"Jangan kejam-kejam kak ngehukumnya. Suruh saling lempar gombalan aja," usul cowok di depan tadi.

Lanika semakin dibuat kesal. Apa-apaan lempar gombalan! Dia tidak akan mau. Gombalannya hanya untuk imamnya kelak.

Fadhil tersenyum tanda setuju.

"Boleh juga usulan kamu."

"Rafka, kamu mulai gombalin Lanika duluan!"

Wajah Lanika memelas, "Kak, saya gak mau."

"Ini cuma permainan Lanika, buat seru-seruan aja. Kalau kamu gak mau ya udah Rafka aja yang gombalin kamu, kamu gak usah."

Lanika akhirnya pasrah, sedangkan Rafka sedang tersenyum penuh kemenangan. Posisi mereka berhadap-hadapan, tapi Lanika masih setia menundukkan pandangannya.

"Lanika, kamu tau apa bedanya kamu sama bintang?" tanya Rafka, memulai gombalannya.

"Ya jelas beda, Allah menciptakan makhluk-Nya itu sudah di desain sedemikian rupa. Saya manusia, dan bintang adalah benda langit."

Seisi kelas yang mendengar jawaban Lanika terkikik geli. Lanika bukannya menjawab 'gak tahu' supaya gombalannya berlanjut, ia malah seperti seseorang sedang mendeskripsikan penciptaan makhluk Allah.

Rafka mencoba bersabar. Fadhil mencoba membuat pengertian pada Lanika.

"Lanika, kamu harusnya jawab 'gak tau, emang apa?' karena ini games bukan pelajaran soal penciptaan."

Lanika terpaksa mengangguk. Tidak mau berlama-lama berdiri di depan kelas.

"Oke, ulang lagi Rafka!"

"Lanika, kamu tau apa bedanya kamu sama bintang?"

"gak tau, emang apa?" jawab Lanika cuek. Meski begitu, Rafka tetap tersenyum dan melanjutkan gombalannya.

"Kalau bintang itu menyinari langit yang gelap, kalau kamu menyinari hati aku."

Terdengar siulan dan beberapa sorakan. Sedangkan Lanika? Ia benar-benar malu setengah mati.

"Sekarang kalian boleh duduk," ucap Fadhil.

"Eh, ntar dulu Dhil. Mereka juga gak pake name tag!" ucap teman Fadhil.

Lanika beristigfar menahan amarahnya. Lagi-lagi name tag.

"Kalau gitu kalian jangan duduk dulu, ada hukuman tambahan!"

"Hukuman apa lagi kak?" tanya Lanika memberanikan diri.

"Duet aja duet," celetuk siswi yang duduk di belakang.

"Setuju," jawab seisi kelas serempak.

Ya allah, boleh gak aku mengumpat? gumam Lanika dalam hati.

Rafka malah semakin ingin terbahak melihat ekspresi Lanika yang tampak menahan amarah, dan malu.

Lagi-lagi Fadhil setuju dengan usulan itu.

"Rafka, Lanika, kalian mau nyanyi apa?"

Belum juga Lanika menjawab, Rafka sudah mendahuluinya.

"Istikharah Cinta."

Mata Lanika membulat. Dia itu selalu seenaknya!

Karena desakan teman-temannya, Lanika akhirnya menurut. Rafka mulai bernyanyi.

Bersaksi cinta di atas cinta
Dalam alunan tasbihku ini
Menerka hati yang tersembunyi
Berteman di malam sunyi penuh do'a

Lanika benar-benar terhipnotis dengan suara merdu Rafka. Lelaki ini mempunyai suara yang begitu merdu ternyata. Entah berapa lama ia menatap Rafka, suara deheman Fadhil membuat ia tersadar dan beristigfar. Ia mengalihkan pandangannya ke depan kelas. Melanjutkan lagunya.

Sebut nama-Mu terukir merdu
Tertulis dalam sajadah cinta
Tetapkan pilihan sebagai teman
Kekal abadi hingga akhir zaman

Di sisi lain, Rafka sedang menatapnya. Ia sangat kagum akan suara Lanika. Karena ketika gadis itu marah dan dingin, suaranya tidak seperti itu. Benar-benar beda. Ia hanyut dalam suara Lanika. Lirik selanjutnya mereka menyanyi bersamaan. Membuat seisi kelas gaduh. Ada yang malah memeluk tas karena tidak tahan melihat pesona dari Rafka.

Istiharah cinta memanggilku
Memohon petunjuk-Mu
Satu nama teman setia
Naluri kuberkata

Di penantian luahan rasa
Teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu

Riuh tepuk tangan terdengar sangat keras setelah mereka mengakhiri lagu itu. Lanika merasa ada yang tidak beres, jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Buru-buru ia menggelengkan kepala, tidak mau berpikir yang aneh-aneh.

🍀🍀🍀

Kriiinggg

Suara bel sekolah menggema di seluruh ruangan. Kelas X IPS 4 juga sudah sepi, hanya menyisakan dua orang yang baru selesai membersihkan kelas.

Lanika yang sedang memasukkan buku tulis ke dalam tas kardusnya tiba-tiba ditepuk pundaknya oleh Fathin, teman sebangkunya. Mereka langsung akrab setelah berkenalan. Terlebih Fathin juga memakai hijab, sama seperti Lanika.

"Ika, kamu mau ngirim surat cinta ke siapa?"

"Buat besok?"

Fathin mengangguk.

"Enggak tau. Lagian aneh banget. Ngapain coba nulis surat cinta, buat orang di kelas ini pula."

"Iya juga, sih. MOS kan biasanya nulis surat cinta buat senior, lah ini malah buat temen sekelas."

"Nah, itu. Mana mau aku nulis surat buat cowok. Lagian aku gak ada yang kenal," ucap Lanika sedikit frustasi.

"Ada."

"Siapa?"

"Rafka."

Lanika memutar bola matanya malas. Jangan sampai ia berurusan lagi dengan Rafka. Sudah cukup hari ini Rafka mengisi harinya. Ralat, mengganggu harinya.

"Mending aku gak sekolah daripada nulis surat buat dia!"

"Jangan kaya gitu, ntar malah naksir."

"Jangan sampe, deh."

"Kamu gak liat sih pas tadi kalian nyanyi, dia itu natap kamu kaya penuh cinta gitu. Nyanyinya juga dihayati banget. Udah cakep, suaranya merdu pula."

"Jangan ngawur dan malah ngomongin dia. Mending pulang, yuk!"

Fathin mengangguk pasrah, Lanika ini tidak bisa diajak kompromi.

🍀🍀🍀

Jangan lupa vote and comment ya^_^ Stay terus dan tunggu kelanjutannya. Aku gak bisa jamin bisa update tiap hari, karena aku kadang nulis sesuai mood :-)

Sinar Cinta Gadis BerhijabWhere stories live. Discover now