Meet Client

2K 141 32
                                    

Sudah lima hari aku di tempat ini dan tidak berbuat apa-apa.

"Benarkah kau tidak tertarik untuk menyelidiki kasus-kasus besar?"

"Untuk apa?" tanya Zeon.

"Lihat berita-berita ini..." kataku sambil membaca headline di surat kabar yang sudah berhari-hari ada mengema di sana, "Perampokan bersenjata di daerah Sunter pada malam hari. Korbannya para supir truk."

"Bukan sudah biasa kayak begitu, di daerah itu?"

"Tapi ada yang aneh."

"Di mana letak keanehannya?"

"Para korban mengaku kalau mereka hanya diberhentikan para perampok, tapi tidak ada yang dirampok. Mereka hanya memeriksa truk itu tanpa mengambil apa pun. Kau tidak merasakan keanehan tersebut?"

"Mereka salah tulis kayaknya, tidak ada yang aneh."

"Baik, bagaimana kalau kabar yang lain," kataku sambil membalik halaman pada koran itu, "Penembakan di perusahaan asing tersangkanya sudah ditangkap, tapi polisi tidak mempunyai bukti bahwa benar ada penembakan. Hanya pistol yang ditemukan."

"Itu urusan polisi, bukan urusan kita."

Aku benar-benar ingin membunuh pria bernama Zeon ini. Aku rasa ia terlalu berlebihan kalau menyamakan dirinya sebagai salah satu detektif terkenal. Kepekaannya terhadap kejahatan saja tidak ada sama sekali.

Aku tidak menyerah. Berita yang akan ku bacakan ini pasti menarik perhatiannya.

"Kalau ini pasti kau tertarik."

"Oh ya?"

"Kepolisian masih belum menemukan pelaku pembunuhan duta besar Jepang seminggu lalu. Diduga pelakunya tiga orang. Kau tahu apa artinya?"

"Polisi sedang bekerja keras."

"Bukan itu....Ini berarti kau bisa membuktikan kemampuanmu di sana."

Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini. Karena aku sendiri ragu ia bisa menjadi seorang detektif.

"Aku tidak tertarik."

Zeon hanya menjilat permen yang sedang ia makan. Tidak peduli dengan segala yang aku katakan tadi. Aku benar-benar kesal dengan orang ini.

Huh....!!!

"Ding...Dong...!!!"

Aku melirik Zeon, Zeon pun melirik ke arahku.

"Ding...Dong...!!!"

Benarkah ini suara bell?

"Ding...Dong...!!!"

Aku langsung bergegas untuk membukakan pintu dengan semangat. Apakah ini klien pertama kami?

Seorang pria lusuh dan pakaiannya agak basah berdiri di hadapanku saat ku buka pintu ini.

"Maaf pakaianku agak basah," kata pria itu, "tempat saya dekat danau sih, jadi kena ciptran Jetski."

Aku tidak merasa itu penting untuk dikatakan.

"Ini tempat selidik menyelidik?" tanya pria itu lagi dengan agak sedikit canggung.

"Iya benar sekali," kataku ramah, seramah mungkin, "ada yang bisa kami bantu pak?"

"Saya ingin menyewa kalian, bisa?"

"Benarkah?"

"Benar, berapa ya?"

"Tarif?"

"Iya berapa?"

My Name Is ZeonWhere stories live. Discover now