SCGB-Enam

1.1K 59 1
                                    

Lanika mengetikkan pesan kepada Rafka. Ia benar-benar menyesal telah memarahi Rafka. Harusnya kan dia berterima kasih pada cowok yang bersedia mengantarkannya itu.

Rafka DA

Assalammu'alaikum. Rafka, maaf aku tadi ngebentak-bentak kamu. Harusnya aku tau, kalau kamu cuma bercanda:)
Kan biasanya juga kamu mah jail.

Di tempat lain Rafka langsung tersenyum lebar menerima pesan dari Lanika. Ini pertama kalinya Lanika memulai sms. Biasanya kalau Rafka sms duluan saja malah diabaikan. Miris memang.

Gak papa kok, Anik:) Maaf juga ya kalau bercandanya aku keterlaluan:*

Lanika melotot. Cowok seperti Rafka kalau sudah dibaikin malah ngelunjak. Maksudnya apa coba mengirimkan emoji seperti itu? Kemarahannya mulai muncul kembali.

Heh, kamu jangan GR ya! Aku cuma mau minta maaf doang, jangan ngirim emoji kaya gitu lagi. Aku gak suka!

Ih, sayang kok malah marah. Entar cepet tua lho:) Tapi gak papa sih, hingga kita sama-sama menua pun aku tetep suka sama kamu:D

Rafka Dzakiandra Alhusain!

Rafka malah semakin terbahak. Kalau sudah memanggil nama lengkapnya, Rafka yakin Lanika sedang sangat kesal. Lebih baik ia tidak melanjutkan menggoda gadis itu, bisa-bisa besok dia dijadikan sate.

Rafka membenamkan kepalanya di bantal, tapi suara ketukan pintu mengganggunya.

Seorang wanita paruh baya berkacak pinggang di tepi kasurnya.

"Rafka!"

Rafka terpaksa bangun kembali. Ia menatap perempuan itu, perempuan yang selalu ia panggil mamah. Meskipun bukan ibu kandungnya. Perempuan yang seorang diri merawatnya sejak ia berumur 5 tahun.

"Iya, Mah. Kenapa? Mamah baru pulang kerja?"

"Iya baru dateng, udah jangan mulai ngalihin topik. Mamah mau ngomong," nadanya terdengar serius. Ia menghela nafas gusar lalu melanjutkan perkataannya, "Kamu tinggalin Maurin di depan kompleks? Astaga... sayang, kamu gak kasihan apa liat dia capek abis sekolah. Apa susahnya sih kamu nganterin dia sampe depan pintu rumahnya?!"

Rafka memutar bola matanya, ia yakin Maurin mengadu pada mamahnya. Dasar anak manja!

"Mah, Rafka juga sama capeknya. Maurin itu udah gede, Rafka juga punya urusan sendiri. Apa susahnya sih dia jalan sendiri, lagipula jarak dari depan kompleks ke rumahnya gak terlalu jauh. Kalau dia gak tahan sama sikap Rafka, mending dia putusin aja Rafka."

Suara wanita di hadapan Rafka itu meninggi, "Rafka! Perusahaan papah itu berhutang budi sama keluarganya Maurin. Mereka membantu kita disaat hampir bangkrut. Kamu seharusnya sadar itu!"

"Mah, cinta itu gak bisa dipaksain. Dan lagian aku yakin mereka nolongnya emang bener-bener ikhlas, gak perlu disangkutpautkan sama perasaan Maurin yang manja itu. Rafka gak betah lama-lama sama dia, Rafka capek nurutin maunya dia..." lirih Rafka diakhir kalimat.

Rafka tahu kalau sebenarnya papah dan mamah Maurin tidak pernah memaksanya untuk berhubungan dengan Maurin. Mamahnya-lah yang terlalu ambisius menjodohkan Rafka dengan Maurin. Dan Maurin sendiri menjadi besar kepala gara-gara dukungan dari mamahnya Rafka.

Sinar Cinta Gadis BerhijabWhere stories live. Discover now