Meet Me

4.9K 158 35
                                    

Aku tidak percaya kalo bumi itu bulat.

Bahkan sampai kedua orang tuaku hampir bercerai gara-gara menyangka aku atheis, aku masih saja mempertahankan pendapatku itu.

Aku bertanya kepada diriku sendiri, "kenapa dengan kedua orang tuaku itu sehingga mereka meributkan pendapatku?"

Ayahku bilang, "kamu tahu, Thomas Alfa Edison telah membuktikan kalau bumi itu bulat. Kamu tahu apa buktinya? Setelah ia menyimpulkan bumi itu bulat makanya lampu pertama yang ia ciptakan berbentuk bulat."

Aku tidak bisa menerima kesimpulan itu.

Ibuku bilang, "kamu tahu, globe di ruang kantor kepala sekolah kamu berbentuk bulat. Itu adalah miniatur dari bumi yang juga bulat."

Aku pun tidak bisa menerima kesimpulan itu.

Keesokan harinya, mereka berdua ribut gara-gara ayahku mengatakan teori globe adalah miniatur dari bumi menurut ibuku adalah lelucon yang tidak lucu. Ibuku kemudian berteriak dengan mengatakan Thomas Alfa Edison itu tidak menciptakan mesin uap berbentuk bulat.

Aku tidak tahu siapa yang harus benar-benar ku bela?

Pada dasarnya, ini bukan soal kebenaran yang didukung oleh fakta-fakta. Tetapi ini soal kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Mengeluarkan pendapat itu adalah kata yang tepat untuk mengambarkan pribadiku yang kritis dan inovatif.

Sebut saja namaku Zerry.

Zerry Setiawan.

Aku rasa kedua orang tuaku memilih nama itu untukku sebagai harapan mereka agar aku bisa menjadi orang yang setia nantinya. Dan hal itu benar terbukti, karena aku selalu setia pada pendapatku.

Padahal sebenarnya aku lebih berharap namaku Zerry Rupawan, sehingga aku mungkin bisa menjadi artis. Atau tidak Zerry Jutawan, aku bisa jadi kaya raya. Daripada sekarang aku bernama Zerry setiawan yang hanya bisa setia dan tidak bisa selingkuh. Tapi apakah arti sebuah nama?

Aku juga masih heran kenapa ada teman ayahku menamai anaknya, Hartawan Tegar Beriman. Apa maksudnya? Apa yang ia harapkan dari anaknya itu? Aneh...Aneh...Aja.

Oh ya, satu lagi nama aneh yang aku tidak bisa habis pikir adalah salah satu nama teman smp ku dulu. Namanya, Cendy Kiawan. Tapi orangnya ngga punya sama sekali tampang seorang cendikiawan.

Aku sekarang berusia kurang lebih dua puluh satu tahun. Aku anak pertama dari tujuh bersaudara yang kesemuanya perempuan. Oh ya, ada satu hal unik tentang aku dan ke enam saudariku.

Ceritanya begini.

Ayahku punya obsesi untuk mempunyai delapan anak dan menamai ke delapan anaknya sesuai abjad yang ada pada namanya itu. Nama ayahku Zakharia. Makanya aku sebagai anak pertama mewakili huruf pertama dari mananya yaitu Z.

Begini silsilah keluargaku.

Zerry, Annie, Kaori, Helen, Anna, Rini, dan Ike.

Tentu saja, kurang satu huruf yaitu A. Dan itulah penyesalan terbesar ayahku sepanjang hidupnya. Ia tidak peduli betapa sengsaranya ibuku melahirkan dan memberi ketujuh anaknya makan.

Ia pernah hampir saja mengadopsi anak yang mempunyai nama Ananda dua tahun lalu gara-gara obsesinya itu, tetapi kami semua melarangnya. Dan setahun kemudian, ayahku datang padaku dan berterima kasih padaku karena telah melarangnya melakukan adopsi itu.

Malam itu ayahku berkata padaku, "Zer, terima kasih telah melarang papa untuk mengadopsi Ananda tahun lalu, papa menyesal sekarang."

Aku hanya tersenyum.

Aku bilang padanya bahwa aku bangga ia sudah sadar akan kesalahan yang dulu. Lalu ia menjawab, "papa sadar sekarang kalau perbuatan itu salah."

"Itulah yang Zerry maksud dulu."

My Name Is ZeonDär berättelser lever. Upptäck nu