3. Surat Pertama dan Kabar Duka

42.4K 3.1K 373
                                    

Selasa pagi. Shana sampai di sekolah pukul 05.56. Kali ini bundanya memiliki waktu untuk mengantar putri tunggalnya itu ke sekolah. Setelah mencium tangan sang bunda dan mendapat kecupan hangat di dahi, Shana turun dari mobil dan langsung memasuki gerbang sekolah.

Suasana dingin dan sepi. Shana bersenandung pelan. Tak dimungkiri bahwa Shana juga merasa takut. Yang ia takutkan itu bukanlah sosok orang-orang jahat, namun lebih pada makhluk gaib macam setan, hantu, vampire,dan sejenisnya.

Shana menoleh pada satu tempat yang diberi pembatas garis polisi. Dua orang polisi muda nampak berjaga di sana. Shana kasihan pada mereka. Pasti mereka kedinginan karena berjaga sepagi ini. Beda cerita dengannya yang setelah masuk kelas hawa dingin akan berkurang.

Seperti sebelum-sebelumnya, setelah sampai di kelas Shana langsung mengeluarkan buku-buku yang ada di dalam tasnya dan meletakkannya di laci meja. Ia membuka buku kumpulan latihan soal UN. Ia mengerjakan beberapa soal dengan serius. Memang dia ahlinya dalam belajar, walau ini baru tahun kedua namun dia sudah belajar beberapa materi pelajaran yang baru akan ia peroleh di kelas tiga.

Seseorang masuk kelas setelah ada jeda sekitar lima belas menit dengan kehadiran Shana. Peringkat dua. Seorang laki-laki berkacamata dengan tubuh tinggi dan proporsional serta cukup berorot akibat rajin olahraga yang sama sekali tak bisa dianggap culun seperti kebanyakan orang berkacamata sebagai si kutu buku.

"Pagi Sha," sapa Kelvin, si peringkat dua.

"Pagi juga. Tumben udah berangkat? Biasanya agak siangan."

"Pengen aja berangkat pagi."

"Ohh."

Setelahnya mereka sama-sama diam. Shana fokus pada latihan soalnya dan Kelvin juga mulai menulis sesuatu di buku catatannya.

Dering handphone berbunyi. Kelvin langsung mengangkat telepon yang masuk ke handphonenya itu dengan terburu-buru. Shana sempat tercengang mendengar dering handphone Kelvin yang ternyata cukup mengejutkan. Shana sedikit tahu tentang dunia k-pop. Jadi ia juga tahu lagu apa yang dijadikan dering panggilan masuk oleh Kelvin. Itu adalah lagu Heart Shaker milik salah satu girl band korea Twice. Shana terkikik geli karena ternyata Kelvin adalah seorang fanboy.

Shana menghentikan aktivitas mengerjakan buku kumpulan soalnya saat ia melihat bayangan kaki seseorang berdiri di samping mejanya melalui sudut matanya. Ia mengangkat wajahnya dari buku dan mendapati kakak kelasnya berdiri di sana.

"Kak Nizar, kok pagi-pagi dah nyamperin aku?" tanya Shana.

"Selesaiin dulu aja ngerjain soalnya. Gue tunggu," ucap seseorang yang bernama Nizar itu.

"Eh, udah selesai kok. Kenapa kak?"

"Ikut gue ke ruang OSIS bentar. Ada yang perlu gue omongin."

Shana dan Nizar pergi ke ruang OSIS yang dimaksud. Shana kira mereka hanya akan bicara berdua. Namun setelah masuk ke dalam ruang OSIS, Shana dapat melihat satu orang kakak kelas perempuan dan dua orang laki-laki seangkatan dengannya. Masing-masing dari mereka nampak lelah dan sepertinya mereka tak tidur semalam.

"Kakak mau ngomongin apa?" tanya Shana pada Nizar sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ruang OSIS itu cukup luas dan berantakan. Shana selalu berpikir jika ruang OSIS adalah ruang berkelas yang diperuntukkan untuk anak-anak famous. Shana juga membayangkan ruang OSIS tak jauh beda dengan ruang guru yang selalu tertata rapi. Namun imajinasinya hancur setelah melihat ruang OSIS SMA nya.

"Kita pengurus OSIS, oh nggak maksudnya cuma kita berempat disini dapet clue tentang pembunuhan itu," kata kakak kelas cewek yang diketahui namanya adalah Karamel, lewat name tag di seragamnya.

BOOK 1 MISSION SERIES: MISSION IN CASE (Pindah ke Innovel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang