17.2 My Dearest is A Programmer - Unexpeted

204 17 0
                                    

17.2 My Dearest is A Programmer – Unexpeted
Chapter Sebelumnya
= = = = = = = = =
“Lo pikir dia bakal ngaku ??” Abel menoyor pelan kepala Fikri.

Fikri mengedigkan bahu, “Ya kalo emang enggak ada apa-apa, kenapa mesti disembunyiin ??”

‘Tapi semua udah jelas di depan mata gue.’ Batin Abel. “Everything is clear in my mind.”

“Woman with her speculation.” Fikri mendengus pelan lalu memarkirkan motornya. “Jangan tinggalin gue kaya waktu di kantor!!” desis Fikri mengancam. Bulu kuduk Abel meremang menyadari Fikri mode galaknya.
= = = = = = = = =

Nowhere feels like homeThe feeling of places being meaningless is one of the scariest thinds

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nowhere feels like home
The feeling of places being meaningless is one of the scariest thinds.

Abel dan Fikri mengedarkan pandangannya saat turun dari bus, mereka mencari keluarga masing-masing yang rencananya menjemput di terminal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abel dan Fikri mengedarkan pandangannya saat turun dari bus, mereka mencari keluarga masing-masing yang rencananya menjemput di terminal. Seorang laki-laki muda bertubuh jangkung, lebih tinggi dari Fikri menghampiri Abel.

“Teh, barangnya mau dibawain ??” tawar laki-laki itu dengan ramah.

Abel memperhatikan penampilan laki-laki itu, wajahnya tidak terlihat karena terhalang topi hitam. Ripped jeans berwarna hitam dan kemeja berwarna biru gelap –nyaris hitam- membalut tubuh laki-laki itu. Abel mundur beberapa langkah dan berlindung balik punggung Fikri.

“Apa sih Bel ??” tanya Fikri sewot. Abel menunjuk laki-laki yang masih berdiri di dekatnya, Fikri mengikuti arah yang ditunjuk Abel. Pantas saja Abel ketakutan, laki-laki di hadapannya terlihat seperti preman yang biasa mangkal di terminal.

“Teteh!!” panggil seorang lelaki paruh baya dengan rambut yang mulai memutih pada Abel.

Abel tersenyum lebar dan langsung berlari dan memeluk lelaki itu, “Abah!!” Abel menangis haru.

Abah melepaskan pelukannya, “Teteh jangan nangis,” Abah mengusap air mata di pipi Abel. “Teteh sehat ?? kenapa jadi kurus gini ??” tanya Abah sambil memperhatikan penampilan Abel dari atas ke bawah.

My Dearest is A ProgrammerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang