29. Terungkap

2.7K 159 4
                                    

Ketika sebercak kenangan berubah menjadi kerinduan, biarkan pena ku menuliskannya di atas kertas usang nan lusuh agar bisa terus tersimpan di dalam ingatan.

~Jingga dan Senja~

Farenca tersenyum menatap sosok laki-laki yang kini tengah duduk di hadapannya, matanya berbinar, seolah menunjukkan kilatan kerinduan di dalamnya, berbeda dengan orang di hadapannya yang sama sekali tidak berekspresi.

"Ayah! Aku kangen banget sama Ayah!"

Ya, orang yang kini tengah duduk di hadapannya ini merupakan Ayahnya, sorot matanya terlihat sayu ditambah lagi tubuhnya yang sudah semakin kurus, mungkin saja jatah makan di sini hanya sedikit, hati Farenca sangat teriris melihat bagaimana kondisi Ayahnya saat ini.

"Gimana, sama rencana yang waktu itu Ayah kasih tau ke kamu?" tanya Seto, memulai pembicaraan.

"Ayah... Aku nggak bisa lakuin itu."

"Kamu ini! Nggak berguna banget sih jadi anak! Cuma kamu yang sekarang Ayah punya, kenapa kamu nggak bisa bahagiain Ayah sedikit aja sih?!" bentak Seto yang langsung membuat polisi yang berada di sekitarnya mendekat namun Farenca meyakinkan polisi-polisi itu bahwa tidak terjadi apa-apa antara ia dan Ayahnya.

"Ayah! Dia itu Kakak kelas aku, dan aku nggak mungkin ngelakuin itu, aku nggak bisa ngelakuin apa yang Ayah suruh, lagian dia kan juga udah kehilangan kedua orang tuanya, apa lagi yang Ayah harapkan dari dia, bahkan perusahaannya juga udah bangkrut, masih belum puas juga Ayah bikin hidup mereka menderita?"

"Ayah nggak pernah ngajarin kamu buat jadi anak yang lemah kayak gini ya! Sejak kecil Ayah pengen kalo kamu itu bisa jadi orang yang kuat! Orang yang nggak terkalahkan dan orang yang nggak punya rasa kasihan kepada makhluk hidup lain!"

"Ayah! Aku bukan orang yang seperti itu!" tangis Farenca.

"Sudah lah, sekarang apa yang mau kamu lakukan kepada anak itu?"

"Aku nggak akan pernah melakukan apa yang Ayah suruh, aku akan menemui dia lalu aku akan jujur tentang kematian orang tuanya."

"Kamu itu bodoh atau apa sih Farenca!" bentak Seto, sambil menggebrak meja lalu berdiri menatap nyalang putri satu-satunya itu.

"Ayah tuh harusnya bersyukur karena nggak ada yang tau siapa penyebab meninggalnya orang tua dia! Kalo aja ada yang tau, mungkin hukuman Ayah semakin bertambah."

"Makanya kamu nggak usah ngasih tau ke siapa-siapa! Emangnya kamu mau ngeliat Ayah kamu sendiri mendekam terus di penjara?!"

"Iya, nggak papa, asalkan demi kebenaran."

Seto menampar pipi kiri Farenca dengan kencang hingga meninggalkan jejak kemerahan serta rasa perih yang menjalar di pipi serta hati Farenca.

"AYAH NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU BUAT BERSIKAP KURANG AJAR YA!"

"Tapi Bunda nggak pernah mengajari aku untuk menyembunyikan kebenaran!" balas Farenca dengan emosi yang sudah sampai di puncak.

Perdebatan itu mengundang polisi datang untuk membawa Seto kembali ke jeruji besi.

"Maaf Mbak Farenca kami tidak mau ada keributan di sini, lagi pula jam besuknya sudah habis," ucap salah seorang polisi.

Farenca hanya mengangguk lalu menyeka air matanya. Kepalanya ia tundukan dalam-dalam sebelum akhirnya memilih untuk pergi dari ruang tahanan tersebut.

Terhitung sudah dua tahun lebih Ayah Farenca mendekam di penjara karena telah membunuh salah satu rekan kerjanya, Ayahnya memang selalu seperti itu, ia tak segan-segan untuk menghabisi siapa pun yang berani menghalangi kesuksesannya.

Jingga dan Senja [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang