Zeon's Case : Miss Call VI

1.4K 110 10
                                    

"Kau sudah tidak waras, Zeon!" 

"Aku aneh," kata Zeon, "tetapi tidak gila. Kejahatan ini sangat sederhana. Repoter bernama Gerry ini telah menemukan skandalmu di kepolisian. Kau telah melakukan banyak korupsi. Makanya ia mengancammu, ia memerasmu. Tetapi kau tidak bisa terus menerus begitu. Kau harus melenyapkannya. Dan setelah kau kuberitahu tentang alat milikku yang mampu melacak nomer telepon selama 30 detik. Kau mulai mendapat rencana ini." 

Zeon berhenti sesaat. Aku masih ingin mendengarkan ia bicara. 

"Lalu kau mengatur sebuah tempat dimana ada aktor-aktor yang bisa kau suruh-suruh untuk membuat kami bingung. Mereka semua mempunyai keluarga dipenjara, dan kau mengancam ketiga orang itu untuk mengaku seusai skenario yang kau buat supaya kau bisa membebaskan keluarga mereka. Sesudah kau mendapatkan pemeran pendukungmu, kau lakukan bagianmu. Pertama-tama kau mengajak Gerry untuk satu bisnis yang hasilnya lebih mengiurkan daripada mengancammu, yaitu mengancam mengenai skandalku. Kau mengatakan kau mengetahui skandal Zeon sang detektif keren lagipula aku kaya raya dan skandalku akan menarik banyak minat dari seluruh antero negeri..." 

Aku terbatuk kecil. Menyindirnya. 

"Omong kosong!" sahut Letnan Billy, "kalau aku mengancam tiga orang itu, tentu saja mereka mengenaliku. Dan pasti kalian bisa menyuruh mereka mengaku bahwa aku pelakunya." 

"Tentu saja kau tidak menemui mereka secara langsung. Kau memakai nama Ricky. Dan kau menghubungi mereka melalui telepon. Itu terbukti saat Mister S bilang..." 

"Siapa Mister S itu?" potong Inspektur Gunawan. 

Zeon terdiam. Ia jelas sekali bosan mendengar pertanyaan itu. 

"Dia Siscanus Darling, Inspektur," sahutku. 

"Terima kasih temanku tercinta," kata Zeon, "Aku akan lanjutkan. Mister S mengatakan tentang Ricky seperti ini 'ia mengaku bernama Ricky'. Itu artinya kau dan mereka tidak pernah bertemu secara langsung, tetapi melalui telepon." 

Benar juga ya? 

"Lalu kau bersama Gerry mencoba meneleponku. Tentu saja tidak ada yang peduli dengan kedatanganmu karena kau sudah menyuruh tiga orang itu keluar saat sirene berbunyi. Jadi sampat saat itu pun mereka belum melihatmu. Nah, kau biarkan telepon pertama Gerry yang melakukannya, begitu juga telepon kedua. Setelah itu kau membunuhnya. Kau pergi dari rumah itu lalu kembali ke jalan yang tidak jauh dari sana. Lalu kembali menelepon kami seakan-akan kau pelakunya. Tentu saja aku akan melacak koordinat lokasi dan mengirim ke Inspektur Gunawan, lalu Inspektur Gunawan akan mengirimkan pesan kepada petugas yang dekat dengan lokasi itu untuk segera menyelidiki ada kejadian apa itu? Lalu kau pergi kembali ke lokasi seakan-akan kau petugas terdekat. Kau membunyikan sirene dan menuju lokasi kejadian. Aku berani jamin, saat kau melakukan itu kau menjadi satu-satunya orang yang akan luput dari kecurigaan kami." 

"Teori yang bagus," kata Letnan Billy, "tapi..." 

"Kau melakukan dua kesalahan." 

"Apa maksudmu?" 

"Pasti kau berpikir kalau kau menelepon untuk ketiga kalinya, kau akan tidak dicurigai. Kau takut kalau kau menelepon di lokasi kejadian, kau malah bisa tertangkap jika kebetulan ada petugas lain yang patroli di sekitar daerah sana. Maka kau harus menjauh dan menelepon lagi. Supaya nantinya hanya kau petugas yang bisa ke sana. Namun kembali lagi ku katakan kau melakukan dua kesalahan. Pertama, saat kau menelepon ketiga kalinya kau mengunakan kata 'SAYA' bukan 'AKU' seperti yang Gerry lakukan." 

"Itu tidak bisa menjadi bukti." 

"Bagaimana kalau kesalahan keduamu? Sebelumnya aku bertanya kepadamu. Tolong dijawab, dari mana kau tahu lokasi kejadian?" 

My Name Is ZeonWhere stories live. Discover now