SCGB-Lima

1.1K 66 4
                                    

"Rafka!"

"Apa sih, Yang?"

Lanika langsung melotot gara-gara mendengar ucapan Rafka.

"Cepet piket! Ngepel kek atau buang sampah."

"Lah, ngepel mah kan tugas kamu sebagai calon ibu rumah tangga, Yang."

"Rafka... jangan bercanda! Cepet ngepel atau aku sapu wajah kamu."

"Iya-iya, kamu tuh ya gak bisa liat calon suami nyantai bentar."

Entah sejak kapan Rafka memakai 'aku-kamu'. Terdengar geli memang seorang sepertinya sekarang jadi agak alay.

"Apa kamu bilang?!"

"Enggak-enggak, marah-marah mulu sih Yang."

"Astaghfirullah... Rafka! Jangan mancing deh!"

"Mancing apa sih? Mancing ikan?"

Lanika benar-benar tidak tahan. Baru sebulan sekelas bersama Rafka, sudah membuatnya sering marah-marah. Apalagi kalau setahun? Bisa-bisa dia jadi sosok antagonis. Padahal biasanya ia selalu sabar menghadapi orang yang ditemuinya, meski orang itu mengesalkan dan bahkan memakinya.

Rafka sangat mampu disebut peroboh tembok kesabaran Lanika. Namun di sisi lain, Lanika kadang menahan tawa hingga bibirnya kedutan karena ulah Rafka yang sering di luar nalar.

"Anik... kok kamu diem sih! Kamu marah?"

Ini satu poin lagi yang Lanika tidak suka dari Rafka. Di saat orang lain memanggilnya Ika, Rafka malah memanggilnya Anik. Memang sih itu juga bisa kependekan dari Lanika, tapi nada bicara Rafka yang dibuat manja membuatnya jengkel hingga ke ubun-ubun.

"Raf, kamu bisa nggak jangan panggil Anik!"

"Lho... emang kenapa? Itu kan panggilan kesayangan. Beda dari yang lain."

"Justru itu, kamu gak ngerti-ngerti ya!"

"Enggak!" jawab Rafka polos, "tolong jelasin dong, Yang."

"Tau ah! Males aku ngomong sama kamu."

"Semangat jadinya aku kalau ngomong sama kamu."

Lanika tidak menggubris ucapan Rafka. Ia melihat sekeliling kelas, tidak ada Ratih yang harusnya piket dengannya. Apa dari tadi dia berduaan dengan Rafka di dalam kelas? Ini untuk yang kesekian kalinya Lanika melakukan hal yang tidak boleh dilakukannya bersama orang yang bukan mahramnya. Berduaan dalam satu ruangan.

Ampuni Lanika Ya Rabb.

🍀🍀🍀

"Sayang... pulang yuk! Tadi kamu lama banget sih piket sama eskulnya. Aku 'kan capek nungguin kamu."

"Baru nungguin gitu aja ngeluh. Gimana lo bisa yakin dan sabar ngambil hati gue?!"

"Kamu tuh sinis banget sih, beb." Ujar Maurin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Udahlah, cepet masuk atau gue tinggalin lo di sini!"

"Iya-iya," dengan ogah-ogahan Maurin memasuki mobil. Dalam hati Maurin, ia ingin sekali dibukakan pintu mobil oleh Rafka. Meski itu hal sederhana, tapi sungguh ia iri dengan cewek lain yang diperlakukan begitu oleh pasangannya.

Saat Rafka melajukan mobilnya, ia melihat Lanika masih berdiri di halte. Sesekali ia mengusap pelipisnya yang penuh keringat karena terlalu lama menunggu, ia juga kadang terbatuk-batuk karena polusi udara yang berasal dari kendaraan yang berlalu-lalang.

Sinar Cinta Gadis BerhijabWhere stories live. Discover now