Meet Zeon

2K 101 19
                                    

Kalau bulan bisa ngomong, pasti dia tidak pernah bohong. Kalau kali ini pekerjaan yang aku terima adalah pekerjaan yang paling aneh yang pernah diterima seseorang.

Alamat sudah cocok.

Plang nama detektif Zeon sudah terlihat.

Itu berarti aku sudah masuk ke ruko yang tepat.

Aku memencet tombol bel berwarna dadu, berbentuk segilima, dan terlihat aneh mengantung di sana.

Akhirnya, pribadi yang ku nanti-nantikan membukakan pintu. Pribadi yang membuatku penasaran selama beberapa jam itu muncul juga.

Pria itu terlihat gembul, perawakannya tidak terlalu tinggi, matanya bulat, terlihat seperti orang aneh. Memakai pakaian yang kebesaran tapi ia tidak bisa dikatakan terlalu gemuk atau pria dengan kecenderungan obesitas tinggi.

"Kamu siapa?" tanya pria berumuran kurang lebih dua puluh lima tahun itu, oh ya....Satu lagi...Ia terlihat sekali seperti anak orang kaya. Yang memang anak orang kaya.

"Saya Zerry."

"Kamu Zerry?"

"Saya Zerry."

"Kamu pasti Zerry?"

"Saya sudah bilang seperti itu."

"Baiklah, kamu sekarang pencet bel lagi!"

Pintu ditutup.

Apa maksud pria ini melakukan itu?

Mungkin inilah yang membuat banyak orang sepertiku yang diterima kerja dengan gaji besar, tapi pekerjaan menghadapi orang setengah gila.

Aku harus bersabar dulu.  

Aku memencet kembali bel lagi.

Pintu dibuka lagi.

"Kamu pasti Zerry?"

Aku mengangguk.

"Ayo masuk!"

"Baiklah."

Aku masuk ke dalam ruangan yang ku deskripsikan bukan seperti kantor, tetapi sebagai ruang anak-anak. Penuh hiasan kekanak-kanakan dan banyak sekali rubiks yang di sini, serius banyak sekali....Sekali lagi banyak sekali....

"Silahkan duduk!"

"Di mana saya harus duduk?"

Aku mencoba mencari kursi di ruangan ini dan tidak dapat ku temukan sama sekali. Mmm.... Aku melihat Zeon sedang bingung melihatku, sebenarnya ia tampak cerdas menurutku. Saat ini lho.

"Di lantai."

"Baiklah."

Aku duduk di lantai, ia pun duduk di lantai.

"Nama saya Zeon. Mulai hari ini kamu adalah asisten saya."

"Ya, saya sudah mengerti."

Ia memperhatikanku dengan aneh.

"Saya punya beberapa aturan yang harus kamu turuti."

"Katakanlah!"

"Pertama, kamu harus memanggil saya dengan panggilan temanku tercinta."

Aneh. Menjijikkan.

"Kenapa harus seperti itu?"

"Kamu tahu Sherlock Holmes, Hercule Poirot, atau Geniya Clovsky?"

"Mereka detektif?"

"Mereka semua punya asisten dengan panggilan masing-masing. Holmes punya Dr.Watson, Poirot punya Kapten Hansting dan Mr.G punya Rafael. Lalu aku Zeon punya kamu Zerry. Kita bisa menjadi double Z."

Zeon tertawa seperti orang gila. Aku sendiri seperti orang yang ikutan gila. Aku benar-benar mau berhenti dari pekerjaan ini. Sekarang.

"Terserah kamu saja, tuan."

"Apa?"

"Baik, teman tercintaku."

Zeon tersenyum lagi.

"Kedua, saya berhak memanggilmu kapan saja dan saat kamu di mana saja."

"Kalau saya sakit?"

"Ke dokter dong!"

"Maksud saya kalau saya sakit tapi kau membutuhkan saya?"

"Kamu ke dokter dulu baru ke kantor."

"Kalau saya tidak bisa bangun?"

"Saya akan membangunkan kamu."

"Maksud saya kalau saya sakit sampai tidak bisa bangun?"

"Kalau begitu kamu boleh ijin."

"Dan soal di mana saja itu...."

"Kenapa?"

"Kalau saya di rumah pacar saya?"

"Kamu sudah punya pacar?"

"Belum."

"Sudah saya duga."

"Apa maksudnya?"

"Tidak ada maksud apa-apa," kata Zeon, "cuman berarti kita sama. Jomblo."

"Menurut saya itu tidak penting."

"Menurut saya penting."

"Sudahlah...Saya mengerti."

"Ketiga," kata Zeon sambil mengangguk, "kamu harus belanja bulanan untuk keperluan kantor kita."

"Belanja apa?"

"Semuanya yang dibutuhkan di kantor ini."

"Termasuk sofa?"

"Itu tidak dibutuhkan," kata Zeon, "saya bilang yang dibutuhkan."

"Seperti apa maksudnya?"

"Permen."

"Permen?"

"Coklat."

"Coklat?"

"Bagus. Itu saja."

Untuk kesekian kalinya mataku berputar-putar memperhatikan ruangan kanak-kanak ini. Aku benar-benar tidak habis pikir kenapa aku menerima pekerjaan ini. Berhadapan dengan orang aneh sedunia.

"Lalu kita mau berbuat apa sekarang?" kataku lagi, "pekerjaan apa yang akan kita lakukan?"

"Hanya satu."

"Apa itu?"

"Menunggu klien datang."

My Name Is ZeonWhere stories live. Discover now