Zeon's Case : Miss Call I

1.5K 110 5
                                    

"Kring...Kring..." 

Suara dering telepon yang sangat old-style di agensi kami berbunyi. Aku segera mengangkat gagang telepon tersebut dengan santai. 

"Halo..." sapaku seramah mungkin, "agensi detektif Zeon yang selalu terlihat keren sampai kapan pun juga..." 

Sepertinya aku mulai terbiasa dengan kalimat itu nih. 

"Halo..." lawan bicaraku bersuara, suaranya aneh. Seperti dibuat-buat. Seperti robot. Tapi lebih seperti vampir atau seperti itulah. Pokoknya aneh. 

"Ya halo..." 

"Benar dengan detektif Zeon?" 

"Benar di sini tempat detektif Zeon." 

"Aku berbicara dengan detektif Zeon?" 

"Bukan," kataku datar. 

"Kau bilang, kau detektif Zeon?" katanya sewot. 

"Aku bilang di sini tempat detektif Zeon," kataku, "bukannya aku detektif Zeon." 

"Baiklah," kata lawan bicaraku, "aku ingin berbicara dengan detektif Zeon." 

"Dengan siapa di sana?" 

"Aku sendirian." 

"Maksudku," sahutku mulai agak kesal, sepertinya lawan bicaraku agak bodoh, "kau siapa?" 

"Itu tidak penting," katanya agak kesal, "aku ingin berbicara dengan detektif Zeon." 

"Dia sedang mandi." 

"Aku tidak punya waktu lagi, cepat panggil dia!" 

"Ada apa ya?" 

"Cepat panggil dia!" 

"Kau siapa dulu?" 

"Cepat panggilkan dia atau aku akan mati..." 

Telepon terputus. Orang yang aneh. 

"Siapa, temanku tercinta?" Zeon masuk ke ruangan kami sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, "sepertinya seru?" 

"Seru apanya?" ujarku kesal, "ada orang aneh. Ia ingin berbicara denganmu." 

"Lalu?" 

"Sebelum sempat bicara, telepon terputus." 

"Nanti juga telepon lagi." 

"Tapi dia sempat mengungkapkan hal yang aneh." 

"Anehnya?" 

"Dia bilang aku harus cepat memanggilmu atau dia akan mati." 

Zoen hanya tersenyum. 

"Kau tidak merasa hal itu serius?" 

"Kau merasa hal itu bercanda tidak?" 

"Aku tidak tahu." 

"Aku juga tidak tahu," kata Zeon cuek, "kau yang mengangkat telepon saja tidak tahu." 

Benar juga sih. Tapi...Dia kan detektif, kenapa sih tidak punya insting layaknya detektif? 

"Tapi setidaknya kau kan bisa..." 

"Kring...Kring..." 

Telepon berdering lagi. Aku mengangkatnya. 

"Halo...Agensi dek..." 

"Cukup!!!" potong lawan bicaraku, seperti dari suaranya, penelepon ini sama dengan penelepon tadi. 

"Kau yang tadi?" 

My Name Is ZeonWhere stories live. Discover now