Sebelum kalian pergi, aku ingin kalian memberi kuncinya pada aoi-jiisan sebelum pergi nanti. " Ucap hinata agar salah satu pemuda itu memberikan nya kepada penjaga mansion.

*



Silakan di vote ya !

26 september 2018.

Rabu.

3. 18 AM

[6] MY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang