18.1 My Dearest is A Programmer- Abel and Ardian Time

Start from the beginning
                                        

Ardian menyalakan ponselnya dan membuka Maps, ia langsung mencari perkebunan teh paling dekat dengan lokasinya. "Anjir tiga jam ?!!" Ardian terbeliak, saat melihat perkebunan teh yang paling dekat dengannya. Ardian menyimpan ponselnya pada dasboard lalu menarik napas dengan dalam. "Kalo gue berhasil lolos ujian ini, apa yang bakal gue dapet ??" tanyanya sambil menghidupkan mobil dan mulai meninggalkan rumah –lama- orang tua Abel.

Nyaris tengah malam, Ardian sampai ke lokasi perkebunan itu –setelah bertanya kesana kemari-. Ardian nyaris berteriak frustrasi di dalam mobil saat ia membuka Maps namun tidak ada satu batang pun sinyal muncul pada ponselnya. Setelah menunggu hampir setngah jam –sendirian di tengah jalan pinggir hutan- seorang pekerja di perkebunan Kina melintas dengan motornya dan membimbing Ardian menuju penginapan dekat perkebunan teh.

 Setelah menunggu hampir setngah jam –sendirian di tengah jalan pinggir hutan- seorang pekerja di perkebunan Kina melintas dengan motornya dan membimbing Ardian menuju penginapan dekat perkebunan teh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ardian merebahkan tubuhnya di atas kursi yang terbuat dari bambu di depan penginapan. Matanya menatap langit yang di taburi bintang, rasa rindu menyeruak ke dalam hatinya. Hampir dua minggu, ia tidak bertemu dengan Abel. Ia hanya mendengar kabar dari Mama dan Fandi. yang membuat Ardian geleng-geleng kepala, Fandi lebih mengetahui tentang keadaan Abel dari pada dirinya.

Suasana perkampungan ini cukup tenang, bahkan terlalu tenang bagi Ardian. Tapi Ardian menyukai ketenangan ini. Ardian berjalan menuju mobil, mengambil perangkat kesayangannya. Laptop, tablet, charger, earphone. Ardian berjalan memutar menuju kursi di samping pengemudi dan mengambil surat pemberian Abel. Ardian menyimpan perangkat kesyangannya di sampingnya lalu membuka surat dari Abel.

こんいちは

Hai, Ar apa kabar ?? aku pikir kamu udah lebih baik abis keluar dari rumah sakit. Gomen, aku nggak bisa nengok kamu, jadwal kerja sama kuliah aku padat banget. Aku sengaja enggak ngirim WhatsApp, aku enggak yakin kamu bakal baca. Aku enggak ngerti kenapa kamu install WhatsApp di laptop sama hp tapi susah banget buat sekadar baca WhatsApp aku.

Mungkin jawabannya sederhana, I'm not you priority.

Ar, mungkin kamu enggak suka aku kirim surat kaya gini, karena buat kamu apa-apa harus serba modern dan berbau teknologi. Tapi, aku bukan cewek pinter yang bisa paham segala macam tentang IT.

Well, sekarang aku bingun harus bilang apa. Perasaan aku aneh pas liat orang yang udah bilang suka sama aku dipeluk wanita lain. Tapi entahlah aku enggak bisa protes, itu hak kamu buat ngelakuin apapun sama siapapun. Tapi jujur bayangan itu terus berputar dalam pikiran aku.

Jadi, Ar... kalo kamu udah baca surat ini, berarti aku udah pergi. Kamu enggak perlu cari aku, aku perlu nenangin diri.

P.s Aku baru tau dari Dila kalo panggilan kamu itu Alien

Sincerely

Abel

Ardian mengusap tanda tangan Abel yang begitu rapi di surat itu. Vania sedikit membuat Ardian tenang dengan mengatakan Abel pergi ke rumah orang tuanya. Itu artinya gadis itu bukan sengaja pergi ke luar kota karena patah hati, lalu berganti identitas membuat laki-laki yang mencintainya kesulitan menemukannya seperti dalam drama-drama yang sering ditonton Zea.

My Dearest is A ProgrammerWhere stories live. Discover now