SCGB-Satu

3.2K 135 18
                                    

Tujuh tahun yang lalu ...

Gadis berhijab putih itu buru-buru berlari sambil menenteng tas kardus dan beberapa persyaratan MOS lainnya. Saking buru-burunya, ia tidak menyadari kalau tali sepatunya lepas satu. Semenit kemudian, gadis itu kehilangan keseimbangan karena menginjak tali sepatunya sendiri.

BRUKK

Ia tersandung. Tas kardus dan papan namanya jatuh. Onder yang dipakai gadis itu sobek sedikit di salah satu lutut, dikarenakan posisi jatuhnya seperti orang merangkak dan lututnya menimpa batu yang agak runcing. Mulutnya refleks mengucap kalimat istirja, "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun."

Ia meringis, menyesali ketidak hati-hatiannya. Perih yang dirasakannya hampir membuatnya meneteskan air mata. Namun, gadis sepertinya terlalu malu untuk menangis di sini. Beberapa siswa yang melihatnya malah terlihat tidak peduli. Mereka memilih masuk ke gerbang sebelum upacara pembukaan MOS dimulai.

Di depan gerbang memang banyak batu, batu itu berasal dari tembok samping gerbang yang di runtuhkan lalu direnovasi lagi.

Dengan perlahan, ia membiarkan kakinya berselonjor. Ia membenarkan tali sepatunya. Kemudian ia melepas jarum pentul yang biasa ia tancapkan di kepala bagian atas ke dalam, agar jilbabnya diam dan menempel pada ciput juga rambutnya. Ia menusukkan jarum pentul itu ke bagian onder yang sobek. Dalam keadaan seperti itu pun, ia tidak akan membiarkan auratnya terlihat.

Suara bariton laki-laki mengejutkannya, "Ngapain lo selonjoran di situ? Berasa jalan ini sofa?"

Gadis itu mendongak, menatap lelaki yang berdiri di hadapannya dengan senyum... mengejek?

Lelaki itu berpakaian sama sepertinya, putih biru. Untuk beberapa saat mata mereka berserobok hingga akhirnya gadis itu kembali menundukkan pandangannya.

"Saya ini jatuh, bukan selonjoran!" tuturnya setengah jengkel.

Lelaki itu mengerutkan kening, tapi tak pelak ia mengulurkan tangannya, "Oh, jatuh. Sini, gue bantu!"

"Terima kasih buat tawarannya, tapi nggak usah. Bukan Mahram."

Dengan kikuk si lelaki kembali menarik tangannya dan menggaruk belakang kepalanya, "Hmm ... Oke."

Gadis itu mencoba berdiri meski persendiannya agak ngilu. Lalu ia mengambil tas kardusnya dan pergi tanpa mengindahkan lelaki yang sejak tadi berdiri menatapnya.

"Gila tuh cewek. Gue udah baik hati gini malah dicuekin. Kalau cewek lain sih, mana bisa nolak dipegang sama si ganteng yang mirip artis holliwood ini," gumamnya memainkan kerah dengan rasa percaya diri yang begitu tinggi.

Dengan mulut yang masih komat-kamit, ia memperhatikan punggung gadis itu. Tak sengaja matanya menangkap sebuah name tag terbuat dari kardus yang tergeletak di tanah. Ia meraih dan membaca nama yang tertera di sana.

"Lanika Farzana. Oke juga namanya. Cantik dan unik, tapi sayang orangnya sok, nyebelin lagi."

Ia hendak memasuki gerbang. Namun, langkahnya terhenti kala mendengar suara cempreng milik kekasihnya. Lebih tepatnya kekasih pilihan Sang Mama.

"Bebeb Rafka!"

Lelaki bernama Rafka itu memutar bola matanya jengah. Gadis berambut kecoklatan itu menghampirinya dengan senyum yang menyeramkan. Bagi Rafka sih mirip mak lampir yang sering muncul di layar televisi.

"Ih, baby. Kamu kok hari ini gak jemput aku sih?!"

Rafka mendengkus kasar. Rasanya ia ingin mencabik-cabik bibir Maurin yang seenaknya memanggilnya Baby. Jujur ia masih belum terbiasa dan agak jijik.

Sinar Cinta Gadis BerhijabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang