SCGB-Sembilan

1K 72 13
                                    

Ujian tengah semester telah berlalu sejak kemarin. Hari ini jam pelajaran pun kosong. Guru-guru memberi waktu untuk latihan agar saat porak atau porseni antar kelas dapat berjalan dengan lancar di hari H.

Lanika yang memang merasa jenuh dengan tidak adanya KBM memilih untuk ke perpustakaan sekolah. Fathin hari ini tidak sekolah, jadi ia ke mana-mana sendirian.

Ia berjalan menghampiri rak buku yang berada di pojok. Buku khusus novel. Ia hendak mengambil buku bersampul merah muda dengan judul bidadari bermata bening, tapi tangan seseorang telah mendahuluinya. Lanika menoleh, dan melihat sosok jangkung lelaki berkulit sawo matang itu. Lelaki itu tersenyum kala pandangan mereka bertemu. Lanika segera menundukkan pandangannya dan berniat mengambil buku novel yang lain.

"Kamu mau baca ini?" tawar Rafka.

"Gak papa, enggak usah. Aku cari yang lain aja," tolak Lanika.

"Enggak usah nolak gitu, kita kan bisa gantian bacanya. Nih kamu dulu!" Rafka menyodorkan buku itu ke hadapan Lanika. Gadis itu masih dalam posisi menunduk, tapi tak urung tangannya menyambut buku itu.

"Ka-kamu suka novel?" tanya Lanika ragu.

Rafka melongo mendengarkan ucapan Lanika. Bukannya menjawab, ia malah mengungkapkan rasa syukurnya.

"Alhamdulillah, Ya Allah. Setelah sekian lama hamba berusaha mendekatinya, kini dia berada di hadapan hamba dan ini pertama kalinya dia bertanya pada hamba."

Lanika yang jengah melihat tingkah Rafka langsung menimpuknya dengan buku novel.

"Gak usah ngerasa seneng! Aku tadi basa-basi doang. Aku balik dulu ke kelas!"

Tangan Rafka terulur ke rak. Memportal jalan Lanika untuk bisa keluar.

"Turunin gak tangan kamu?!"

"Gak bilang makasih nih?"

"Iya, lupa. Syukron."

"Afwan."

"Udah kan? Aku mau ke kelas dulu. Awas!"

"Tadi pertanyaan kamu belum aku jawab, masa udah mau pergi."

"Lupain aja," ujar Lanika kesal.

"Sayangnya aku gak bisa lupain kamu."

"Lupain pertanyaan aku, Rafka! Bukan aku!"

Rafka terbahak, "Oh, jadi kamu gak pengen aku ngelupain kamu."

"Gak usah mulai lagi!"

"Kamu liat deh buku yang kamu pegang itu!"

"Liat apanya?" tanya Lanika ogah-ogahan.

"Judulnya. Di novel itu kan judulnya Bidadari bermata bening."

"Terus?"

"Hampir sama kaya bidadari aku, cuma bedanya dia bidadari yang tatapannya meneduhkan."

Lanika meneguk salivanya sulit. Meski kata-kata Rafka garing, tapi tak bisa dibohongi kalau jantungnya saat ini tengah berpacu dengan cepat.

"Mau tau gak bidadarinya siapa?"

Tidak ingin mengulur-ngulur waktu dan membicarakan hal yang menurutnya tidak penting, ia kembali meminta Rafka untuk tidak menghalanginya.

"Rafka, please. Jangan ngehalangin jalan aku!"

"Aku gak pernah ngehalangin jalan kamu, justru aku pengennya melawan orang yang menghalangi jalan kita."

Lanika benar-benar geram. Lelaki ini ngomongnya malah semakin ngawur dan garing.

Sinar Cinta Gadis BerhijabWhere stories live. Discover now