Penghianat?

60 31 3
                                    

***

Suasana di rumah Vandro sekarang sedang tegang. Bagaimana tidak, istri pertama Papa Vandro dan anaknya Dhevin ada di rumah Vandro saat ini.

Mama Vandro yang keadaan nya belum terlalu pulih mencoba menahan semuanya, supaya suasana rumah tidak kacau.

Saat ini Papa Vandro sedang tidak ada di rumah, karena ada tugas di luar kota selama 1 minggu kedepan.

Papa Vandro tau jika istri pertama dan anaknya akan tinggal bersama Vandro dan juga mama nya.

Sungguh kejam Papa Vandro ini bukan???? Kasihan Mama Vandro.

"MAAA, MAMAAAA!" Teriak Dhevin dari kamar Vandro.

"MAAA, MAMAAA!" Teriaknya lagi.

Mendengar teriakan Dhevin, Silva, Mama Dhevin menghampiri Dhevin di kamar Vandro.

"Ada apa sih teriak-teriak seperti itu? Berisik tau gak!" Kata Silva.

"Ma, nanti Dhevin harus tidur satu ranjang sama Vandro gitu?" Tanya Dhevin.

"Ya iyalah. Emangnya kenapa?" Tanya balik Silva.

"Mama ini gimana sih malah tanya kenapa. Ya jelas Dhevin gak mau lah."

Melihat ada keributan di kamar Vandro, Dea, Mama Vandro langsung menghampiri nya.

"Harus mau lah." Jawab Silva.

"Ada apa kok ribut-ribut di kamar Vandro?" Tanya Dea lembut.

Melihat ada Dea, Silva merasa muak.

"Dah lah mama mau ke bawah. Muak liat muka dia." Kata Silva sambil melangkah meninggalkan kamar Vandro.

"Tapi---" Belum selesai bicara, Silva sudah tidak ada lagi wujudnya di situ. Hanya ada Dea dan juga dirinya.

"Tan, Dhevin gak mau satu ranjang sama Vandro. Gak ada kamar lain apa di rumah ini?" Kata Dhevin sedikit kesal.

"Ada satu kamar lagi di rumah ini, tapi kamar itu bekas kamar pembantu dulu dan itu udah lama banget gak di pake. Kamu mau?" Tanya Dea.

"Kamar bekas pembantu? Di kasih ke Dhevin? Tante ini menghina Dhevin atau bagaimana sih?" Ucap nya dengan nada sedikit tinggi.

Dea, selaku Mama Vandro yang lemah lembut hanya bisa terdiam saja mendengar kata-kata Dhevin.

"Dia bilang apa sayang?" Silva datang kembali ke kamar Vandro.

"Masa Dhevin di tawarin suruh tidur di kamar bekas pembantu. Yang bener saja itu." Ngadu Dhevin pada Silva, Mamanya.

"Dea, salah aku sama kamu itu apa sampai-sampai kamu menghina ku dan Dhevin?"

"Yang ada tuh kamu yang harusnya aku hina. Ini rumah suami ku, jadi aku berhak juga atas rumah ini. Kamu yang harusnya tidur di kamar bekas pembantu itu bareng Vandro anak mu itu." Silva memperjelas.

"Kok kamu tega sih sama aku, Sil. Kita ini sahabat. Kita dulu--."

"Itu dulu, sekarang beda. Kamu itu bukan lagi sahabatku. Kamu itu PHO, kamu ribut suamiku dariku. Kamu diam-diam selingkuh di belakang aku dengan Mas Arya. Tega kamu ya Dea." Ucap Silva pada Dea sambil menitihkan air mata. Dea pun sama.

"Sil, itu bukan salahku. Percayalah padaku, aku tidak menghianati mu. Aku pun tidak tau kalau Mas Arya itu suamimu. Aku menikah dengannya karena dia mengaku masih single. Dan aku---."

"Sudah cukup hentikan!" Seru Dhevin lalu.

Silva dan Dea terdiam sambil sesegukan menyeka air mata mereka masing-masing.

PERCAYALAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang